[36]

945 143 6
                                    

[36] Lali.Sa

Lalisa menghembuskan nafas pelan, begitu mengatakan hal yang cukup dalam pada cewek di sampingnya, gadis itu mencoba untuk menenangkan diri. Begitu pula dengan gadis di sampingnya, tak ada satupun yang berbicara di antara keduanya.

Bell pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi, acara pertemuan peserta oliempiade juga sudah dilaksanakan sejak tadi tapi keduanya malah memilih diam di tempat masing-masing, enggan untuk berpindah.

Keduanya tengah berjuang mempertahankan ego.

Lisa menghembuskan nafas pelan, sebenarnya pengap juga kalau harus berada di samping gadis satu ini. Terlebih lagi alasan mereka berdua duduk dan bicara hanya tentang seorang laki-laki. Yang bahkan bukan pacar salah satu dari keduanya.

"Udah?, gue mau balik", Lalisa bangkit dari tempat duduk, kemudian menatap cewek itu dalam. "Gue capek Rachel, terserah lo mau terus-terusan ganggu Sehun atau gak. Gue capek berpikir negatif ke Sehun cuman gara-gara lo. Gue tahu, lo juga lelah ngejer-ngejer cowok yang gak noleh ke arah lo. Kalau lo terus mau berusaha silahkan, kalau pada akhirnya Sehun beneran tergoda, berarti dia bukan orang yang layak buat seorang Lalisa".

Lisa menghembuskan nafas pelan kemudian segera berjalan menjauh dari cewek itu.

"Lis.. gue tahu... gue tahu lo juga penuh perjuangan buat dapet tempat lo sekarang", ucapan Rachel membuat langkah Lisa terhenti. " Kasih gue waktu buat coba mendekat, kalau Sehun tetap enggan noleh ke gue. Gue-gue nyerah".

"Lakuiin semau lo, yang jelas gue capek nuduh Sehun yang enggak-enggak", balasnya tanpa menoleh. "Gue duluan".

---*---

Lalisa Krania, gadis berusia tujuh belas tahun lebih satu bulan itu berjalan pelan menuju halte bus depan Sekolah. Hari ini Sehun masih sibuk dengan acaranya, dan tentu saja membuatnya harus mandiri kali ini.

Cewek mendengkus kesal, setelah pembicaraan panjang lebar dengan yang beberapa hari ini membuatnya naik darah, gadis itu berusaha untuk berhenti menuduh Sehun macam-macam.

Karena pada dasarnya, gadis bernama Rachel itu yang mendekat. Bukan salah Sehun apabila seorang lelaki sempat tergoda, apalagi dengan wajah cantik gadis itu. Yang Lisa harapkan, Sehun akan pulang padanya.

Sejak tadi, gadis itu selalu berpura-pura kuat. Berusaha menyimpan emosinya yang meledak - ledak sejak beberapa hari lalu. Apalagi begitu melihat wajah gadis itu, Lisa benar-benar ingin mengeluarkan emosinya. Berusaha membentak cewek itu agar menjauh dari Sehun, menyadarkannya kalau harapannya tak bisa terwujud.

Karena seyakin apapun gadis itu mengatakan kalau Sehun akan kembali padanya atau  pada akhirnya cowok itu malah berbalik arah. Lisa tidak akan pernah siap, Lisa tidak akan pernah siap kalau dia akan kehilangan Sehun.

Sehun lelaki yang pertama kali membuatnya merasakan perasaan ini. Sehun orang pertama yang menghiburnya sejak kejadian Deka beberapa hari lalu, Sehun juga selalu siap menjadi tameng ketika dia butuh perlindungan.

Membayangkan cowok itu akan memunggunginya dan pergi bersama gadis lain membuat hatinya terasa remuk begitu saja.

Air mata mulai mengalir di pipi gadis itu, membuatnya segera memasang topi dan masker yang tak sengaja dia bawa tadi pagi.

Di tengah riuhan orang siang ini, Lalisa berusaha menutupi air matanya.

Sampai pada akhirnya seseorang mendekatinya. Berdiri tegak di depan gadis itu tanpa mengucapkan sepatah kata, hanya berdiri saja sampai Lalisa akhirnya menyadari kehadirannya.

"Kenapa?", tanya cowok itu lembut. "Kok nangis di keramaian gini?".

Tanpa menunggu aba-aba, gadis itu segera memeluk cowok di depannya. Menumpahkan tangisannya di dada bidang cowok itu.

"Hun.... gue gak tahu lagi".

"Kenapa?"

"Gue... gue suka sama lo Hun", ringisnya pelan. "Gue serius setiap gue bilang gue suka sama lo, gue serius pas gue bilang gue bakalan lindungin lo, gue serius pas bilang gue akan selalu ada buat lo-".

Sehun tersenyum simpul, kemudian membalas pelukan cewek itu. Mengusap rambutnya lembut berusaha menenangkan.

"Gue tahu", ucap cowok itu pelan. "Gue tahu Lis... gue juga bakalan ngelakuiin yang sama, gue bakalan ngelindungin lo, gue bakalan jadi orang yang ada disaat lo butuh, gue bakalan bawaiin lo banyak es krim buat ilangin kesedihan lo, gue bakalan jadi yang pertama buat lo".

"Jangan... tolong, jangan tinggalin gue", ucap cewek itu pelan. "Gue tahu gue gak semenarik Kyla, gak sepinter Rachel,gak seceria adik lo ataupun selembut nyokap lo. Tapi tolong.... tolong jangan pernah tinggalin gue".

Sehun diam saja, tak membalas perkataan cewek itu tapi terus berusaha menenangkannya. Sebenarnya, ia hanya izin untuk mengantarkan Lisa. Awalnya dia merasa gadis ini sudah pulang, tapi begitu bertemu Rachel di aula tadi, cewek itu bilang sepertinya Lisa masih menunggu bis.

Dan begitu sampai, Sehun malah melihat cewek ini menangis.

"Jangan tinggalin gue... gue bisa gila kalau semua orang yang gue sayang malah balik badan dan gak peduli sama gue sama sekali", ucapnya seraya terisak. "Sehun... Gue, gue suka sama lo. Gue bohong kalau gue rela lo ninggalin gue pas udah kegoda sama cewek lain, gue bohong pas bilang lo gak pantes buat seorang Lalisa kalau lo malah kepincut cewek lain, gue bohong pas bilang gue bakalan baik-baik aja kalau lo pergi. Gue... gue gak mau itu terjadi".

Sehun terkekeh pelan,kemudian mengecup puncak kepala gadis itu. "Sudah ya... Lalisa Krania, kita pulang ya. Nanti mampir ke indomaret buat beli es krim, oke?".

Lisa mengangguk kemudian melepaskan pelukannya.








































"Gue harap... Sehun bakalan selalu ada di sisi gue".

--*--

[LS2] : You Finally Answer [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang