2# Alasan

214 14 1
                                    

"Ruang yang ditawarkan keduanya memberikanku waktu bernafas terhadap semua pengejaran. Aku mulai tersadar akan suatu hal, di luar ruang keduanya bukanlah ruang yang ingin kupunya"

Tyszah Dzafina

Untungnya aku masuk bersamaan dengan Pak Haris, hampir saja telat. Sebelum masuk tadi tidak seperti biasanya, ada beberapa alumni yang berdiri di depan kelas menggunakan almamater setiap Universitas tempat mereka kuliah yang beberapa dari mereka juga kulihat memenuhi kantin saat menuju kelas.

"Dari mana aja fin, gue kira lo bentaran di perpus, lo nggak lupakan hari ini ada sosisalisasi dari Ikatan Alumni mengenai hal yang perlu disiapan untuk masuk perguruan tinggi? Ada yang dari jurusan kedokteran juga, bukannya lo mau banget masuk ke sana?" ucap Dita berbisik takut didengar Pak Haris, bisa-bisa belum menjelaskan teori, dia sudah disuruh naik untuk kerjakan soal yang diajarkan kemarin.

"Gue lupa, tadi hujannya deras banget, jadi nggak ingat waktu" jawabku mencari alasan.

"Lo nggak ketiduran kan?" tanya Dea dari bangku belakang.

"Nggak, cuma lagi dapat bacaan menarik aja"

"Tapi tau nggak sih cowok yang lewat depan kelas yang pegang almamater biru tua ganteng banget. Kayaknya telat datang deh, padahal pengen juga kalau dia ikut sosialisasi tadi" jawab Keisha sambil senyum-senyum, muka yang paling sering dia tunjukin kalau lihat cowo ganteng.

"Iya sih, ganteng banget kayak bule dengan kearifan lokal" sambung Andin ikut-ikutan.

"Yang mana sih? Nggak lihat gue"

"Udah deh, bentar kita lanjut, gue nggak mau kasih jawaban kalau kalian disuruh naik kerjain soal, gue nggak mau tanggung jawab!" ucapku mengakhiri percakapan yang kapan saja bisa jadi alasan untuk kami berlima disuruh keluar kelas.

***

Hari ini pulang lebih awal untuk kelas XII IPA 1, Pak Haris langsung menyambung pelajaran fisika dengan materi pengayaan UN.

Biasanya kalau hari kamis kami berlima tidak langsung pulang, rumah Keisha selalu jadi tempat nongkrong terbaik untuk cerita atau makan jajanan yang sudah dibeli di minimarket sebelumnya.

"Semuanya udah kumpul uang? Ntar gue sama Dita yang pergi beli cemilannya" kata Dea sambil memberi kode ke Dita agar membiarkan Dewa pulang duluan.

"Iya..iya.. udah ngerti dia, kalau hari kamis sama jumat dia nggak boleh ganggu acara kita" balas Dita sambil melambaikan tangan ke Dewa pertanda menyuruhnya pulang duluan.

"Dea! Jangan lupa yah gue nitip..." ucapku terpotong.

"Yoghurt pain sama susu beruang!" ucap Dea dan Dita kompak.

"Udah tahu, nggak usah diingetin kali, Fin"

"Iya, bosen gue, kayak baru kenal setahun aja, kita udah hapal kali!"

"Keisha pepsi sama keripik kentang, Andin keripik kentang sama susu cokelat, Fina Yoghurt pain sama susu beruang, Maya susu sama biskuit cokelat, bentar sisanya gue beli snack atau pentolan depan lorong Keisha" sahut Dea sambil menarik lengan Dita, mereka terlalu bersemangat untuk sekedar ngadem diminimarket depan sekolah.

Semenjak kipas angin dikelas minggu kemarin tiba-tiba rusak nggak bisa bergerak jadi hanya bisa kipasin satu arah saja, hampir tiap hari bisa buat sayap kanan dan sayap kiri kelas bertengkar meminta giliran.

Untungnya, ini belum memasuki musim panas, nggak tahu bakal gimana keadaan kelas kalau kipas anginnya belum diperbaiki saat lagi panas-panasnya, ditambah tingkat stress semakin bikin gila mengingat UN hanya terhitung beberapa bulan kedepan.

PAMRIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang