13# Bahagia Milik Kita

107 14 0
                                    

"Atau mungkin memang benar hanya dia yang berjalan ke arahku. Aku tidak pernah benar-benar menemukannya, tapi dialah yang selalu membiarkan dirinya untuk ditemukan olehku"

Tyszah Dzafina



Pukul 10 malam kami balik ke Jakarta. Setelah akhirnya kelima sahabatku mendapatkan baju yang pas untuk mereka kenakan saat promnight sekolah nanti. Aku tidak lama memilih, Ibun membantuku untuk mencari dress yang cocok. Aku memilih dress warna hitam yang cukup tertutup agar nyaman kukenakan. Kami tidak berlama-lama karena besok pagi ada acara pelulusan yang harus kami hadiri.

"Ibun aku pulang dulu, lain kali aku main lebih lama kalau kemari lagi" ucapku sambil memeluk Ibun.

"Iya, Ibun bosan cuma tinggal berdua sama Pamanmu"

"Hahaha iya, kalau kemari lagi Ibun harus sudah siapin banyak bolu pisang, biar aku mau lama tinggal"

"Hahaha pasti, salam sama Ayah dan Ibumu"

Aku mengangguk kecil

"Paman, aku pulang dulu nanti aku lihat-lihat jurusan di Universitas yang ada di Bogor, siapatahu ada yang cocok. Jadi, aku tidak perlu cari-cari rumah. Biar bisa tinggal sama Paman dan Ibun lagi" ucapku sambil menyalami tangannya untuk pamit.

"Iya, nanti pamanmu yg ganteng ini yang antar pulang pergi kampus"

"Hmm... Jadi mau ngampus di Bogor aja kalau begitu. Tawarannya berat"

"Harus dong, dimana lagi bisa dapat cowok yang bakal tiap hari antar pulang jemput kampus tanpa pakai ongkos. Ganteng lagi"

"Hahaha iya... iya... Paman memang pamanku yang paling ganteng"

"Sudah... sudah... kalau denger dia terus nggak bakal pulang kalian" ucap Ibun takut kami pulang terlalu malam.

"Iya, bun. Makasih untuk hari ini. Jangan lupa jaga kesehatan Ibun sama Paman. Fina pulang dulu. Assalamu'alaikum"

"Kalau gitu kami pulang dulu Om, Tante" ucap Dita sambil menyalami tangan Paman dan Ibun, diikuti dengan sahabatku yang lain.

"Kami pulang dulu Om, Tante. Assalamu'alaikum" ucap Kak Fais yang sudah datang sejak jam 8 tadi.

"Waalaikumsalam, hati-hati" ucap Ibun sambil melambai ke arah kami bersama Paman.

Malam ini Bogor masih sama seperti dulu. Begitu dingin untuk mengindahkan langit malam yang bisa dinikmati sendirian.

Kuputar kembali memori waktu itu. Aku tidak pernah keluar rumah setelah Yoedra menghilang. Kamar selalu jadi ruang ternyaman untukku. Jika boleh jujur, bukan karena ingin masuk kedokteran yang membuatku berhenti menggambar. Aku masih bisa mencuri-curi waktu melakukannya jika memang benar aku begitu menyukainya.

Semenjak Yoedra pergi. Semua yang aku sukai, yang ada dia didalamnya, ikut menghilang bersamaan perginya dia dari Bogor. Aku tidak lagi senang menggambar. Aku tidak lagi menyukai menghabiskan waktuku ditaman. Yoedra seakan membawa semua hal baik pergi bersamanya. Sehingga yang tersisa hanya luka yang semakin aku besar-besarkan.

Kalian akan bilang ini terlalu kekanakan. Seolah aku menjadikan diriku sendiri sebagai korban. Namun, selamanya akan seperti itu. Tidak ada yang akan terbiasa dengan kehilangan. Sebanyak apapun baik yang sudah dia berikan, itu hanya semakin memperbesar kecewa saat mereka pergi tiba-tiba.

Jadi, aku tidak bisa bayangkan jika Angkasa melakukan hal yang sama. Sebaik apapun dia terhadapku, sebesar apapun dia telah merubahku menjadi lebih baik. Jika dia pergi tiba-tiba. Akhirnya Tetap Sama. Semua hal menyenangkan tentangnya akan hilang. Pada saat itu juga hati kalian akan mengatakan dia hanya salah satu orang jahat yang tidak bertanggung jawab.

PAMRIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang