4# Ruang Rapuh

164 18 1
                                    

"Saat kamu berusaha mengejar hal positif dalam hidupmu, sebenarnya adalah pengejaranmu terhadap sebuah pengalaman negatif, Dza. Sebaliknya, jika kamu bisa menerima pengalaman negatif dihidupmu maka itu akan melahirkan pengalaman positif"

Arbeema Angkasa

3 minggu berlalu, aku sudah menyelesaikan ketiga buku yang diberikan Angkasa. Namun, aku tak pernah mengetahui kelanjutannya, selain pesan terakhirnya yang menyuruhku untuk fokus pada UN dan jangan lupa menjaga kesehatan. Ternyata semesta cukup baik untuk mendengar do'aku agar dia cepat hilang. Memang benar dia hanya salah satu pria dengan banyak perkataan manis yang seharusnya segera dimusnahkan.

Aku mulai berhenti mengunjungi perpustakaan, setelah seminggu lebih aku tidak mendapat petunjuk apapun darinya. Aku mulai tak tertarik membaca buku di rak yang akan menumbuhkan harap yang lebih terhadap kedatangannya. 

Aku kembali seperti biasa, membawa buku tebal dengan dua tangan juga headset untuk menemaniku tidur siang, tidak ada lagi lonceng angin yang meneduhkan telinga, karena untuk mendengar bunyinya aku harus siap menerima banyak harap dan kecewa yang akan datang bersamaan. Kalian tentu sudah tahu alasannya, tak perlu lagi kujelaskan.

"Fin, dipanggil tuh sama Bu Airin" teriak Dewa dari depan pintu kelas dengan absen di tangan.

"Kenapa?"

"Nggak tahu, langsung aja ke ruang guru katanya penting" sambil menuju ke bangkuku, bersiap duduk. Tentu saja jam istirahat bangkuku pasti ditempati sama dia, menghabiskan waktunya dengan Dita hingga jam pelajaran selanjutnya. 

"Oke, makasih Wa" jawabku sambil berjalan keluar kelas.

***

Ternyata aku tidak dipanggil sendirian, sudah ada Alim Ketua OSIS periode yang sama saat aku mengurus, yah setahun sebelum OSIS yang menjabat sekarang.

"Jadi minggu depan ada kegiatan pengabdian di salah satu kampung kota yang letaknya di pinggiran Jakarta, kita akan bermalam 3 hari karena ada banyak yang akan dikerjakan. Ibu mau kalau kamu sama Alim jadi penanggung jawab delegasi sekolah kita"

"Siska? Nggak ikut juga, Bu?" mengingat siska yang memiliki jabatan yang lebih tinggi dariku sebagai waketos.

"Katanya dia ada lomba pidato di hari yang sama, jadi Ibu mau kamu sama Alim jadi penanggung jawab untuk kegiatan ini. Ibu juga sudah pilih 3 orang dari OSIS periode sekarang, kalian tahu kan sekarang mereka juga lagi sibuk mempersiapkan perpisahan kalian jadi mereka tidak bisa ikut semua"

"Saya minta izin sama Ibu saya dulu, Bu" jawabku ragu mengiyakan begitu saja permintaan Bu Airin, takut Ibuku tidak akan mengizinkan. Mengingat untuk jadi sekretaris OSIS dulu saja, aku meyakinkan bahwa akan ada nilai plus yang bisa memudahkan masuk perguruan tinggi jika aktif dalam organisasi.

"Ibu boleh minta nomor Ibu kamu? Biar ibu yang bicara sama beliau"

"Ehh.. nggak usah bu. Biar saya saja"

"Ibu nggak bakal ngomong sembarangan, ibu pastikan semuanya bakal baik-baik saja"

Awalnya, aku cukup ragu, tapi siapa yang bisa menolak dengan mudah permintaan guru yang sudah cukup baik denganmu selama 2 tahun. Bu Airin adalah guru kimia sekaligus Pembina OSIS di sekolah. Aku cukup dekat dengannya karena aku mengurus di OSIS selama 2 periode. Dan juga aku pernah ikut olimpiade Kimia yang dia juga pembimbingnya.

"Sudah saya kirim lewat WA Bu, kontaknya"

"Oke minggu depan kita sudah kesana yah, nggak perlu khawatir. Banyak mahasiswa yang akan mengarahkan kalian di sana. Kita cukup datang membantu saja, tambah-tambah pengalaman dan momen kalian selama SMA"

PAMRIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang