Haechan berkali-kali menghela napasnya. Diluar hujan, dan dia harus ke fotokopian buat benerin buku dia yang rusak. Ia duduk di depan rumahnya, sambil menunggu hujan reda.
"Haechan,kamu ngapain diluar? Udah tahu hujan" ucap Ten.
"nunggu hujan reda bun" jawabnya.
"tunggu didalam aja, kamu mau ngapain sih nunggu hujan reda?"
Haechan meringis pelan."mau benerin buku,hehe"
"dari kemarin belum juga? Udah diingatin, kamu tuh" Haechan hanya menyengir pada sang bunda.
"masuk kedalam, nanti kamu kedinginan terus sakit" ucap Ten.
"disini aja bun, kalau hujannya reda-
"masuk kedalam, ngk ada alasan. Cepet" Haechan mengerucutkan bibirnya,lalu memeluk bukunya dan berjalan masuk kedalam rumah. Ia berjalan menuju kamarnya. Duduk didekat jendela melihat rintikan air hujan, dan langit yang amat begitu gelap.
"untung nanti sore gue dapat jadwal" gumamnya. Salahnya juga tidak dari kemarin membenarkan bukunya. Jadinya sekarang ia harus menunggu hujan reda lalu pergi.
"mampus dah kalau yang didekat rumah tutup, gue harus jalan jauh"
Ia mengalihkan pandangannya pada ponsel miliknya yang berdering.
"hallo?"
"buku kamu buat nanti udah?"
Haechan memutar bola matanya malas. Bukannya menjawab sapaannya malah langsung bertanya hal sedikit sensitif untuknya hari ini.
"belum"
"kenapa belum?"
"belum dijilid ulang, kemarin ada yang rusak"
"masih belum?"
"kenapa ngk dijawab?"
"iya belum soalnya kemarin lupa"
"lupa? Berapa kali aku ingatin dari kamu cerita kalau bakalan ada pengembalian buku"
Haechan mematikan sambungan telpon itu. Lalu mengusap wajahnya kasar.
"kapan sih redanya" monolognya. Ia pun merebahkan tubuhnya dikasur. Berniat untuk tidur, barang kali saat bangun hujannya akan reda.
***
"jam berapa sih" Haechan mengucek matanya. Lalu melihat kearah jam dinding. Jam setengah 12 siang. Ia pun melihat kearah jendela kamar. Tak ada lagi hujan. Ia pun buru-buru bangun,lalu membersihkan dirinya.
Haechan memeluk buku yang yang berada didalam tas miliknya. Sambil berjalan menuju tukang fotokopi. Hawa dingin jelas terasa karna baru siap hujan.
Matanya membulat kala melihat tempat fotokopi yang tutup.
"harus banget keknya gue ke depan komplek" ia pun berjalan kembali. Dan bersyukur tempat fotokopi yang berada didepan kompelnya buka.
Buku sudah beres, namun hari kembali hujan. Haechan menggerutu namun apa boleh buat. Ia pun sedikit berlari kedekat minimarket yang ada disana dari pada menunggu di tempat fotokopi.
Ia pun berjalan masuk kedalam minimarket, berniat membeli roti dan juga minuman. Saat akan berjalan menuju kulkas, langkahnya terhenti melihat postur tegap milik seseorang. Ia buru-buru membalikkan badannya lalu berjalan menjauh.
"ngapain coba Jisung disini" gumamnya.
Ia pun mengambil minuman biasa, padahal tadi ia ingin membeli minuman dingin.
Haechan menunggu antrian dikasir, berharal Jisung belum mau membayar belanjaannya. Namun keberuntungan belum pada dirinya. Tepat dibelakangnya Jisung berdiri, sempat berkontak mata tapi ia langsung memutuskannya lalu berbalik badan.
Haechan meletakkan barang yang ia beli dimeja kasir. Begitu pula dengan Jisung.
"plastiknya di satuin aja mbak" Haechan menoleh pada Jisung. Namun Jisung tak melihat kearahnya.
Saat ia akan bayar, Jisung lebih dulu membayarnya. Lalu menarik tangannya keluar.
"Sung,lepas" Jisung tak merespon ucapannya. Pemuda tinggi itu memakai payung miliknya.
"mepet sini,mau bukunya basah?" Haechan mendekat agar buku dan juga dirinya tak terkena air hujan.
Mereka berdua berjalan menuju mobil Jisung. Haechan masuk ke bangku samping pengemudi.
Jisung mengendarai mobil miliknya, tak ada pembicaraan apapun.
"kamu ngapain tadi?" Haechan memberanikan diri untuk bertanya. Namun dianggap angin lalu oleh Jisung.
"sana masuk kedalam rumah" ucap Jisung saat mereka sampai.
"ngk mau mampir?"
Jisung menggeleng."aku masuk kedalam,makasih" Haechan membuka pintu mobil berniat turun. Namun tangannya ditahan oleh Jisung.
"pakai payung" Jisung menyodorkan payung tadi.
"ngk usah lari bentar juga bisa"
"pakai" Haechan mengambil payung yang disodorkan Jisung.
"sekali lagi makasih"
Haechan turun dari mobil Jisung, berjalan masuk kedalam rumahnya.
Ting
Roti sama jajanan kamu yang lain, aku tahan dulu. Jangan sampai hal kayak gini kejadian lagi
Haechan menghela napasnya, ia juga sudah tak mood memakan makanannya. Tapi yang terpenting bukunua sudah bagus. Dan nanti sore ia akan mengembalikannya.
***
Haechan duduk didepan tv dengan ponsel digenggamannya. TV hidup, tapi ia hanya fokus pada ponselnya. Rumahnya kembali sepi, hanya dirinya. Tapi ia tak peduli lagi. Tadi setelah ia balik dari sekolahnya, ia habiskan dengan bermain ponselnya.
Ia mengalihkan atensinya dari ponsel saat mendengar suara bel rumah.
"tumben ada yanh dateng" ia pun bangkit dari duduknya.
"kamu ngapain kesini?" cukup kaget saat melihat Jisung yang datang.
"ayah sama bunda kamu minta aku buat nginap" Haechan membulatkan mulutnya. Lalu mempersilahkan masuk.
"ada tugas ya?" tanya Haechan. Jisung mengangguk.
"nih" Haechan melihat plastik belanjaan yang disodorkan padanya.
"ambil buruan" ucap Jisung.
Haechan mengambil plastik itu. Lalu menatap Jisung.
"ngapain natap aku? Emang bisa tahu kalau natap aku" ucap Jisung.
Haechan berdecak lalu membuka plastik belajaan itu."eh yang tadi" gumamnya.
"dimakan itu" ucap Jisung yang sedang memperhatikan buku yang dia bawa.
"makasihhh" Haechan memeluk Jisung.
"ngapain peluk-peluk" Haechan melepaskan pelukannya dari Jisung.
***
Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Jihyuck/problem destiny
Fanfictionharus sabar,ngk boleh nolak,sabar,sabar,sabar. punya pacar savage nyebelin keras kepala suka ngatur gimana? bertahan atau berhenti?