Makasih buat kalian yang udah nungguin cerita ini : )
***
Haechan mengerucutkan bibirnya. Tubuhnya mendadak panas saat ia bangun, kepalanya juga pusing. Ia mengambil ponselnya berniat menghubungi bundanya.
"halo bunda"
"iya sayang ada apa?"
"bunda kapan pulang?"
"dua minggu lagi, sabar ya sayang. Kenapa huem? Udah rindu sama bunda sama ayah?"
"iya bun"
"kok suaranya beda? Kamu lagi sakit?"
"sedikit"
"udah minum obat? Kamu sekarang sama siapa? Jisung?"
"sendiri, Jisung lagi ada acara keluarga dari seminggu yang lalu"
"bunda telfonin kakak kamu suruh kesana ya, biar ada yang nemanin kamu"
"enggak usah bun, nanti juga sembuh kalau Haechan tidur"
"beneran sayang? Atau bunda minta nana temenin?"
"enggak usah bun, udah ya Haechan tutup mau makan dulu"
"iya,jangan lupa minum obat ya"
"iya"
Haechan menghela napasnya. Ia perlahan bangkit, masih sedikit pusing tapi ia menahannya. Menyeret selimut dan bantal untuk dibawa keruang tengah.
Ia memasak nasi goreng ala kadarnya saja. Lalu memakanannya. Setelah beberapa menit ia meminum obatnya lalu keruang tengah. Berbaring di karpet berbulu tebal yang ada disana menyalakan TV.
Ia berusaha memejamkan matanya, mungkin nanti saat bangun demamnya akan berkurang.
***
Raut wajah khawatir terlihat. Jisung sedari tadi mencoba menghubungi Haechan namun tak dijawab oleh Haechan. Ingin dirinya langsung pergi kerumah Haechan namun neneknya sekarang berada dirumahnya, ia tak mau berurusan dengan neneknya akan panjang jadinya.
"kamu kenapa sih dari tadi enggak ada tenangnya duduk disitu" ucap sang papa.
Ia melirik pintu dapur, lalu berbisik pada papanya."pa,aku keluar sebentar ya"
Papanya itu menaikkan alisnya."kemana?"
"rumah Haechan" sebisa mungkin ia memelankan suaranya.
"tunggu sebentar lagi, papa,mama sama nenek kamu bakalan kerumah om sama tante. Nanti papa yang bilang kamu enggak bisa ikut" ucap papanya itu.
"makasih pa" dan dibalas anggukan.
Jisung membunyikan bel rumah Haechan. Ia juga menghubungi Haechan namun tak juga diangkat membuat ia panik bukan main, Haechan tak pernah seperti ini sebelumnya.
Sedangkan yang didalam, tiba-tiba terbangun kala mendengar dering ponsel miliknya. Ia mengambil ponselnya. Memejamkan matanya kala matanya tekena sinar ponsel. Sambungan telfon itu tiba-tiba saja mati, matanya membulat kala melihat nama Jisung yang tertera dilayar ponselnya.
Kembali ia mendengar suara bel, dengan spontan ia duduk membuat kepalanya kembali sakit. Ia memegang kepalanya yang berdenyut. Sepertinya demamnya belum turun,malah sepertinya bertambah parah. Ia berusaha berdiri lalu berjalan menuju pintu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jihyuck/problem destiny
Fanfictionharus sabar,ngk boleh nolak,sabar,sabar,sabar. punya pacar savage nyebelin keras kepala suka ngatur gimana? bertahan atau berhenti?