tenis meja

2.3K 251 3
                                    

Haechan menyatukan kedua alisnya sambil mencebikkan bibirnya menatap Jisung yang seakan tak peduli padanya.

"aku enggak mau"

Jisung menulikan pendengarannya. Menggenggam tangan Haechan masuk kedalam tempat tenis meja. Haechan mengikuti langkah Jisung malas seperti anak kecil yang mau tak mau harus menurut pada orang tuanya.

Haechan berjongkok kala Jisung berjalan menuju salah satu sisi meja."kamu main aja sendiri, aku enggak mau" ucapnya.

"kenapa enggak mau?"

"enggak bisa" jawabnya sambil menopang dagunya dengan satu tangan.

"biar aku ajarin" ucap Jisung. Kesabaran harus berkali-kali lipat jika sudah menggabungkan olahraga dengan Haechan.

"halah modus" cibirnya.

Jisung gemas sekaligus kesal mendengar ucapan Haechan. Ia berjalan perlahan menghampiri Haechan, lalu berjongkok dihadapan tunangannya itu.

"kapan sih mau olahraganya?"

"kapan aku maulah"

Jisung menghela napasnya pelan."aku ajarin ayo" ia menarik tangan Haechan untuk berdiri membuat Haechan terpekik kesakitan. Membuat Jisung kaget sekaligus panik.

Ia buru-buru melepaskan tangan Jisung. Lalu menyembunyikan tangan kirinya.

"apa yang kamu sembunyiin" ucap Jisung, sambil melihat tangan Haechan.

"enggak ada" ucapnya berusaha santai. Jisung berjalan mendekati Haechan mundur perlahan.

"kamu ngapain sih? Aku aja enggak ada kenapa-napa" ucapnya,jantungnya berdegup kencang.

"katanya mau main tenis meja, ayo ajarin aku" ia berjalan duluan menuju meja tenis itu.

Jisung ikut berjalan menuju meja tenis dan berdiri disamping Haechan. Ia mengambil bet tenis."genggam pakai tangan kiri kamu" ucapnya.

"hah? Kan aku enggak bisa pakai tangan kiri" ucap Haechan.

"lakuin" ucapnya tegas.

Haechan memandang bet itu. Lalu memandang Jisung, Jisung memandangnya datar.

Ia mengambil bet itu, ia menghela napasnya."aku habis jatuh kemaren waktu lagi main kejar-kejaran sama Henry, tangan kiri aku sakit" ucapnya. Ia tak mau menggenggam bet itu, tangannya sakit jika menggenggam sesuatu.

"susah ya kalau jujur dari tadi?"tanya Jisung. Haechan menggeleng.

"terus kenapa enggak jujur"

"takut kamu marah" ucapnya dengan nada sepelan mungkin.

"aku lebih marah kalau kamu kayak gini"
Jisung meraih tangan kiri Haechan. Terdapat goresan disana.

"tangan kanannya?"

"goresnya sedikit tapi enggak sesakit tangan kiri" ucap Haechan.

"yaudah kita pulang"

"eh jangan dong, mau coba main tenis meja" sela Haechan. Ia sedari tadi ingin mencobanya namun karna tangannya itu sakit ia berasalan tidak mau agar Jisung tidak tahu.

"tadi nolak" ucap Jisung dengan tersekip nada jahil disana.

"kan tadi,sekarang mau" ucapnya lalu mengambil bet tenis itu.

"bisa?" tanya Jisung.

"bolanya dipantulin dulu,bener enggak?"
Jisung mengangguk.

Haechan mencobanya, mereka bermain dengan tenang. sebelum...

"mukulnya jangan cepat-cepat akunya enggak bisa imbang" ucap Haechan setelah ia mengambil bola.

"biar cepet pandai" ucap Jisung.

"pandai apanya,capek iya" ucap Haechan.

"istirahatlah kalau capek"

Haechan berdecak lalu memulai lagi permainan itu. Kali ini ia tak mau kalah dari Jisung.

"balas dendam itu enggak baik" ucap Jisung.

Haechan menjulurkan lidahnya."kalau ke kamu itu baik" ucapnya.

"aku udah deh capek" Haechan duduk dikursi yang tak jauh dari sana. Jisung berjalan mendekati Haechan sambil menyandang tasnya.

"nih minum" Jisung menyodorkan botol mineral pada Haechan.

"bawa berapa?" tanya Haechan.

"satu"

Haechan menyodorkan air mineral itu pada Jisung. Jisung menaikkan alisnya."minum duluan" ucap Haechan.

"kamu aja dulu" ucap Jisung. Haechan mengangguk, ia meninum beberapa teguk lalu menyodorkannya pada Jisung.

"masih capek?" tanya Jisung. Haechan menggeleng, Jisung pun bangkit dari duduknya.

"eh mau kemana?" tanya Haechan.

"pulang" Haechan pun ikut bangkit dari duduknya nenyusul Jisung yang sudah lebih dulu jalan didepannya.

***

[3]

Bye bye

Jihyuck/problem destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang