SEKLUMIT RENUNGAN DARI PENULIS

2K 13 4
                                    

SEKLUMIT RENUNGAN DARI

PENULIS

 

”Penantian.” Ahh... semua orang pasti akan bosan jika mendengar kata- kata itu. Entah yang menanti, maupun siapa yang dinanti. Penantian adalah suatu proses menunggu, apa yang mereka harapkan itu terwujud dan terealisasikan. Tapi, jika penantian itu tak membuahkan hasil. Jika penantian akan menjadi sia- sia, bahkan menjadi suatu yang menyakitkan? Itulah mengapa banyak orang berfikiran negatif  tentang apa itu penantian. Penantian hampir serupa dengan perpisahan. Sakit jika yang dinanti tak kunjung datang. Sakit jika semua yang telah menjadi harapan harus menerima sebuah realita yang ada, dan bertolak belakang dengan harapan kita.

Hidup memang tak lepas dari pro dan kontra, positif dan negaif, baik maupun buruk, suka maupun duka dan masih banyak lagi antonimnya (hehehe... emang gwe disini mau bahas bahasa indonesia apa??). Disisi lain hidup memerlukan suatu kejelasan, suatu yang nyata dan mudah didapat. Tapi dengan pemikiran seperti ini, orang banyak menggunkan cara pintas dan instan (kayak makanan fast food yang sering merusak kesehatan??). Mereka menganggap suatu yang jelas itu mudah dimengerti, suatu yang nyata itu mudah dipercaya, dan pastinya yang mudah didapat mudah pula digunakan. Padahal suatu pemikiran tak semudah itu. Manusia memiliki harapan, pemikiran dan cita-cita. Semua bisa mereka dapatkan dengan melalui berbagai macam proses yang panjang dan runtut. Dari mereka menemukan ide, berfikir, mencari jalan keluar, melakukan, berharap, menanti dan akhirnya menemukan titik temu yaitu tentang apa yang mereka    inginkan. Ketahuilah bukan apa dan berapa banyak yang kita peroleh, melainkan bagaimana proses dan apa pembelajran yang kita peroleh, senelum mendapatkan apa yang kita idam-idamkan nantinya.

“Penantian.” Bukanlah suatu yang membosankan. Penantian adalah suatu proses dimana kita menunggu apa yang akan kita nanti. Nah.. dalam proses penantian tersebut kita bisa belajar banyak hal tentang bagaimana caranya untuk bersabar, mengerti, memahami, bahkan kita bisa belajar untuk mengikhlaskan, atau dengan kata lain, merelakan apa yang mungkin bukan hak kita untuk memilikinya. Sulit memang, menyakitkan, membosankan. Tapi proses inilah yang bisa mengantarkan kita pada suatu titik kematangan berfikir, yaitu kedewasaan.

Nah.. jika yang kita nanti suatu yang sepele dan mudah kita dapatkan sih tidak ada masalah. Tapi jika yang kita nanti adalah cinta. Cinta yang dulu sangat diagung-agungkan dan diibaratkan adalah harapan pasti. Bagai mana hayo??? Maka dari itu, disini seseorang harus siap dalam segi positif maupun segi negatif. Perpisahan dan keihlasan lah sangat diperlukan untuk menghadapi permasalahan ini. Perpisahan adalah suatu gebang yang harus dilewati. Suatu sore yang nantinya berubah menjadi malam yang gelap. Dan dari ketidak tahuan itu apa yang akan terjadi nantinya. Banyak orang yang takut akan datangnya malam, orang akan akan takut  menghadapi suatu perpisahan. Padahal tak selamanya malam itu kelabu dan menakutkan, ada kalanya malam itu begitu indah dan romantis dengan hiasan rembulan dan bintang nan indah (ciyee..ciyeee...).

Permasalahan disini, penantian seperti apa yang bisa diharapkan untuk menyambut suatu kemenangan, maupun akhir dari sebuah perpisahan. Disini diperlukan jiwa yang lebih dewasa untuk menentukan sikap dan tindakan dalam sebuah penantian. Menganggap penantian adalah suatu yang harus diperjuangkan. Sebuah pembelajaran maupun cara untuk menyikapi hidup, bahkan harus mengerti arti penantian itu sendiri.

Sebagaimana “Luqman Taufiq Hidayah” menulis novel yang berjudul “Penantian Diujung Jalan”. Ia menceritakan suatu hubungan segitiga yang terlarang. Merekam suatu harapan, kecemasan, ketakutan, cemburu, bahkan kerelaan hidup. Novel ini bercerita tentang hubungan seorang cowok dengan seorang cewek  yang pada kenyataanya sudah memiliki pasangan. Terekam suatu kisah indah perselingkuhan, perasaan cemburu, sakit hati, kerelaan, bahkan penyesalan. Menyakitkan memang. Tapi dibalik itu semua ada harapan yang sangat besar. Harapan untuk mendapatkan cinta sejati yang mungkin saat itu belum sempat terfikirkan. Dan sampai saat inipun penyesalan selalu diakhir cerita.

Penantian seorang cowok dengan seorang cewek, yang sebenarnya ia sendiri belum  mengetahui apakah harapannya itu akan berakhir menyenangkan ataukah memilukan. Terlebih jika penantian tersebut harus dihadapkan oleh keadaan rela berbagi dengan pacar sang cewek. Melihat dan merasakan orang yang kita cintai berbagi perasaanya dengan orang lain. Dan merelakan orang yang paling ia cintai hidup bahagia dengan orang lain, bukan dengan diri kita. Disisi lain sangatlah sulit jika seseorang dihadapkan oleh suatu permasalahan yang pelik seperti itu. Diperlukan pemikiran yang jernih dan hati yang ikhlas.Tapi itulah sebenarnya yang dimaksud dengan ketulusan cinta. Merelakan apa yang menjadi kebahagiaan pasanganya, peduli, bahkan berbagi. Bukan cinta yang egois tumbuh dan akhirnya menjadi bumerang dalam sebuah hubungan.

Dalam novel ini diceritakan seorang pemuda yang bernama “Fiki” rela menanti cinta seorang cewek yang sangat ia cintai. Ia dipertemukan cintanya saat yang tidak tepat. Saat cintanya telah memiliki cinta yang lain. Nah.. untuk mengetahui kelanjutan ceritanya, apakah dan bagaimana perjuangan “Fiki” dalam memperjuangkan cintanya, langsung saja menuju TKP. Semoga pembaca banyak menemukan ha-hal yang berharga dalam novel ini. Selamat menikmati.   

Surabaya, 2014

Penantian di Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang