AWAL CINTA BEGITU CEPAT DIPERTEMUKAN

678 10 0
                                    

AWAL CINTA BEGITU CEPAT DIPERTEMUKAN

Pagi ini seperti hari-hari biasa. Suara mengendap-endap terdengar “tap..tap...tap..” Begitu lirih dan serasa semakin dekat

“Rio ayo bangun, kamu tidak berangkat kuliah?” Fiki mengetuk pintu dan mencoba membangunkan teman satu kosnya yang bernama Rio.

Sebelumnya saya memperkenalkan tokoh-tokoh penting yang akan terlibat dalam novel ini. Yang pertama “Fiki Irwan Bagaskara.” Panggil saja ia “Fiki.” Ia dilahirkan dikota Semarang. Dan ia adalah salah satu mahasiswa diperguruan tinggi swasta di Surabaya. Fiki merupakan seorang perantauan dan iatinggal dikos-kosan. Perjalan dari Semarang ke Surabaya membutuhkan waktu yang cukup lama. Maka dari itu ia lebih memilih untuk tinggal dikos-kosan dekat kampus untuk menghemat biaya dan tenaga. Ketimbang ia harus Pulang Pergi, bolak balik  Semarang – Surabaya, Surabaya – Semarang  (kayak bus patas aja).

“Dor.. dor.. dor.. “ (suara pintu, bukan suara tembakan Israel oleh Palestina).

“Ayo coy bangun.”Teriak Fiki sambil menggedor-gedor pintu.

Tak sedikitpun ada respon dalam kamar Rio. Terdengar suara dengkuran yang semakin keras bahkan memecahkan telinga.

Oh iya satu lagi yang perlu diperkenalkan. “Rio setiawan”. Dan sering dipanggil “Rio”. Mendengar namanya pasti banyak yang menyimpulkan bahwa dia adalah tipe orang setia. “SETIAWAN” (setia wanita) ia merupakan teman satu kos Fiki,juga sebagai kakak tingkat dikampusnya. Ia salah satu Mahasiswa semester sembilan (nah loh.. padahal kan di fakultas farmasi sudah cukup dengan delapan semester). Yang mungkin dosen pengajarnya terlalu menyayangi dia, ya jadi gak rela kalau si Rio ini cepet-cepet lulus, dan gak mau kehilangan dia (alaaayyy banget itu dosen). Kembali kecerita.

“Yo Rio.. katanya mau nyusun skripsi?”

“Ayo  bangun.. Surabaya banjir bandang.” Dengan nada yang agak keras.

“ Bangun.. ada razia satpol PP. Semua sudah dikepung.”

(tak ada respon)

“Kampus kebakaran....”

(tak ada respon)

“Pak kos pake hotpan warna pink, coba lihat mas, seksi banget.” Seru Fiki.

(Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Rio keluar kamar).

“Mana pak kos, katanya pake hotpan.” Kata Rio yang masih belum sadarkan diri.

“Huahahahahahaa.” Fiki tertawa melihat tingkah laku mas Rio.

“Tuh liat saja dibawah. Pak kos nyuci motor sambil memakai hotpan warna pink. Buka saja celananya. Pasti pake hotpan. Mau lihat? Masih penasaran?” kata Fiki dengan tawa tanpa henti.

“Ahh.. kamu merusak mimpiku aja kawan.” Kata Rio.

“Memangnya kamu mimpi apa?” Tanya Fiki penasaran.

“Mimpi pak kos pake hotpan juga. Hahahaa.” Mereka berdua tertawa terbahak-bahak tak terkendali. tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menuju ke atas tangga.

“Ada apa anak-anak kok rame banget pagi ini?” Tanya Pak Kos kepada Rio dan Fiki.

“Hehehehe... anu pak?” Jawab Fiki.

“Anunya siapa..?” Tanya Pak Kos penasaran.

“Anunya Rio.. hahahah.. maksud saya, Rio tadi malam mimpi liat seseorang pake hotpan warna pink pak.” Jawab Fiki dengan agak sedikit tertawa.

“Wah mau juga tuh mimpi liat orang pake hotpan. Pasti seksi. Hahahaha ya sudah ayo cepetan pergi kekampus.”Suruh Pak Kos.

“Iya pak.” Sahut Rio dan Fiki, Pak Kos turun dan melanjutkan tugasnya mencuci motor.

“Padahal dia gak tau kalau dia yang ada dalam mimpiku pake hotpan.” Bisik Rio.

“Yah semoga ini menjadi rahasia kita berdua ya mas. Kalau kamu tadi malem mimpiin Pak Kos pake hotpan. Jika Pak Kos tau mimpimu, mungkin kita berdua bisa ditendang dari kos-kosan ini. Hehehehe.” Kata Fiki dengan tertawa terbahak-bahak hingga bayangan pak kos tersebut hilang ditelan bumi.

“Bener banget tuh Fik, jika ia tau dia dalam mimpiku semalem, wah bisa berabe ini urusannya. Mungkin sekarang pak kos nyuci motor pake hotpan warna pink bergambar hello kity lagi manyun. Bakalan jadi kiamat mendadak ini. Hahahahha.” Keduanya kembali tertawa dan mereka memutuskan untuk gantian mandi, setelah itu berngkat kekampus.

(sesampainya dikampus)

“Brow kita pisah dulu ya, nanti malam kita bahas lagi masalah hotpannya pak kos.” Kata Rio dengan melambaikan tangan meningglakan Fiki

Oke.. see you next time.” Mereka berdua berpisah di persimpangan kampus.

Sesampainya dikelas Fiki menghampiri gerombolan-gerombolan temannya. Seperti biasa sapaan para cucok rempong kampus.

“Hai lekong.. cucok rempong deh. Kok baru nongol sih itu hidung belang.” Kata Dimas seperti banci Kembang Kuning (tempat mangkalnya para banci-banci di Surabaya).

“Ia.. cin eike tadi malem dikejar sama satpol PP akhirnya nyungsep deh kepalaku di got. Dan akhirnya kesiangan. Hahaha.” Sahut Fiki dengan konyolnya dan bergaya sama seperti Dimas.

“Emang benar kalian berdua itu cowok-cowok cucok rempong.”Sahut Wanda. Ia adalah temen sekelas Fiki.

“Hehehehee... eh kumpul-kumpul ada acara apa ini brow-brow semua?” Tanya Fiki.

“Gini Fik, kampus mengadakan acara wajib buat mahasiswa, jadi kita harus ikut dan wajib ikut. Acaranya diluar kampus, tepatnya di kota Malang. Ya sekalian refresing lah. Nginepnya dihotel”. Kata Dewi dengan nada yang sangat meyakinkan.

“Gimana kalau aku sekamar sama kamu saja Win?” Sahut Fiki.

“Enakan di kamu Fik. Bisa-bisa aku di coret dari daftar keluargaku kalau aku sekamar sama kamu.” Celetuk Winda.

“Hehehehe.. siapa boleh, jadi kapan mulai diadain acara tersebut?” Tanya Fiki yang penasaran dengan acara itu.

“Besuk Sabtu Fik, kamu bisa liat siapa saja kelompokmu nanti di papan pengumuman.” Sahut Dewi.

“Ok deh thanks ya brow.. capcus cin..” Fiki menuju papan pengumuman dan melihat nama-nama yang akan menjadi kelompoknya nanti. Ia melihat satu persatu nama-nama yang menjadi kelompoknya.

“Loh satupun gak ada yang aku kenal nama-nama ini.” Ia mencoba mengurutkan nama satu persatu dan ia terhenti pada satu nama. “Cindy Fatika Sari”.

“Cindy Fatika Sari, sepertinya aku pernah denger nama ini ya, sebentar-sebentar. Siapa ya? Ah bodo aku lupa, nanti kan tau sendiri kalau sudah ketemu orangnya.” Fiki meninggalkan papan pengumuman dan kembali kekelas.

Penantian di Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang