BEGITU INDAH DIAWAL CERITA

452 3 0
                                    

BEGITU INDAH DIAWAL CERITA

 

Memang cinta sulit untuk membedakan. Antara kenyataan bahkan realita yang ada. Tetapi cinta tak bisa dibohongi. Seakan semuanya menjadi tabu, jika yang dirasa tak pernah tersampaikan. Tetapi akan menjadi indah jikalau dua hati yang saling mencintai bertemu dan saling mengungkapkan rindu. Rindu akan dicintai bahkan disayangi. Tak hayal jika cinta begitu diagung-agungkan. Tanpa cinta dunia ini tak akan pernah ada. Tak akan pernah ada aku, kamu dan kalian semua. Ya cinta begitu indah diawal cerita. Begitu berkesan di setiap perjalanannya.

Hari pertama jadian. Fiki tak menyia-nyiakan waktunya untuk bertemu dengan pujaan hati. Ia terlihat bersemangat dihari itu. Ia tak sabar ingin bertemu dengan orang yang telah ia cintai. Setelah selesai kuliah, Fiki berusaha untuk bertemu dengan Cindy. Ia berencana untuk ketemuan di kantin belakang kampus. Sewaktu Fiki akan mengikuti jadwal kuliah terakhir, Fiki bertemu dengan cindy di tengah jalan. Ia terlihat bersama teman-temannya. Fiki berusah buat menyapa Cindy. Namun apa, Cindy terlihat cuek didepan Fiki. Ia lewat begitu saja, bahkan kehadiran Fiki tak pernah digubrisnya. Ia pun bingung dengan sikap Cindy seperti itu. Mendadak dingin bahkan seperti orang yang tak pernah mengenal satu sama lain. Melihat sikap Cindy seperti itu, ditengah-tengah perkuliahan Fiki mengirim SMS, ia menanyakan sikapnya tadi terhadapnya.

“Maaf sayang aku ngomong seperti ini, kamu masih malu ya bertemu dengan aku?” Tanya Fiki.

“Ia sayang, aku masih malu ketemu dengan kamu. Aku malu menatap kamu. Aku malu jika teman-teman tau akan hubungan kita ini. Maaf ya sayang.” Jawab Cindy.

“Ya sudah, nanti habis kuliah sebelum pulang ketemuan yuk. Di kantin belakang kampus.” Ajak Fiki kepada Cindy.

“Oke deh sayang?” Balas Cindy.

Setelah jam perkuliahan telah rampung, mereka berdua ketemuan di kantin belakang kampus. Keduanya terlihat malu-malu satu sama lain hampir lima belas menit mereka hanya terdiam dan membisu tanpa ada kata sepatahpun. Melihat keadan itu Fiki berusaha untuk angkat bicara.

“Eehheemm...hem.. sayang kok diam saja dari tadi, kamu masih malu ya sama aku?” tanya Fiki.

“Lho, aku juga nungguin kamu ngomong sesuatu dari tadi. Makanya aku diam saja.” Sambil menundukkan kepala, Cindy masih malu menatap Fiki.

“Hemmm.. nungguin ngomgong ya, ngomong apa ya enaknya?“ Fiki menatap Cindy dangan wajah memerah. “Aku Sayang Kamu.” Fiki melempar senyum kepada Cindy.

“Garinggg... gak romantis. Hehehe.” Jawab Cindy sambil senyum-senyum gak jelas.

”Hahahaha... Aku sudah ngomong nih. Yang terpenting kan aku sudah ngomong. Dan itu kan yang kamu tunggu-tunggu.” Kata Fiki dengan nada menyindir.

“Heheheh... gak romantis banget. Tapi aku suka. Aku juga sayang kamu Fiki.” Cindy mulai berani menatap Fiki dan melempar senyum kepadanya.

“Suka kan dengan apa yang aku ucapkan. Terus kenapa kita saling malu-malu satu sama lain? Padahal kita tau, kita saling suka dan kita sudah menjadi kekasih.” Fiki kembali menatap Cindy yang masih terlihat malu-malu.

“Iya tapi pada awalnya aku masih malu- malu, maaf ya sayangku?” Kata Cindy dengan tersenyum malu.

“Oke deh.. emang awal jadian itu sulit banget. Aku bisa rasain itu semua kok. Dan aku bisa ngertiin itu. hehhee” Kata Fiki dengan tertawa kecil.

“Maaf ya sayang, hari ini aku cuekin kamu, ya aku malu kekamu yang tiba-tiba sudah menjadi kekasihku.” Ucap Cindy.

“Emangnya gue makanan siap saji apa, kok bisa muncul tiba- tiba?” Sindir Fiki.

“Tapi aku masih malu sayang”. Sahut Cindy dengan tetap menundukkan kepalanya kebawah.

“Iya.. iyaa.. aku tau sayang, sayang pulangnya dijemput orang tuamu, atau aku antar saja?” Tanya Fiki yang mau menawarkan antar gratis seperti tukang ojek kepada Cindy.

“Makasih ya sayang. Ehh.. ini Papaku sudah sampai. Dan sekarang sudah ada didepan kampus. Aku pulang dulu ya sayang”. Cindy berdiri dan berpamitan dengan Fiki.

“Oh sudah dijemput. Ya sudah hati-hati dijalan ya sayang.” sahut Fiki.

“Aku pulang dulu ya sayang, assalamualaikum?”

“Waalaikum salam.”

Setelah Cindy pulang, Fiki bergegas pulang ke kos. Sesampainya di kos ia menaruh tas rangselnya dibawah tempat tidur. Ia menghela nafas dalam-dalam, sambil duduk disofa depan kamarnya. Terlihat nampak segar diwajahnya. Tersirat wajah yang bahagia, walaupun dari pagi sampai malam ia dihajar oleh jadwal kampus yang padat. Setelah cukup untuk me rilekskan badan, ia cepat-cepat untuk mandi. Dan tak dibutuhkan waktu yang lama untuk mandi, ya sekitar dua menit lima belas detik (gila tuh mandi apa cuci kaki, singkat banget). Ia keluar dari kamar mandi dalam keadaan sangat segar. Ia mengusap-usap wajah dan rambutnya dengan handuk sehabis itu ia menyisir rambutnya yang sangat acak- acakan sambil cermin di depan kaca. Setelah itu ia mengambil handpon didalam tas rangselnya. Ada satu pesan dari Cindy

“Sayang makasih banyak ya atas waktunya, aku senang bisa bertemu denganmu dan mengobrol berdua seperti tadi. Tapi maaf aku tadi masih malu- malu sama kamu?” pesan dari Cindy.

“Ia sayang, aku ngerti kok, kamu mungkin masih canggung ketemu aku dengan hubungan kita, dan itu sudah sangat wajar seperti itu. Seiring dengan berjalannya waktu, semakin sering kita bertemu, semakin akrab pembicaraan kita, rasa malu itu akan berubah menjadi rasa  saling perhatian satu sama lain.” Balas Fiki.

Hari demi hari mereka lewati dengan bersama, dan mereka terlihat lebih sering bertemu satu sama lain, karena mengingat mereka satu fakultas dan kebanyakan mempunyai jadwal mata kuliah yang sama pula. Itulah yang membuat kian hari mereka kian akrab satu sama lain. Dulu Cindy terlihat masih malu-malu jika bertemu dengan Fiki, namun seiring berjalannya waktu, rasa malu itu telah terkikis secara perlahan-lahan. Mereka lebih sering terlihat berdua dan jalan bersama. Menghabiskan waktu bersama dan saling memadu kasih antara mereka berdua.

Cinta seperti anak panah, sekali ia terlepas, ia akan menetap dimana saja. Tidak ada tanganmu dan tanganku yang mampu mematahkan. Dia akan tetap disana dan waktu tak aka membuatnya berkarat. Kadang cinta tak sepaham dengan logika. Memilih waktu dan orang yang tepat untuk jatuh cinta.

Kata orang cinta itu tak mempunyai mata. Tapi semua orang mempunyai mata. Memang cinta tak bermata. Hebatnya cinta bisa butakan segalanya. Cinta memang tak pernah pedulikan rasa. Dan semuanya bisa jatuh cinta.

Penantian di Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang