PENANTIAN CINTA DI UJUNG JALAN

471 4 0
                                    

PENANTIAN CINTA DI UJUNG JALAN

 

Hari ini dan seterusnya Cindy tak bisa lagi melihat Fiki. Tak bisa lagi mengejar harapan bersama Fiki. Yang dulu Fiki adalah pelita hati Cindy, yang dulu Fiki memberikan cinta yang tulus kepada Cindy. Bahkan yang dulu Fiki yang merelakan waktunya bahkan nyawanya untuk merawat Cindy demi kesembuhannya. Itu semua akan menjadi kenangan yang tak pernah ia lupakan. Penantiannya untuk menjadi kekasih satu-satunya Cindy kini memang sudah berakhir. Namun harapan Fiki untuk selalu melihatnya bahagia sudah terwujud. Ia sekarang bisa melihat Cindy tersenyum kembali, walaupun hanya di alam sana.

Cindy masih terlihat sedih dengan kepergian Fiki. Saat ini terlihat Cindy sedang berada di tempat favorit Fiki. Dimana Fiki sering melepaskan kekesalahannya dan meluapkan isi hatinya di tempat itu. Cindy pergi di tebing dekat taman itu seorang diri. Ia memandang kearah langit yang begitu luas dan indah. Sambil menangis ia mencoba mengungkapkan isi hatinya.

“Belum sempat aku membagi kebahagiaanku kepadanya. Belum sempat aku mebuatnya tersenyum karena aku. Sekarang tak ada lagi kesempatan untuk itu. Sekarang aku hanyalah seonggok puing-puing yang tak berguna. Tanpa cinta yang selalu melindungiku. Tanpa kasih yang selalu menemaniku. Hingga esok hari jiwa ini akan selalu menjaga cintamu yang tulus itu. Akankah kesempatan itu datang kedua kalinya, kurasa itu tak akan pernah mungkin. Engkau telah pergi, dan telah pergi untuk selama-lamaya.” Tiba-tiba Winda datang saat itu.

“Cindy, sebelum Fiki melakukan operasi, ia menitipkan sesuatu kepadaku. Aku tak berani membukanya. Ini ditujukan kepadamu Cindy.” Winda menyerahkan sebuah buku harian Fiki yang terlihat sangat bagus. Cindy pun membaca kata demi kata yang di tuliskan Fiki. Dan tak terasa air mata Cindy bercucuran saat itu.

18 Agustus 2012

“Untuk harapanku, selama aku mengikuti kegiatan kampus tersebut. Hati ini tak bisa berhenti untuk memikirkannya. Yang aku ingat ia bernama Cindy, ia begitu manis dan cantik saat itu, gaya bahasanya, tutur katanya dan kepintarannya membuat aku takjub kepadanya. Apakah aku mulai merasakan jatuh cinta kepadanya? Pertemuan singkat di bus itu telah membuat diriku melesat bagaikan anak panah. Tak tau kemana akan menembus. Dan ternyata anak panah itu menancap dihatimu. Aku jatuh cinta dengan teman satu kampusku yang bernama Cindy Fatika sari.”

25 Agustus 2012

“Untuk harapanku. Aku begitu senang hari ini. Aku berani mengungkapkan perasanku ke Cindy. Ia adalah orang yang paling aku sayang. Ia juga satu-satunya orang yang ada dikehidupanku. Walaupun aku tahu diriku tak menjadi satu-satunya dihidupnya. Dia sudah mempunyai pacar, yang aku tau cinta ini telah membutakan  persepsiku dan pandanganku. Tapi aku yakin dari dalam jiwaku. Nantinya dia akan menjadi cintaku satu-satunya. Aku akan menunggu dia untuk selamanya. Untuk selamanya.”

3 September 2012

“Untuk harapanku. Hari ini aku begitu muak. Aku cemburu melihat dia dengan pacarnya. Aku merasakan sakit. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanyalah seorang selingkuhan yang tak bisa menuntut lebih. Yang terpenting di hidupku aku bisa mencintainya dengan tulus. Walaupun aku harus tersiksa dengan cintaku. Walaupun aku harus berbagi kasih bersama orang lain. Hingga suatu saat nanti, Cindy akan menjadi kekasihku satu-satunya. Hanya aku, dia dan cinta kita. Tanpa orang lain, tanpa Bayu dan tanpa semuanya. Itulah harapanku.”

3 Desember 2012

“Untuk harapanku, hari ini aku sudah mempersiapkan semua kado yang bakalan aku kasihkan esok harinya kepada Cindy. Besok orang yang paling aku sayang didunia ini akan merayakan hari spesialnya. Semoga apa yang aku berikan bisa mebuat dirinya senang dan bahagia. Aminn. Selamat ulang tahun kekasihku.”

Penantian di Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang