DAN DIA MASUK PERLAHAN DIKEHIDUPANKU

375 3 0
                                    

DAN DIA MASUK PERLAHAN DIKEHIDUPANKU

Setelah peristiwa didalam bus dan acara kampus kemarin, Fiki dan Cindy lebih sering terlihat bersama. Entah apa yang membuat mereka seperti itu. Mereka sangat akrab, bahkan melebihi keakraban seorang sahabat. Tapi Fiki masih meragukan perasaannya terhadap Cindy. Ia tau bahwa dengan perasaan suka terhadap Cindy, ia bisa melupakan sedikikit-demi sedikit masa lalunya. Tapi tak langsung membuat itu semua hilang. Perlu waktu yang lama untuk mengembalikan persepsi yang telah pecah. Fiki lebih sering terlihat menyendiri. Dan ia sering bertanya tentang apa yang ia rasakan sekarang. “Apakah Cindy orangnya? Apakah Cindy orang yang mampu memasang dan menyusun harapan yang telah pecah. Jika ia, bagaimana aku harus memulainya? Ahh... aku harus melihat dia dan menilai dia terlebih dahulu. Aku tak mau salah langkah, aku tak boleh salah memilih. Dan yang harus aku tahu, aku harus bisa keluar dari masalahku dan merajut masa depan yang mungkin saja indah dikemudian hari nanti. Aku harus beranjak dan berdiri!” Gumam Fiki dalam hati .

Pagi yang indah seperti biasa hening dan terlihat sudut-sudut kos yang masih gelap dan belum terlalu banyak cahaya yang masuk dari luar. Kali ini Fiki berusaha untuk bangun lebih awal. Hari ini adalah rencana Fiki untuk pulang dikampung halamannya. Ia gunakan kesempatan libur hari raya idul fitri untuk pulang ke Semarang. Setelah upacara Tujuh Belas Agustus nanti ia ingin cepat-cepat pulang. Ia sudah tak sabar ingin ketemu ibunya dirumah. Ibunya Fiki yang kini sendirian dirumah, karena Fiki adalah anak satu-satunya, dan bapak Fiki sedang bertugas di Irian Jaya.

Tiba-tiba hp Fiki berbunyi.

“Selamat pagi Fiki.” Sms dari Cindy.

“Selamat pagi juga Cindy? Tumben kok sudah bangun terus sms aku?”

“Hehehe.. tak apa, kamu sendiri kok sudah bangun kenapa hayo?”

“Aku habis Packing aja Cindy. Hari ini aku mau pulang ke Semarang. Jadi harus bangun sepagi ini.”

“Loh kamu mau mudik ya, wah bakalan gak bisa ketemu kamu tiap hari lagi nih. Jangan lupa bawain oleh-olenya ya?”

“Iya nanti abis selesai upacara aku langsung meluncur. Kamu jangan kangen ya sama aku. Hehehe.. minta oleh-oleh apa?”

“Emmm... apa aja deh. Yang penting kamu selamat sampai tujuan aku sudah sangat senang. Inget anak istrimu menunggu dirumah.”

“Ohh.. so sweet. Tapi gak begitu juga kali. Aku belum berkeluarga. Aku masih jomblo. Terus yang menungguku itu anaknya siapa, istrinya siapa? Hahahah...”

“Ya siapa tahu saja kamu sudah punya. Kalau belum punya ya itu anak dan istrinya tetanggamu.hahahaha.”

“Hehehe.. kamu bisa saja Cindy. Ya sudah sampai ketemu dikampus ya Cindy. See you?”

“See you?”

Fiki langsung mengambil handuk dan masuk kekamar mandi. Setelah itu, ia bersiap-siap untuk kekampus mengikuti upacara Tujuh Belas Agustus.

Setelah mengikuti upacara, Fiki bergegas untuk pulang mudik. Sebelum sampai diparkiran, Fiki bertemu dengan Cindy.

“Fiki, kamu mau langsung mau mudik sekarang ya?” Tanya Cindy kepada Fiki yang terlihat buru-buru untuk mudik.

“Ia Cindy aku langsung berangkat sekarang mumpung belum terlalu siang. Takutnya nanti kalau siang aku sudah tak kebagian tempat duduk dibus.”

“Ok deh kalau begitu, hati-hati dijalan ya Fiki?”

“Iya Cindy makasih banyak ya?” Fiki langsung menuju ke parkiran bersama temannya yang mau mengantar dia ke terminal.

Setelah sampai terminal, Fiki lantas menaiki sebuah bus patas Surabaya-Semarang. Ia sangat senang sekali bisa mudik dikampug halamanya, mengingat sudah dua bulan lebih ia belum pulang karena disibukkan dengan rutinitas kampus.

Penantian di Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang