CEMBURUPUN AKU TAK BERHAK

543 3 0
                                    

CEMBURUPUN AKU TAK BERHAK

 

Hari ini terlihat sangat cerah. Ditambah dengan hangatnya suasana kampus dan panasnya tugas-tugas. Bahkan isu tentang akan diadakan Ujian Akhir Semester yang akan dipercepat. Entah siapa yang mengedarkan isu semacam itu. Yang terpenting isu itu membuat banyak mahasiswa semakin stress berkepanjangan.

Saat ini terlihat Cindy bersiap-siap untuk berangkat kekampus. Dibutuhkan waktu kurang lebih ya sekitar satu setengah jam mulai dari sekarang untuk persiapan. Maklum lah cewek lebih senang berlama-lamaan dikamar mandi dari pada seorang cowok yang terkesan acak-acakan dan tak karuan. Rencananya setelah mengikuti jam pertama mta kuliahnya, Cindy mau ada acara ke rumah tantenya yang akan ada acara selamatan kecil-kecilan.

Setelah selesai mandi, pake baju, make up ia berangkat kekampus diantar oleh Mamanya. Ya dia adalah anak rumahan yang kemana-mana pasti diantar oleh orang tuanya. Entah apa yang menyebabkan seperti itu. Di usianya seperti itu dia sangat diproteksi oleh orang tuanya, bahkan tak memberikan kebebasan sepenuhnya kepada Cindy. Terkadang Cindy muak akan semua itu. Ia harus dihadapkan oleh situasi kolot dari orang tuanya. Ketakutan orang tuanya terhadap Cindy sangatlah berlebihan. Tapi ia tak bisa mengelak dengan apa yang telah terjadi. Ia hanya bisa berteriak dalam hati. Suatu hari ia pernah mengadukan masalah ini dan meminta penjelasan kepada orang tuanya, dan hasil yang didapat adalah nihil. Mereka malah lebih protek lagi melindungi putrinya, bahkan memperlakukan seperti seorang putri keraton. Padahal ia mempunyai satu saudara kandung. Tetapi perhatian terbesar tetap tercurahkan pada Cindy.

Sesampainya dikampus, ia langsung menemui Fiki yang terlihat sibuk menyiapkan proposal yang nantinya akan dibuat presentasi

“Sayang....” Sapa Cindy.

“Loh.. kamu sudah sampai kekampus ya sayang, ada mata kuliah jam berapa nih?” Tanya Fiki.

“Habis ini aku ada mata kuliah Biologi sel sayang, eh sayang nanti aku habis mata kuliah ini, aku mau minta ijin keluar. Aku mau kerumah tanteku, soalnya mau ada acara selamatan.” Jelas Cindy yang mau meminta ijin keluar.

“Ohh mau kerumah tantemu ya, boleh deh. Apa minta aku antar sekalian?”

“Ada yang ngater kok sayang, tenang aja.” Sambil tersenyum-senyum kepada Fiki.

“Oh kalau begitu titi dj ya, hati- hati dijalan.” Kata Fiki.

“Ia sayang makasih banyak ya, aku masuk ke kelas dulu ya, da...”. Cindy meninggalkan Fiki dan  masuk ke dalam kelas.

Setelah jam mata kuliah pertama selesai, Cindy meninggalkan kampus dan ia terlihat sedang menunngu seseorang yang akan menjemputnya. Tak beberapa lama seorang bertubuh tinggi, kurus menaiki motor berhenti dan menghampiri Cindy. Ia membuka helm dan ternyata itu adalah pacar Cindy yang bernama “Bayu Linwih”. Fiki ingat benar wajah itu. ia pernah melihatnya di posel Cindy yang dijadikan walpaper, setelah ia tanyakan siapa gambar itu, ia berceita bahwa itu adalah kekasihnya “Bayu Linuwih”.  Tak disangka dari kejahuan Fiki melihat peristiwa tersebut yang kontak membuat  dirinya miris. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Terlihat canda tawa antara Cindy dan Bayu. Terlebih ketika melihat Cindy naik diatas motor dan berboncengan dengan pacarnya yang terlihat sangat mesra antara keduanya. Bahkan sampai pandangan itu lenyap, Fiki tetap berdiri menyaksikan peristiwa itu. Melihat orang yang paling ia cintai pergi bersama orang lain, dan orang itu adalah kekasihnya. Niat Fiki untuk membeli makan depan kampus ia urungkan. Nafsu makannya begitu saja menguap. Ia tak kuasa melihat kejadian itu. Ia memilih kembali ke dalam kelas untuk meredam emosinya.

“Tuhan.. kenapa engkau perlihatkan diriku dengan peristiwa semcam ini, yang hampir memuat diriku putus asa. Melihat dengan jelas apa yang belum pernah aku lihat, dan merasakan dengan sangat jelas apa yang belum pernah  aku rasakan. Aku melihat orang yang paling aku sayangi pergi bersama orang lain, dan mereka terlihat sangat mesra. Mengapa engkau tak menutup mataku agar aku tak mengetahui peristiwa semacam itu Tuhan? Aku cemburu, sangat cemburu. Aku hanya bisa diam mematung tanpa ada alasan bergerak dan bertindak. Aku hanya seorang “SELINGKUHAN” yang tak akan pernah berhak untuk berbuat apa-apa. Aku tak berhak atas semuanya, bahkan cemburu dengan kekasihku sendiripun aku tak berhak. Dia adalah pacar resminya Cindy. Sedangkan aku hanya sebuah pacar keduanya, ya pacar simpanannya. Aku hanya seorang cadangan yang siap untuk ditinggalkan. Aku harus bisa mengalah, mengerti dengan keadaan dia dan mengerti akan posisiku sendiri. Sekali lagi aku hanya seorang “SELINGKUHAN” dan hanya seorang yang kedua dihatinya. Aku tak boleh egois akan perasaan ini, jikalau ini sudah menjadi keputusanku untuk menjadi kekasih Cindy, yang siap menyayangi dan mencintainya. Cintaku ke Cindy utuh, tetapi hanya sebagian Cintanya yang aku peroleh, bahkan diriku harus rela berbagi dengan orang lain. Mungkin aku adalah orang yang paling berdosa, yang akan merusak hubungan orang yang telah lama terjalin. Tapi apa? Cinta telah membutakanku, membuutakan persepsiku. Tuhan... redamkanlah amarahku, redam emosiku.”

Penantian di Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang