HARI INI DAN SETERUSNYA TANPA DIA

214 2 0
                                    

HARI INI DAN SETERUSNYA TANPA DIA

 

Tiga bulan adalah waktu yang sangat singkat. Tiga bulan adalah dimana kenangan manis dan cerita cinta itu tercipta. Kini semua telah lenyap dalam pandangan mata dan fikiran, yang mungkin tak akan pernah kembali. Senyumannya, sapanya, canda tawanya, pelukannya dan cintanya. Masih tergambar jelas dalam bayangan dan ingatan ini. Semua itu akan resmi menjadi milik orang lain. Bukan lagi milikku, milik Fiki yang hanya sebatas selingkuhan. Selingkuhan yang begitu tulus mencintai kekasihnya, dan akhirnya ketulusan cinta ini berakhir disini. Harapan yang kian hebat harus terkalahkan dengan kenyataan dan realita. Melepaskan orang yang kita cintai berlabuh bersama cinta orang lain adalah keputusan yang sangat sulit. Hanya kedewasaan cintalah yang bicara. Mengungkapkan dengan penuh kesabaran dan keanggunan. Disinilah cinta dan kerelaan diuji.

Hari-hari bersama dia kini hanya sebuah kenangan indah, kenangan yang tak akan pernah bisa untuk terlupakan. Dan sebentar lagi harapan itu telah resmi menjadi harapan orang lain. Inilah masa-masa tersulit dalam hidup Fiki. Melepaskan kekasihnya menikah bersama orang lain. Menikah dengan orang yang pertama kali singgah dihatinya. Ia hanya seorang selingkuhan. Bahkan selayaknya seorang simpanan. Dirinya hanya seperti makanan pembuka. Dan ketika makanan utama telah datang, ia akan disingkirkan bahkan dibuang bak seperti sampah. Menahan tangis dan menahan amarah, dan memendam rasa  sakit yang teramat sangat yang bisa Fiki lakukan. Selama menjalin hubungan dengan Cindy, iapun hanya bisa menahan cemburu atas apa yang telah terjadi. Ia memang tak punya kuasa sepenuhnya akan semua itu. Ia hanya seorang selingkuhan. Dan ia sadar akan resiko yang akan terjadi. Yang ia tau ia mencintainya dengan tulus dan telah memberikan yang terbaik. Cinta memang telah membutakan persepsinya. Tapi itulah cinta. Sekarang, keikhlasan cintanya diuji dalam realita dan keadaan yang ada.

Ia teringat saat pertama kali jadian dengan Cindy. Mereka berdua saling malu-malu satu sama lain. Keluguan cinta mereka di awal memang lucu. Duduk berdua didalam bus, bercanda bersama, dan semuanya. Ingatan itu masih tergambar jelas dan mulai sesakkan dada. Move on yang harus ia lakukan. Tapi papa daya, semakin berusaha keras ia melupakan, semakin kuat pula ingatan dan kenangan itu menancap difikirannya.

Hari ini dan seterusnya tanpa dia. Senyuman, sapaan kasih sayangnya akan sangat dirindukan Fiki nantinya. Biasanya setiap pagi ia selalu mendapatkan sapaan yang romantis, setiap di kampus ia selalu bertemu dengan orang yang paling ia cintai. Sekarang semuanya telah lenyap, semuanya telah hilang tak berbekas lagi. Lilin yang dulu menyala terang sekarang telah padam. Dingin serasa menyelimuti raga ini. Harapan itu telah padam, cinta juga telah hilang. Akankah semua ini bisa ia lewati? Hari-hari tanpa orang yang ia sayangi. Tanpa kasihnya tanpa kehangatan cintanya. Sekarang Fiki tak ada hak lagi mencintai Cindy, mencitainya dengan tulus dan apa adanya. Fiki sudah tak lagi menjadi kekasih Cindy. Semua terasa berat, serasa hampa dan hitam kelam. Kenangan-kenangan indah itu mau tak hayal hanyalah sebuah cerita indah belaka.

Tak hanya Fiki yang merasakan hal seperti itu. Cindypun merasakan akan kehilangan cinta sejatinya. Cinta yang dulu begitu tulus ia mencintainya, cinta yang dulu begitu sabar mengasihi dan mencintai dengan apa adanya. Kini telah hilang dan tak akan terlihat lagi. Ia menyesali akan apa yang telah terjadi. Ia merasa tak bisa menjadi kekasih yang baik bagi Fiki. Ia hanya bisa menyakiti Fiki, ia membuatnya cemburu. Ia membuatnya sakit hati, dan sekarang ia telah membuat luka yang teramat perih. Bahkan tak tahu bagaimana Fiki harus menahan semua yang ia rasakan. Tapi apa? Fiki dengan sabar menerima itu semua. Tak sedikitpun membuat cintanya berpaling kepada orang lain.tak sedikitpun ia untuk menduakan cintanya itu. Ia begitu tulus dan suci mencintai Cindy. dan Sekarang, cinta itu telah pergi. Pergi bersama dengan apa yang telah menjadi keputusannya. Yaitu menikah dengan Bayu. Menikah dengan orang yang lebih dahulu mencintainya dari pada Fiki. Dan ia harus memilih akan hal itu. pilihan itu memang begitu sulit. Problema membuat jiwa ini seakan hilang. Apakah ia mempertahankan cinta yang lama, yang telah ia lalui lebih dahulu, ataukah ia harus memilih Fiki yang begitu mencintainya. Inilah pilihan sulit dalam hidupnya. Tapi, dalam kehidupan memang harus dituntut untuk memilih. Memilih apa yang telah menjadi keputusannya dan dalam hatinya. Hingga kini Cindy masih sangat merasa kehilangan atas cinta Fiki. Tak henti-hentinya ia meneteskan air mata, jikalau ia ingat tentang kenangan-kenangan indah yang telah ia lalui bersama. Walaupun hanya berjalan beberapa bulan. Kenangan itu sungguhlah indah. Dan tiga bulan adalah waktu dimana ia mendapatkan cinta dari seseorang yng begitu tulus, mendapatkan perhatian lebih, itu semua belum pernah ia dapatkan dari hubungannya dengan bayu yang hampir menginjak dua tahun.

Cindy sangat bersyukur Tuhan telah mempertemukannya dengan Fiki. Ia bisa mengenal Fiki. Bisa menjadi bagian dari hidupnya. Menemani dia sewaktu ada di kampus. Mendengarkan curhatannya dan itu semua terasa indah jika dikenang. Dan setiap ia mengingat akan semua itu, Cindy selalu meneteskan air mata. Ia tak kuasa atas apa yang telah terjadi sekarang. Ia dihadapkan oleh sesuatu yang sulit. Sesuatu yang membuat setengah jiwanya telah hilang. Harapan itu telah lenyap. Lilin itu kini telah padam. Bersama puing-puing kenangan yang masih tersisa, ia mencoba untuk tetap berdiri dengan tegar. Ia harus menerima apa yang telah ia putuskan,walaupun ia merasa bahwa ia kehilangan cinta sucinya.

Itulah kehidupan, hidup selalu di hadapkan oleh suatu pilihan. Jikalau tak memilih maka kehidupan akan terasa sulit, bahkan sewajarnya masalah akan selalu datang silih bergati. Dan di dunia ini, kita dituntut untuk bijak dalam menghadapi sulitnya kehidupan. Jikalau kita salah langkah, jikalau kita salah memilih, matilah kita. Semua tak akan pernah kembali. Seperti anah panah yang melesat dari busur. Tak akan pernah bisa dikembalikan. Jika salah sasaran, bukan hanya kita saja yang akan mendapatkan masalah. Tapi bisa juga dapat mncelakakan diri orang lain. Tetapi itu hanya sebagai simbol belaka. Dibalik itu semua ada tangan Tuhan yang ikut andil dalam menghadapi kehidupan. Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik, bagi hambanya yang baik pula. Jika kita menanam jagung maka akan tumbuh jagung. Jikalau kita menanam kebaikan pasti akan berbuah kebaikan pula. Begitu juga dengan sebaliknya. Semua akan terasa indah jika kita bisa berserah akan apa yang telah terjadi. Apa yang telah terjadi sudah menjadi kehendak Tuhan yang kekal. Jodoh, maut, rejeki. Semua ada dalam genggaman tangannya. Kita tak perlu ragu dalam melangkah. Jika kita yakin akan semua itu. Semuanya akan menjadi indah dikemudian hari. Dimana saat kita menanam kebaikan, kelak kita akan mendapat kebaikan pulalah. Sampai nafas terhenti, jiwa ini akan selalu mengabdi. Hingga mata ini terpejam, jiwa ini akan selalu berharap dan berharap. Dan Tuhanlah yang akan menentukan jalan setiap umatnya.

Cinta ibarat sebuah perahu di lautan lepas. Dimana arah angin itu datang, cinta akan mengikuti angin tersebut. Cinta juga memilih siapa yang kan menjadi nahkoda perahu tersebut. Terkadang birunya laut sangat indah membuat perjalanan cinta itu begitu mengasyikkan, deburan ombak yang menggulung-gulung. Beserta semua biota laut yang kadang nampak dipermukaan laut. Sampai langitpun ikut menghiasi lautan saat itu, menambah perahu cinta itu begitu menikmati keindahanya. Tapi disat semuanya telah berubah. Jika yang dulu langit membiru nan indah, sekarang berubah menjadi gelap dan hiatam mencengkam. Jika dulu angin bertiup dengan semilir. Membuat diri ini semakin nyaman, sekarang berubah menjadi angin yang hampir merobohkan layar, bahkan siap untuk menghancurkan perahu. Dahulu ombak begitu tenang dan menggulung-gulung indah, tetapi sekarang ombak berubah menjadi ganas dan hamir menghantam perahu itu hingga berkeping-keping. Langit kini berubah menjadi suatu yang mencengkam, halilintar yang terus menyambar dan petir terus menggelegar, ombak dengan ganasnya mengombang ambingkan semua yang ada saat itu. Anginpun siap untuk memecahkan seluruh badan perahu. Kita tak bisa menghindar akan hal itu. Yang hanya bisa kita lakukan adalah berserah diri kepada Tuhan. Dan memberikan yang terbaik untuk semua itu. Harapan hanya tertuju padaNya. Jika Tuhan mentakdirkan kita mati dalam peristiwa itu maka kita akan mati ditenggelamkan oleh ganasnya laut. Tetapi jika Tuhan telah mentakdirkan kita untuk keluar dari masalah itu, maka kita bisa melewati semua itu dengan aman dan selamat. Hingga semua yang mencengkam kini kembali seperti normal sediakala. Dan ketahuilah, setelah badai dan angin datang. Maka akan ada pelangi yang sangat indah di langit. Itulah keindahan sebenarnya. Keindahan akan perjuangan yang telah kita lalui dengan penuh pengorbanan itu diperlihatkan. Dan disitulah kita bisa tau apa arti pengorbanan akan cinta. Yang nantinya akan dibalas oleh keindahan cinta yang sesungguhnya.

Penantian di Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang