Prolog

239 12 5
                                    

Seorang gadis yang kini sedang tertidur pulas, dengan terpaksa harus membuka matanya karena suara nyaring dari jam walker yang ada diatas nakas samping tempat tidurnya.

Dengan langkah yang malas dia pun mengambil handuk dan bergegas menuju kamar mandi, sekarang masih pukul 05.45 WIB.

Setelah menghabiskan waktu 20menit didalam kamar mandi kini dia sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan dia bersiap untuk sarapan pagi.

Tapi semuanya sirna ketika dia mendengar pertengkaran antara kedua orang tuanya itu, dari dulu memang seperti ini tidak pernah sedikit pun untuk akur.

Jangankan untuk akur, mengurusinya saja tidak pernah. Kehadirannya dikeluarga ini seakan tidak dianggap, bahkan yang mengurusnya dari kecil hanyalah pembantu rumah tangga ini, bukan mami ataupun papinya.

"Kenapa si gak pernah akur? Gue juga capek kali dengernya" gumam Arla pelan. Lalu dia menuruni anak tangga dan langsung pergi tanpa separah kata pun.

Saat melewati kedua orang yang sedang bertengkar itu, langkahnya terhenti karena intrupsi dari papinya.
"Tidak sopan kamu! Disini masih ada orang tua mu, bukannya pamit dan salam malah main nyelonong saja!" sindir Leo—papi Arla.

Arla menoleh kearah papinya dan menatap sinis keduanya "Untuk apa? Kehadiran saya pun tidak kalian anggapkan? Jadi, untuk apa saya menganggap kalian? Hm" ucapnya dengan tersenyum sinis.

Ucapan itu membuat Leo semakin naik pitam "Kamu!" tunjuknya kepada Arla "DASAR ANAK KURANG AJAR! TIDAK SOPAN KAMU SAMA ORANG YANG LEBIH TUA! DASAR TIDAK TAU TERIMA KASIH, SAYA MENYESAL TELAH MEMBESARKAN KAMU! WAHAI ANAK DURHAKA!!!" teriaknya murka.

Melihat itu Arla hanya santai lalu dia berkata "Kalau anda menyesal kenapa anda menikah dan mempunyai anak? Wahai bapak Leonard Mahendra yang terhormat?"

"Jaga bicara kamu Arla! Dia papi kamu, kami ini orang tua mu! Tidak sepantasnya kamu berbicara seperti itu" tegas Tania—mami Arla.

Arla menatap maminya itu dengan tatapan meremehkan "Lalu? Apakah kalian pantas dipanggil dengan sebutan 'MAMI DAN PAPI' setelah apa yang kalian lakukan ke saya? Oh tidak! Kalian tidak PANTAS untuk disebut seperti itu. Karena yang mengurus saya bukan kalian tapi bi Nani! Kalau kalian lupa! Dan ya, saya tidak ingin ini diperpanjang, karena saya takut kesiangan! Permisi!" ucap Arla panjang lebar.

Lalu dia melangkah menuju motor sport kesayangannya, dia melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Kini pikirannya sedang kacau, kenapa kedua orang tuanya tidak pernah bisa akur?

Dirinya juga ingin merasakan bahagia dan kasih sayang dari orang tua! Apa itu adalah suatu hal yang sulit untuk mereka lakukan? Padahal Arla hanya meminta waktu mereka sedikit saja untuk berkumpul dan bercanda gurau. Seperti apa yang dilakukan oleh keluarga yang seharusnya.

'Apa aku gak berhak bahagia Tuhan? Kenapa engkau selalu menguji kesabaran ku? Aku hanya melihat mereka berdamai dan bahagia seperti layaknya keluarga yang sebenarnya, dan aku hanya ingin mereka luangkan waktu untuk diriku sedikit saja, apakah sesibuk itu mereka? Sampai gak bisa luangkan waktu mereka?' batin Arla tersenyum miris.

⭐—————⭐

Sesampainya disekolah Arla langsung memparkirkan motornya diparkiran sekolah. Lalu berjalan menuju toilet untuk mengganti celana jeansnya dengan rok sekolah.

(Bingung ya? Sebenarnya Arla itu dari rumah pake jeans, ya kali naik motor pake rok mini? Bisa ekspor nanti, wkwk)

Selesai mengganti roknya dia berjalan menuju kelasnya, sambil mengunyah permen karet. Ini adalah kebiasaan dia ni, selalu memakan permen karet kalau kemana-mana.

ARLANTA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang