21

48 8 0
                                    

⚠Part ini bakal lebih keadegan ArCa (Arsen Caca), dan untuk DeAr (Devan Arla) bakal nyusul:")

.
.
.
.
.

Devan yang melihat sang kekasih sudah tak sadarkan diri langsung panik, khawatir, cemas dan semuanya menjadi satu dalam benaknya.

Lelaki itu langsung menggendong tubuh mungil kekasihnya itu ke dalam tenda dan segera keluar untuk meminta petugas PMR untuk mengecek Arla.

Saat dia akan sampai ketenda kesehatan tak sengaja dia berpapasan dengan Arsen yang berjalan tergesa-gesa dengan napas yang memburu.

"Kok lo disini sih?... Huh" ucapnya saat sudah sampai dihadapan Devan sambil mengatur napasnya.

Devan diam sejenak sebelum akhirnya menjawab "Arla pingsan dan gue mau panggil petugas PMR buat chek keadaan Arla" ucapnya dengan datar namun terkesan khawatir dan cemas dimatanya.

Arsen mendelik dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia langsung berlari menuju tenda adiknya itu, sementara Devan melanjutkan langkahnya ketenda kesehatan.

⭐————⭐

Jam sudah menunjukan pukul 21.05 dan acara malam ini ditunda jadi malam besok, dikarenakan Arla yang notabenya siswi SMA Tunas Bangsa yang belum juga sadar dari pingsannya sejak 2 jam lalu.

Pihak sekolah ingin membawa Arla kerumah sakit, tapi kata Arsen bahwa Arla tidak perlu dibawa kerumah sakit lagi.

Entah apa alasannya? Yang pati Arsen melarang pihak sekolah untuk membawa adiknya kerumah sakit. Devan juga menentang keras permintaan Arsen, padahal Arla adik kandungnya sendiri.

Tapi kenapa lelaki itu tidak mengizinkan Arla dibawa kerumah sakit, agar mendapat tindakan lebih lanjut dari para medis.

Sebenarnya, Arsen juga punya alasan kenapa dia tidak memperbolehkan mereka membawa Arla kerumah sakit. Karena 2 hari lalu, gadis itu bercerita padanya bahwa dia tidak ingin menginjakan kakinya lagi disana.

Karena menurutnya itu adalah tempat horor selain rumah hantu. Tempat yang ingin dia hindari, tapi Arsen heran sama adiknya itu. Padahal dia tidak ingin masuk kerumah sakit lagi, tapi kenapa dia terus saja drop seperti saat ini.

Tapi dia sudah memeriksa bahwa Arla tadi sempat minum obatnya saat jamnya dia minum obat. Tentu tidak ada yang tau.

Dan kenapa Arla malah kembali mimisan dan sampai pingsan seperti ini?

Pikiran-pikiran buruk mulai menyerangi kepala Arsen. Timbul pertanyaan didalam benaknya saat ini tentang kondisi adiknya itu.

Apa penyakit Arla sudah separah itu? Sampai-sampai dia selalu drop kapan saja.

Atau penyakitnya sudah semakin menyebar keseluruh tubuhnya?

Atau bagaimana?

Entahlah, Arsen menggelengkan kepalanya untuk membuang pikiran buruk yang memenuhi kepalanya saat ini. Dia akan berusaha untuk berpikir positif dan membuang jauh-jauh pikiran negatifnya itu.

Lelaki itu mengelah napas pelan, lalu menutup mata sejenak dan membukanya lagi. Menatap langit yang sudah gelap dan mendung, malam ini terasa sunyi karena malam ini sangat mendung dan akan turun hujan.

Disaat sedang menikmati kesendirian dan kesunyiannya, tiba-tiba Arsen merasakan seseorang menepuk pelan bahunya. Membuatnya menoleh dan mendapati seorang gadis cantik yang tengah tersenyum menatapnya.

"Hai, boleh duduk sini gak?" tanya gadis itu yang masih menampilkan senyumnya.

Arsen ikut membalas senyum manis yang gadis itu tunjukan untuknya "Boleh dong... Duduk aja, gak ada yang larang kamu untuk duduk sayang" gemasnya lalu menarik lembut lengan gadis itu agar ikut duduk disampingnya.

Gadis itu duduk disamping Arsen dan menatap lelaki itu dari samping, terlihat bahwa lelaki itu sedang menikmati malam yang mendung ini. Lalu tiba-tiba gadis itu menyenderkan kepalanya dibahu Arsen, ikut menatap langit yang gelap.

"Aku yakin, Arla pasti sembuh! Jangan terlalu dipikirin, nanti yang ada kamu juga ikut sakit" ucapnya dengan lembut seraya mendongakan kepalanya agar bisa menatap Arsen.

Lelaki itu sontak menoleh dan menatap kaget gadis itu "Ka-kamu kok bi-sa ta-tau?" ucapnya seketika menjadi gugup.

Gadis itu menegakan tubuhnya dan kembali menatap langit, lalu dia tersenyum lirih "Tadi, aku gak sengaja liat kamu sama Arla yang jalan agak menjauh dari tenda... Awalnya aku biasa aja, tapi pas aku liat Arla kayak bawa plastik obat... Aku jadi penasaran, dan mutusin buat ngikutin kalian..." gadis itu menjeda ucapannya, lalu menatap Arsen yang juga menatapnya.

"...kenapa kalian nutupin semuanya? Aku pacar kamu, Sen! Walau pun kita pacaran belum lama dan aku memaklumi sikap kamu yang ini, karena mungkin kamu belum bisa percaya sepenuhnya sama aku... Tapi,  kalau Arla? Kita bahkan udah sahabat bertahun-tahun! Tapi, kenapa dia nutupin itu semua dari aku?... Apa aku ini sahabat yang gak berguna untuk dia? Atau aku sahabat yang emang gak diinginkan sama Arla? Atau aku... Hiks... Aku" lanjutnya terhenti dengan tangisnya yang pecah.

Arsen yang melihat kekasihnya itu menangis pun langsung memeluknya dengan erat. Sungguh, dia tidak bermaksud untuk membuat Caca merasa seperti itu.

Ya, gadis itu adalah Caca. Gadis yang terlihat polos dan tidak tau apa-apa, dimata semua orang. Sebenarnya, itu hanya sifat belakanya.

Sebenarnya Caca itu adalah gadis pintar dan dewasa, entah apa yang membuatnya memilih sifat yang kekanak-kanakan, polos, dan seperti gadis bodoh.

Saat Arsen ada masalah pun, Caca lah yang menasehatinya dan membuatnya kembali sadar apa yang dia lakukan juga salah saat itu.

Dan itu juga membuatnya kaget atas sikap Caca yang lebih dewasa dari sikapnya yang biasa gadis itu tunjukan.

"Sssstt... Udah ya, kamu jangan nangis kayak gini dong! Kamu itu adalah sahabat dan pacar yang terhebat. Jangan merasa kalo kamu itu gak penting atau gak berguna, justru kamu itu sangat berguna dan penting dihidup aku mau pun Arla... Kamu adalah sosok perempuan yang kuat di dunia ini setelah mama dan Arla!" jeda Arsen.

Arsen perlahan melepaskan pelukan mereka, lalu menangkup wajah Caca yang sudah basah karena air matanya. Dengan lembut lelaki itu menghapus air mata di pipi Caca.

"Kamu adalah perempuan yang yang paling hebat dihidup aku setelah mama dan adik aku! Kamu adalah perempuan yang paling aku cintai setelah mereka berdua... Dan kamu adalah hidup aku, dunia aku! Jangan pernah pergi dari hidup aku selangkah pun, karena kamu adalah dunia ku yang selalu memberi warna dalam hidup aku, yang dulu gelap dan sepi... Aku sayang kamu, Ca!" lanjutnya dengan nada tegas.

Caca tersenyum tulus menatap Arsen yang juga menatapnya dengan penuh cinta dan dalam "Aku gak akan pernah pergi dari hidup kamu! Aku janji dan kamu juga harus janji sama aku... Apa pun itu, sekecil apapun masalah yang kamu hadapin... Kamu harus bisa cerita sama aku, jangan ada rahasia lagi diantara kita, Sen! Aku juga sayang kamu" balas Caca lalu mereka kembali berpelukan.

Menyalurkan rasa cinta dan sayang yang ada didalam hati mereka. Cinta yang sebelumnya, belum pernah mereka rasakan dengan tulus dari dalam hatinya.

Rasa cinta yang selalu membuat kehidupan keduanya menjadi lebih berwarna dan cerah, dengan bersama pasangannnya saat ini.

'Aku janji akan selalu buat kamu tersenyum dan tertawa bahagia, Ca! Aku janji!' batin Arsen.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.

ARLANTA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang