1

131 12 2
                                    

Bel istirahat telah berbunyi lima menit yang lalu, kini Arla dkk sedang berada dikantin mereka sedang menikmati makan mereka masing-masing.

Tapi tak lama ada segerombolan cowok memasuki area kantin membuat para kaum hawa berteriak histeris, Arla dkk pun menoleh kearah sumber suara itu, kecuali Arla.

Dia sibuk dengan makanannya, dia tidak memperdulikan keributan yang ada itu. Dia hanya ingin menghabiskan makanannya sekarang.

Disela makannya tiba-tiba seseorang menarik mangkuk mie ayam milik Arla, sontak itu membuat Arla mendongak dan melihat siapa pelakunya. Tidak heran siapa lagi yang berani dengan dirinya kalau bukan cowok brengsek itu?

"Ngapain lo kesini? Gue lagi gak mau ribut sama lo" ketus Arla.

"Enggak kok gue juga gak lagi cari ribut, gue cuma mau liatin lo makan aja" jawab pria itu santai.

"Yaudah siniin mie ayam gue, rese banget si lo!" ucap Arla menatap sinis kerah pria itu.

"Oke, nih" ucapnya sambil menyodorkan mangkuk itu kepada pemiliknya kembali. Tapi bukan Devan namanya jika langsung mengembalikannya.

Saat Arla ingin menggapainya Devan menariknya kembali dan terus seperti itu sampai Arla sudah kesal lalu dia bangkit dan berdiri dihadapan Devan.
"Mau lo tu apa si ha? Heran banget gue? Emang gak ada kerjaan banget ya lo! Ganggu tau gak!" sarkasnya.

"Oh enggak, gue gak ganggu gue cuma melakukan apa yang seharusnya dilakukan sayang kuu" ucap Devan santai.

Ya, orang itu adalah Devan dkk. Tau kan siapa dia? Pria tampan dengan kulit putih dan segala ke uwuannya. Mereka berdua ini kalo ketemu udah kayak anjing dan kucing, selalu bertengkar. Tidak bisa berdamai untuk sekali saja.

Bahkan semua seantero sekolah pun tau kalau mereka adalah patner ribut, kini mereka sedang menjadi pusat perhatian seluruh penjuru kantin. Bahkan yang tadinya hanya lewat kini singgah disana untuk melihat bertunjukan gratis ini.

"Sayang-sayang palak lo! Lo tu bener-bener ngajak gelud ya? Ngeselin banget si lo jadi cowok!" teriak Arla yang sudah kesal dibuatnya.

"Oh sayangnya gue bukan cowok PECUNDANG yang beraninya sama cewek kayak lo" ucap Devan dengan senyuman sinisnya dan menekankan kata 'pecundang' pada Arla.

Arla mengepalkan tangannya kuat-kuat sampai buku-buku jarinya memutih "KALO EMANG LO BUKAN PECUNDANG! NGAPAIN LO GANGGUIN GUE HA? APA MAU LO GUE TONJOK SEKARANG JUGA? mau apa lo? Rumah sakit or kuburan?" bentak Arla murka.

"Wow, sangat mengerikan. Gue takut say, tolong, tolong haha. Gue gak takut sama omongan lo paling juga digibeng dikit langsung pingsan haha" ucapnya sambil tertawa yang diikuti oleh teman-temannya.

"Oke kalo itu yang lo tau dari gue! Gimana kalo kita balapan? Nanti malem diarea balap, gue tunggu lo jam 23.00. Dijam itu lo harus udah stay disana, kalo enggak berarti lo cowok pengecut!" ujar Arla menantang.

Devan yang tak terima dikatakan pengecut pun mengangguk mantap "Tapi apa taruhannya?" tanya Devan.

Arla nampak berfikir "Hm gimana kalo misalnya lo kalah motor lo gue ambil dan kalo misalnya gue kalah gue bakal lakuin apa aja yang lo suruh! Gimana?" tawar Arla seraya menaikan satu alisnya.

Devan nampak menimang-nimang dulu, apakah dia harus menerima atau tidak? Dan ya semoga keputusan Devan tidak salah.

"Oke, deal" ucapnya mengulurkan tangan.

"Deal" jawab Arla sambil menerima uluran tangan Devan. Keduanya sama-sama tersenyum sinis dan meremehkan satu sama lain.

Melihat itu membuat semua orang kantin ricuh karena akan ada balap antar ketua geng, mereka tidak akan melewatkannya mereka akan melihatnya nanti malam.

ARLANTA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang