Devan kini melangkah untuk mencari ruangan dokter yang sudah menangani Arla tadi. Dia yakin, jika Arsen tengah menemui dokter tersebut.
Dia berkeliling dirumah sakit yang besar itu, karena sudah lelah tidak menemukan titik temu. Akhirnya dia bertanya pada seorang suster yang kebetulan lewat.
"Eh... Maaf sus, boleh nanya gak ya?" ucapnya meminta ijin terlebih dahulu.
Suster tersebut berhenti dan tersenyum "Boleh kok mas, silakan" jawabnya dengan senyum ramah.
"Ruangan dokter Anggi dimana ya, sus?" tanya Devan tak kalah ramah.
"Oh, dokter Anggi Wijaya ya, mas?" tanya suster itu memastikan.
Devan mengangguk "Iya, dimana sus?".
"Oh, mas dari sini lurus aja... Terus nanti ada pertigaan mas belok kanan, ikutin aja jalannya nanti sebelah kanan ada ruangan dokter Anggi... Mas baca aja name tag dipintunya" jelas suster tersebut dengan jari yang menunjuk kearah yang dia sebut.
Devan mengangguk paham "Oh iya... Terima kasih sus" ucapnya dengan tersenyum tipis.
Suster itu tersenyum ramah, lalu mengangguk kemudian berpamit pergi dari hadapan Devan.
Dengan segera Devan melangkahkan kakinya menuju ruang dokter Anggi yang sudah ditunjukan oleh suster tadi.
⭐-----⭐
Kini Devan sudah berada didepan pintu ruangan dokter Anggi, setelah dia nyasar kesana kemari tadi.
Devan beralih memegang kenop pintu, tapi belum sampai dia menggapainya. Tiba-tiba suara seorang wanita yang tak lain adalah dokter Anggi berbicara.
"Arla harus segera ikut kemo, karena kanker darahnya ini sudah sangat parah... Kanker nya sudah memasuki stadium tiga dan itu menyebabkan Arla akan drop kapan saja... Saya sarankan untuk memantau lagi keadaan Arla disana nanti"
Deg!
Devan terpaku ditempatnya berdiri saat ini, otaknya berusaha mencerna ucapan-ucapan dokter Anggi tentang Arla.
'Kanker darah?' batin Devan bertanya-tanya.
Kenapa Arla menyembunyikan penyakit separah ini?
Apa mungkin Arla mempunyai kanker darah?
Dan apa tadi? Stadium tiga? Separah itu kah?
Sekarang satu pertanyaan yang dia pendam terjawabkan, tentang kondisi Arla yang sebenarnya. Ternyata ini yang Arla sembunyikan.
Lamunannya buyar ketika suara familiar itu membuka suaranya dan bertanya.
"Tapi, adik saya masih bisa sembuhkan dok?"
"Itu tergantung pada pasien, jika Arla ingin sembuh maka dia harus berjuang demi kesembuhannya! Kami tim medis hanya bisa membantu semampu kami... Jika Arla tidak ingin sembuh, maka kami harus apa? Kami juga tidak bisa memaksa kehendak seseorang, jika dia bilang tidak maka tidak... Jika dia bilang iya maka iya!"
"Jadi saya harap, kamu sebagai abangnya harus mensuport adik mu untuk sembuh dan menjalani kemo! Dan kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan Arla"
Devan semakin terdiam mendengar percakapan antara dokter Anggi dan juga Arsen, karena dia yakin itu Arsen. Soalnya dokter Anggi tadi berbicara 'abangnya' siapa lagi kalau bukan Arsen.
Jadi, Arsen sudah tau? Tapi, kenapa dia tidak menceritakan pada dirinya?
Padahal Arsen tau bahwa dirinya sangat menyayangi Arla. Arsen lah yang tau lebih dulu bahwa Devan itu menyukai Arla.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLANTA [HIATUS]
Teen FictionARLA TANIA LEONARD. Gadis cantik yang memiliki sifat yang nakal, berandalan, suka cari masalah dengan siapa pun. Tapi tidak mau diusik, sekalinya diusik dia akan meleyapkan lawannya, tidak peduli itu siapa pun. Bahkan orang tuanya saja dilawan. Ar...