5

72 10 3
                                    

Pagi yang cerah, kali ini Arla bangun lebih pagi. Ah sepertinya dia masih sangat bahagia dengan kejadian semalam, rasanya sulit dipercaya.

Kini Arla sedang duduk dimeja riasnya, menatap tampilannya dari cermin dihadapannya. Kini dirinya sudah siap dengan seragamnya.

Dan kali ini Arla lengkap dengan rok sekolahnya, dia tidak akan memakai celana jeans untuk sekarang. Karena semalam abangnya itu memaksanya untuk pergi kesekolah bersama.

Awalnya Arla tidak mau karena dia ingin kesekolah menggunakan motor sport kesayangannya. Tapi setelah dibujuk akhirnya dia pasrah dan menyetujuinya.

Arla menuruni anak tangga dan berjalan menuju meja makan, disana sudah ada Leo, Tania, dan juga Arsen tentunya.

"Pagi semua" sapa Arla sambil menarik kursi untuk dia duduki.

"Pagi" jawab mereka serempak.

Arla tersenyum, lalu dia menatap bi Nani yang sedang menata sarapan mereka "Pagi bi" ucap Arla sopan.

Bi Nani menoleh kearah Arla dan tersenyum "Pagi non" jawab bi Nani, "Kalau gitu saya permisi kembali kedapur dulu tuan, nyonya, den Arsen, non Arla" pamit bi Nani pada mereka.

"Iya bi" jawab Arla. Sedangkan ketiganya hanya menganggukan kepalanya, lalu bi Nani melenggang pergi menuju dapur.

"Bang cepetan ya sarapannya takut telat ni" ucap Arla dengan mulut yang masih penuh dengan nasi goreng.

"Telan dulu, baru ngomong" tegur Arsen. Ah adiknya ini memang tidak pernah berubah, dari dulu masih saja seperti ini. Padahal terakhir mereka bertemu ketika Arsen main kesini saat sekolahnya libur panjang.

Itu pun sudah 2 sampai 3 tahun yang lalu. Tapi dia masih hafal dengan kelakuan adiknya ini. Tapi dia belum tahu saja jika Arla ini ketua dari geng besar pertama sebelum gengnya Devan. Arlanta, banyak orang yang tahu tentang itu.

Geng itu sangat baik, mereka pernah berbuat baik kepada fakir miskin dan gelandangan dijalan. Dengan mereka membagikan sekotak nasi untuk mereka semua yang membutuhkan.

Makanya banyak orang yang menyukai geng itu, tapi jika geng Devan memang mereka baik tapi, mereka juga suka rusuh. Dan suka ngebut-ngebutan dijalan raya.

⭐—————⭐

Selesai sarapan Arla dan Arsen berpamitan kepada kedua orang tuanya, dan kini Arla dan Arsen sedang berada dalam mobil milik Arsen. Disini Arsen juga mempunyai kendaraan, dan Arla pernah sekali meminjamnya saat dia sedang darurat.

Ya hanya sekali, kebetulan kunci mobil abangnya itu ada padanya. Alhasil dia hanya meminta izin tanpa susah-susah untuk meminta kunci mobilnya itu.

"Kamu kelas berapa dek?" tanya Arsen yang masih fokus pada jalanan didepannya.

Arla memutar kedua matanya malas, lalu dia melirik sekilas pada abangnya yang sangat bodoh. Menurutnya.

"Ya aku kelas XI lah masa iya kelas VII SMP dong aku" ketus Arla.

"Maksud abang kamu jurusan apa? Terus masuk kelas XI apan?" jelas Arsen.

"Yang bener dong makanya kalo mau nanya itu, aku kelas XI MIPA 2" jawab Arla lalu dia memalingkan wajahnya kesamping, menatap jalanan Jakarta melalui kaca jendela disampingnya.

Sedang Arsen hanya Ber'oh' ria saja. Tak menunggu waktu yang terlalu lama akhirnya keduanya sampai diparkiran SMA TARUNA BANGSA.

Saat Arsen keluar dirinya menjadi pusat perhatian seantero sekolah ini, apalagi para kaum hawa. Bagaimana tidak? Arsen itu sangat tampan, dengan tubuhnya yang tegap, dan rahang yang kokoh, juga kulit putih dan mata tajam yang mampu membuat para kaum hawa, terpesona.

ARLANTA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang