6

70 8 1
                                    

Ditempat yang sama hanya berbeda meja, kini Arla duduk dengan sahabat-sahabatnya yang ditambah dengan abangnya. Arla sudah memberitahu mereka tentang abangnya ini. Jadi mereka tidak akan salah paham.

"Oh iya Ar, nanti mal—" ucapan Stella terpotong kala Arla menatapnya seolah berbicara 'Jangan ngomong itu sekarang' karena tahu dengan kode yang Arla berikan. Stella pun tidak melanjutkan ucapannya tadi.

"Kenapa? Kok pada diem si? Nanti malem kenapa Stell? Kok kayak ada yang ditutupin gitu si?" tanya Arsen beruntun.

Arla jadi sedikit gugup untuk menjawabnya, tapi dia menutupi kegugupannya itu dengan ekspresi datar.

"Enggak, kita mau belajar bareng nanti malem. Dirumah Stella, iya kan?" tanya Arla sambil menatap sahabatnya seolah menyuruh mereka untuk menjawab 'Iya' agar abangnya ini tidak curiga.

"Iya bener banget" sahut Bunga.

Caca yang heran pun ikut menimpal "Bukannya kita gak ada jan—" ucapan Caca terpotong karena Bunga membekap mulut lemesnya itu.

Arla menatap tajam Caca menyuruhnya agar diam saja "Apaan si? Kok kalian aneh gitu" heran Arsen.

"Enggak kok bang, biasalah Caca itu orangnya suka lupaan. Jadi dia lupa kalo nanti malem itu kita mau belajar bareng" jelas Stella.

"Udahlah ngapain bahas pelajaran sekarang si, nanti aja deh dikelas" lerai Chika. Arsen hanya mengangguk paham dan melanjutkan makannya.

Arla, Stella, juga Bunga bernapas lega karena Arsen tidak mencurigai mereka lebih dalam lagi. Sedangkan Caca masih bingung, karena setaunya mereka tidak pernah janjian buat belajar bersama. Tapi yasudah lah.

Jauh dilubuk hati Arsen dia masih ragu dengan ucapan Arla dan sahabatnya itu, dia masih belum yakin kalau mereka akan belajar bersama malam nanti.

Gue harus cari tau semua ini. Apa bener ya yang dibilang anak-anak kelas? Kalo Arla itu ketua geng, ah tapi gak mungkin... Tau ah. Batin Arsen bingung, lalu dimengangkat bahunya acuh.

⭐—————⭐

Bel pulang sekolah telah berbunyi sekitar 5menit yang lalu, tapi Arla dan sahabat-sahabatnya masih setia didalam kelas. Mereka akan membahas rencana mereka untuk malam nanti.

"Jadi itu rencana gue dan nanti malem Bunga sama Caca bakal kerumah untuk jemput gue. Nanti gue bawa motor sendiri, dan Stella nunggu diperempatan komplek aja. Baru nanti kita kemarkas bareng, giman—" ucapan Arla terpotong kala suara bariton dari ambang pintu kelasnya.

"Markas apa?" tanya seseorang dari ambang pintu kelas. Seketika mereka semua menegang, bagaimana ini? Arla belum siap jika identitasnya sebagai ketua geng diketahui keluarganya. Apalagi abang tersayangnya ini.

Ya, yang datang itu adalah Arsen. Lalu Arsen berjalan mendekat dengan sorot mata tajam menatap mereka semua.

"Maksud kamu apa? Markas apa? Apa bener yang dibilang anak-anak sekolah sini, kalo kamu itu ketua geng berandalan?" ucap Arsen menatap tajam Arla yang kini berada dihadapannya.

Lalu Arla tertawa hambar "Apaan si bang? Salah denger kali, orang kita itu ngomongin tentang belajar bareng buat nanti malem. Lagian mana mungkin aku itu ketua geng kayak gitu, gak mungkin lah haha" elak Arla dengan sesantai mungkin agar abangnya ini tidak curiga padanya.

"Oh... Yaudah ayo pulang, dari tadi abang nungguin kamu gak muncul-muncul makanya abang kesini" ucap Arsen.

"Iya, abang duluan aja deh. Arla nyusul bentar lagi, mau bahas tentang pelajaran bentar" jawab Arla.

ARLANTA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang