10

57 10 0
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Kini Bunga, Caca, dan Chika sudah berada diparkiran. Mereka sedang menunggu Devan dkk untuk pergi bersama kerumah sakit.

Tak lama Devan dkk pun datang dan segera menghampiri mereka semua. Dengan gaya coolnya mereka berjalan membuat semua para siswi berteriak histeris melihatnya.

Bunga memutar bola matanya malas "Woi... Buruan elah, malah tebar pesona lagi! Sok ganteng banget sih!" gerutu Bunga kesal, karena mereka semua terlalu ngaret.

"Sabat napa?" sahut Eto ketus. Baru saja Bunga akan menjawab ucapan Eto tapi sudah keduluan sama Caca.

"Eh, udah-udah! Kalian kenapa jadi berantem gini sih Bunga? Eto? Nanti jodoh loh, mau Caca do'ain?" ucap Caca dengan tampang polosnya itu.

Bunga dan Eto melotot menatap Caca "Enggak akan pernah!" ucap Bunga dan Eto bersamaan. Lalu mereka saling lempar tatapan sinis.

"Tuh kan, barengan berarti Caca be—" ucapan Caca terpotong oleh Chika.

"Udah, sekarang kita tuh mau ketempat Arla. Stella baru ngabarin kalo Arla tuh drop lagi, gak tau kenapa!" ucap Chika yang mampu membuat mereka menatapnya dengan tatapan bertanya.

Sedangkan yang ditatap hanya mengedikan bahunya lalu menaiki motornya dan memakai helm full face nya. Diikuti dengan yang lainnya juga.
Devan yang sedari tadi hanya diam pun langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Dia tidak ingin Arla kenapa-kenapa!

Lo harus kuat Ar, gue tau lo cewek yang kuat. Gue belum tau sama perasaan gue sendiri, jadi gue gak mau menyimpulkan dulu kalo gue suka sama lo! Jadi gue akan buktiin dulu perasaan gue. Batin Devan.

Sama halnya dengan Angga yang berada dibelakangnya. Angga sempat berpikir, apakah penyakit Arla kembali lagi? Bukankah dia sudah sembuh? Apa iya penyakit itu bisa kembali? Bagaimana bisa?

Kamu cewek kuat Arla! Jangan sampe penyakit sialan itu bersarang lagi ditubuh kamu. Aku gak mau... Aku gak mau sampe terjadi apa-apa sama kamu... Apalagi ini udah amanah terakhir dari Kelvin. Aku gak mau mengecewakan dia Ar, kamu jugakan? Bertahanlah Arla. Batin Angga.

⭐—————⭐

Dirumah sakit mereka sudah berada diruangan Arla, kini gadis itu tengah tertidur setelah diperiksa oleh dokter. Arsen merasa ada kejanggalan disini, dimana Arla mimisan dan kepalanya tiba-tiba pusing. Lalu dia merintih sakit dibagian tubuhnya.

Tapi dokter itu hanya mengatakan bahwa Arla tidak apa-apa. Aneh bukan sih? Aneh. Apa dokter itu tidak bisa memeriksa pasien? Apa dokter itu sedang menutupi sesusatu? Tapi apa?

"Lo ngerasa aneh gak sih Stell?" tanya Arsen tiba-tiba. Membuat fokus mereka kearah Arsen, begitu juga Stella yang ditanya seperti itu.

Stella menautkan alisnya "Aneh apa bang?" tanya Stella bingung.

"Ya, aneh aja gitu. Masa iya dokter Anggi bilang kalo Arla gak kenapa-kenapa, padahal jelas-jelas Arla itu kek yang kesakitan gitu. Ya, gue sih ngerasa ada yang mengganjal dalam keadaan ini" jelas Arsen.

Mereka semua diam. Ruangan ini seketika hening. Mereka berkutat pada pikirannya masing-masing dan membenarkan ucapan Arsen tadi. Tapi tidak untuk satu orang, dia malah cemas, khawatir, dan panik yang menjadi satu.

Perasaannya berkecamuk dengan banyak pikiran-pikiran negatif selalu bermunculan dikepalanya, dia selalu menepis pikiran itu. Tapi tetap saja selalu muncul lagi dan lagi. Angga jadi pusing dengan semua ini!

Lamunan mereka terhenti kala suara decitan pintu yang terbuka dan menampilkan wajah panik dari sepasang suami istri itu.

"Ya ampun Arla! Arsen ini sebenarnya kenapa? Kok Arla bisa sampe masuk rumah sakit gini sih?" tanya Tania yang begitu panik.

ARLANTA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang