18

43 6 0
                                    

Kini, diruangan bernuansa putih dengan bau obat-obatan yang mendominasi. Dengan seorang gadis yang terbaring lemah diatas brankar, dengan tangan yabg diinfus.

Teman-temannya sudah pulang, karena hari yang semakin larut. Tadi Arla sempat sadar dan kini dia tidur, karena masih kecapean.

Arsen, Angga, dan Devan yang menjaganya malam ini. Sedangkan kedua orang tuanya pulang, besok mereka akan kembali.

Arsen dan Angga duduk disofa yang disediakan untuk pengunjung, sementara Devan duduk dikursi samping brankar Arla.

Menggenggam tangannya yang bebas dari infus, Devan memperhatikan wajah cantik itu dengan lekat.

Dan dia baru menyadari bahwa Arla memiliki perubahan yang cukup drastis, dari pipinya yang tidur, bibir yang tadinya pink kini berganti pucat pasi. Rambutnya yang tebal kini menjadi tipis.

Banyak pertanyaan yang kini muncul dibenaknya. Ada apa dengan Arla?

Apa yang terjadi padanya?

Apa yang Arla sembunyikan pada semua orang? Oh, ralat bukan semua karena Arsen dan Angga sudah tau.

Apa Arla mempunyai penyakit yang serius?

Masih banyak lagi pertanyaan dibenak Devan, tapi dia tidak bisa mempertanyakannya. Karena Arla pasti akan diam dan mungkin berbohong padanya, dia harus mencari tau semua ini.

"Sen! Ngga!" panggil Devan memecah keheningan.

Merasa nama mereka disebut, lantas kedua pria yang sedang asik pada dunianya kini beralih menatap Devan dengan heran.

"Kenapa?" tanya Angga mewakili perasaan mereka berdua.

Devan menghela napas, lalu dia memandang mereka sejenak dan beralih pada Arla lagi "Kalian ngerasa gak sih? Perubahan sama Arla?" tanyanya dengan memandang lekat setiap inci wajah Arla.

Arsen dan Angga tertegun, mereka bingung harus menjawab apa sekarang?

Apa mereka harus jujur?

Arau malah berbohong?

'Tuhan, bantu lah kami untuk mencari alasan... Jangan sampe Devan curiga sama perubahan Arla' batin Angga menjerit.

"Ekhem!" Arsen berdeham menghilangkan kegugupannya.

Arsen menatap Devan dengan serius "Perubahan gimana maksud lo?" tanyanya seakan tidak mengerti maksud Devan.

"Gue tau lo ngerti maksud gue! Lo itu abangnya, pasti lo tau gimana Arla" ucap Devan dengan datar, tanpa menatap kedua temannya.

Arsen menghela napas berat "Lo akan tau... Tapi bukan sekarang, lo bakal tau nanti! Saat Arla udah ngijinin lo buat tau semuanya" ucap Arsen.

Devan mengerutkan dahinya, lalu dia menatap heran kearah kedua temannya yang kini menatap dirinya dengan tatapan serius.

"Maksud lo apa? Apa yang gak boleh gue tau? Kalian nyembunyiin sesuatu dari gue? Arla sebenernya kenapa? Apa ada yang serius sama Arla? Apa alasannya sampe gue gak boleh tau?" tanya Devan bertubi-tubi.

Angga mendengus kesal "Kalo mau nanya satu-satu bambang!" ketus Angga yang pusing dengan pertanyaan Devan yang bertubi-tubi.

Devan mendengus "Buruan jawab aja kenapa sih?!" ketusnya.

"Gak bisa Van, kita juga gak punya hak untuk ceritain semua yang kita tau sama ornag lain... Tanpa ada persetujuan dari yang bersangkutan" sahut Angga.

Devan mengalihkan pandangannya kearah Arla 'Apa yang kamu sembunyiin dari aku Ar? Kenapa aku gak boleh tau tentang kamu? Kasih tau aku Ar, aku juga pengen jadi benteng kekuatan untuk kamu' batin Devan dengan lirih.

ARLANTA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang