He-Ran tiba di Korea sudah sejak siang. Namun sampai di jam ini ia masih sendiri di rumah besar ini. Hanya beberapa pelayan dan staff rumah yang ia temui di sana sini. Ibunya? Tentu saja sedang sibuk begitu juga Tuan Park, ayah tirinya. Jimin? Sejak namja itu pergi ia tak nampak kembali ke rumah. He-Ran hanya duduk termangu memandang langit yang mulai menjingga di ufuk sana. Lewat jendela kaca besar yang ada di kamar barunya. Ia sendiri bingung kenapa setelah setahun ia dibawa pulang kesini. Awalnya ia berpikir ibunya akan tetap membiarkannya di Jepang, dan tak akan pernah ia tarik pulang. Anak yang di lupakan adalah hal pertama yang ia rasakan mengingat jarang sekali ibunya sekedar menghubunginya untuk menanya kabar. Selalu ada alasan dibalik kasih sayang ibunya padanya. Ia kadang bingung apa dia ini memang anak yang di lahirkan ibunya? Atau bukan. Ia selalu melihat cinta dan kasih sayang yang ditunjukkan ibu-ibu diluar sana untuk putrinya, He-Ran tak pernah merasakan nya. Secara materi mungkin He-Ran tidak kekurangan. Dan ia tahu dunia ini memang tidak adil. Mungkin itu sebabnya ia tak bisa mendapatkan perhatian ibunya.
Di keluarganya anak laki-laki memang sangat penting, sebab Ayah He-Ran adalah anak tunggal dan Nenek yang awalnya tidak menghargai Ibunya di awal pernikahan menjadi sangat menghormati menantunya karna memberikan cucu sulung laki laki. He-Ran hanya seperti kesalahan yang yak disengaja. He-Ran bagai anak yang tak seharusnya lahir karna keluarga itu sudah jauh bahagia dan ia tak di perlukan.
Ia juga berfikir, mungkin alasan di balik kepulangannya hanya sebuah formalitas dimana untuk menjaga nama baik keluarga Kim dan Park yang di kenal halayak ramai.
Bagai mengulum rasa pahit yang mengganjal di tenggorokan itulah usaha He-Ran menahan air matanya saat ini.
Disaat ia benar-benar merasa tenggelam dalam kesepian seperti saat ini terasa membunuh. Jangan tanyakan hari-harinya di Jepang yang mana ia lewati seorang diri tanpa benar-benar mengenal satu orang pun di sana.
"Dititik mana aku pernah merasa bahagia di hidup ini? Aku ingin mengingatnya lagi... Setidaknya itu bisa membuat ku lebih baik"
Gumam He-Ran."Nona, makan malam sudah siap"
Ucap Ajhumma yang mengepalai staff untuk mengurus segala urusan rumah keluarga Park dari luar pintu kamar He-Ran."Nde"
Ucap He-Ran menjawab.He-Ran memutuskan hendak menutup tirai sampai matanya menangkap motor Jimin dengan namja itu disana tengah berkendara masuk dan berhenti didepan rumah diikuti dua mobil di belakangnya.
He-Ran tahu benar. Salah satunya adalah mobil ibunya. Dan satu lagi? Ayah Jimin.
Pandangan Jimin dan dirinya tak sengaja bertemu. Tak lama setelah kedua orang tua mereka turun Jimin beranjak lebih dulu masuk kedalam rumah. Ibunya juga melihatnya.
He-Ran turun kebawah.
Wah.. seperti inilah keluarga baru He-Ran.
Sungguh terasa asing dan tak ada sedikitpun kehangatan.
Ayah Jimin bahkan duduk berjauhan dengan ibunya. Kedua orang itu duduk dimasing-masing sisi meja makan yang lumayan panjang itu dan bersebrangan.
He-Ran melihat Jimin duduk di bagian tengah tetap berusaha jauh dari ayah maupun ibu tirinya.
He-Ran secara random mengambil tempat di sisi yang sama dengan Jimin namun berjarak dua kursi.
"Jam berapa kau tiba?"
Ucap Ibu He-Ran memulai percakapan setelah ia menyelesaikan suapan pertamanya. Sedang Jimin dan Ayahnya hanya makan dalam diam."Entahlah, aku tak ingat. Itu juga bukan lah hal penting yang perlu kau tanyakan. Ku pikir mungkin kau lupa seharusnya aku tiba hari ini melihat betapa terkejutnya saat kau melihat ku tadi"
Ucap He-Ran singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
But I Still Want You "2nd" Ver
FanficMerupakan Versi kedua dari BISWY ver 1 yang udah lengkap ceritanya. FYI Dua cerita memiliki cast yang sama namun dengan dua tema kisah agak serupa namun berbeda... Gimana bingung nggak tuh? 🤭 Masih tentang cinta yang enggan di ungkapkan dan di balu...