Part 7 - Bedrooms

82 7 0
                                    

Mereka tiba di gedung apartemen mewah di daerah Upper East Side. Apartemen ini tidak jauh dari Central Park. Amber ingat pernah melewati apartemen ini saat mencari James sekitar 2 tahun lalu dan membayangkan bagaimana rasanya tinggal di tempat mewah. Ayahnya dulu memang bukan orang miskin, tapi mereka juga tidak kaya sekali. Dan karena Amber anak perempuan, dia tidak pernah merasakan secuil pun kekayaan ayahnya. Pakaiannya selalu berasal dari second-hand shop agar dia bisa membeli banyak sekaligus, sepatunya tidak akan ganti jika tidak rusak. Dia sering dibully teman-teman sekolahnya, anak seorang Hanson tapi penampilannya mirip gembel. Mereka mengatakan bahwa pantas saja ayahnya kaya, karena dia pelit.

Hazel masih setia dalam gendongan Amber, dan sudah kembali terlelap. Gavin membawa tasnya di tangan kiri, dan menggandeng tangannya dengan tangan kanan. Amber merasa bahagia, tapi juga takut. Takut jika tidak lama lagi tangan ini tak akan menggenggam tangannya lagi. Tapi biarlah, yang penting dia akan menikmati hari ini dengan bahagia. Biarlah dia merasakan dicintai Gavin dan Hazel untuk sehari saja. Jika besok dia harus terbuang lagi, paling tidak dia punya satu kenangan indah untuk terus maju.

Apartemen Gavin sangat luas dan elegan. Masih ada sentuhan wanita di tiap sudutnya, bukti bahwa Gavin tidak ingin menyingkirkan kenangan akan istrinya begitu saja. Amber terharu dan sedikit iri pada istri Gavin. Wanita ini jelas dicintai. Amber hanya sebentar merasakan cinta, itu pun sepertinya hanya dirinya yang memuja. James lah yang banyak berbicara, James lah yang menyentuhnya jika dia butuh sex, James lah yang menentukan apa yang harus dilakukannya, selalu James dan James. Memang James tidak pernah kasar, tapi sering sekali sibuk dengan dirinya sendiri.

"Tidurkan Hazel disini." kata Gavin menuntun Amber ke sebuah kamar khas anak berwarna pink. "Ada pintu sambung dari kamar ini ke kamarku, well...nantinya kamar kita, jadi kau bisa setiap saat menengok Hazel."

Amber diam saja sambil membaringkan Hazel yang masih pulas di tempat tidur berwarna putih itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Amber diam saja sambil membaringkan Hazel yang masih pulas di tempat tidur berwarna putih itu. Kata-kata Gavin terdengar indah di telinganya tapi dia tak ingin memupuk harapan terlalu cepat. Demi Tuhan, mereka baru bertemu kemarin. Kemudian Gavin menuntunnya menuju kamar lain dari pintu sambung. Amber terpana. Seumur hidupnya dia tidak pernah melihat kamar tidur seindah ini.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Embracing Happiness (On Going)Where stories live. Discover now