Part 11 - The Douchebag

66 7 0
                                    

Setelah malam yang indah itu, semua berlalu sangat cepat bagi Amber. Gavin ingin mereka menikah dalam dua minggu. Maka dari itu, semua persiapan dilaksanakan dengan cepat. Untungnya Gavin bersedia melakukan pernikahan yang sederhana, yang hanya dihadiri keluarga saja -- Amber hanya mengundang Mrs. Carr, karena dia tidak punya saudara di New York. Sebelum merencanakan pernikahan, Gavin mengajak Amber berkenalan dengan keluarga Aurora. Victoria jelas mengajukan diri sebagai panitia utama pesta pernikahan ini. Adam, ayah Aurora, menawarkan diri untuk mengiringi Amber di altar. Amber menerimanya dengan bahagia meskipun sebagai seorang anak perempuan, dia ingin ayahnyalah yang mengiringinya. Tapi Victoria mengatakan bahwa sekarang dia dan Adam adalah orangtua Amber.

Kemudian Amber diperkenalkan pada keluarga Gavin, yang menyambut Amber dengan suka cita dan memperlakukan Amber layaknya penyelamat hidup Gavin dan Hazel. Sepupu Gavin, Shawn, mengatakan hal yang hampir sama dengan Victoria. Bahwa selama ini Gavin anti dengan wanita, Auroralah yang berjuang untuk mendapatkan cinta Gavin, dan bahwa Gavin tidak memuja Aurora meskipun pria itu mencintainya. Amber diterima dengan tangan terbuka oleh orang tua Gavin. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Amber merasa memiliki keluarga besar yang ramai dan ceria. Dia sangat bahagia.

Seminggu sebelum hari pernikahan, Amber dan Gavin memiliki janji untuk fitting gaun pengantin di butik milik keluarga Gavin. Catherine sendiri yang turun tangan membantu Amber. Pilihan Amber jatuh pada gaun pengantin yang tampak sederhana namun anggun, dengan renda tertutup di bagian dada dan terbuka berbentuk V di bagian belakang. Memandang bayangannya sendiri di cermin, Amber tidak bisa menahan air matanya. Akhirnya dia mengenakan gaun pengantin. Akhirnya ada yang benar-benar mau menerimanya dengan segala luka di masa lalunya dan merasa beruntung memilikinya. Memang nanti tidak akan ada ayah dan ibunya, tapi Amber tetap merasa bahagia. Semalam dia menghubungi Mrs. Carr dan wanita itu benar-benar ikut bahagia. Mereka menangis bersama di telepon dan Mrs. Carr mengatakan bahwa dia tidak akan melewatkan pernikahan Amber. Mrs. Carr mengatakan bahwa orang baik akan bertemu dengan orang baik. Dan dia tahu bahwa Amber adalah orang baik. Maka sudah sepantasnya Amber memperoleh kebahagiaan.

Setelah perdebatan panjang yang menurut Amber tidak perlu antara Catherine dengan Gavin -- Catherine merasa gaun Amber terlalu sederhana dan Gavin membelanya dengan mengatakan gaun itu adalah gambaran pribadi Amber -- akhirnya mereka melanjutkan jadwal pertemuan dengan pihak catering. Amber sedang sibuk melihat-lihat contoh kue ketika ada yang memanggil namanya pelan. Ketika Amber menoleh, dilihatnya pria itu. Pria yang pernah dicintainya namun mencampakkannya. Pria yang pernah mempermalukannya -- menamparnya dan memintanya pergi ke rumah sakit jiwa. Ayah dari putri kecilnya tapi tidak mau mengakuinya. Tiba-tiba Amber merasa marah.

"What are you doing here, babe?" tanya James dengan ramah dan berusaha mencium pipi Amber. Amber melangkah mundur dan tiba-tiba merasa jijik.

"Who are you?" tanya Amber dingin.

"Oh come on, honey...it's me, James. Jangan pura-pura tidak mengenalku." James tertawa kecil, masih mencoba memeluk dan mencium Amber. "I've missed you so much." katanya memelas.

"Get away from me." Amber terus melangkah mundur sampai punggungnya menabrak seseorang.

"Can I help you?" tanya Gavin kepada James. Amber merasa lega Gavin sudah berada di sampingnya.

"Mr. Cafaro?" tanya James terkejut.

"Yes. Apakah kau mengenal calon istriku, James?" Gavin menekankan suara saat mengatakan 'calon istri'.

"Calon istri?" James terbelalak mendengar pertanyaan Gavin. Matanya beralih pada Amber.

"Perkenalkan, ini Amber Hanson, calon istriku. Dan Amber, ini James Duncan, pria brengsek dari masa lalumu yang ternyata hanya salah satu pegawai di kantor cabangku." kata Gavin datar.

"Kebohongan apa yang kau ceritakan pada Mr. Cafaro?" tanya James marah pada Amber. Gavin maju selangkah dengan tiba-tiba, membuat James mundur dengan gugup.

"Watch who you're speaking with, Duncan. Dia adalah calon Mrs. Cafaro. Tanpa dia menceritakan apa pun, aku bisa mencari tahu siapa kamu, dan membalaskan dendamnya. Hanya karena aku menghargai keputusan Amber untuk melupakan masa lalunya lah aku diam saja. Tapi ingat, satu kata darinya akan menghancurkan hidupmu karena her wish is my command. Sekarang bawa perempuan murahanmu itu karena toh kau tak akan sanggup membeli kue disini, and get out of our faces sebelum aku memecatmu." Gavin menarik Amber yang membisu dan berdiri kaku menjauh dari James dan kekasihnya.

Lalu tiba-tiba, entah dengan kekuatan dari mana, Amber berbalik dan berjalan cepat menghampiri James. James yang masih berdiri karena shock hanya memandang Amber dengan melongo. Baru saja kesadaran menghampirinya, tersenyum akan menyambut Amber, tangan Amber telah menamparnya dengan keras. James terbelalak, terlalu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

***

"Asshole! You pretended not to know me and now you think you can act like you've never hurt me?! Remember this, douchebag, for Ruby's sake, I will destroy your life! I'm gonna be happy with Gavin and I'm gonna see you suffer! You're just Gavin's minor employee, aren't you? Then I can ask him to fire you! Be ready to live miserably until no women on Earth will ever wanna be with you!" teriak Amber sambil menghentakkan kakinya.

Kemudian Amber menarik tangan Gavin dan keluar dari toko kue itu. Gavin tersenyum miring menikmati amarah yang keluar dari mulut Amber. Wanita itu memang butuh pelampiasan dan pria brengsek itu pantas mendapatkan yang lebih menyakitkan. Dua hari setelah Amber bercerita tentang James, Gavin mendapat laporan dari orang kepercayaannya bahwa James Duncan bekerja untuknya di kantor cabang di New Jersey. Kontraknya 5 tahun, karena rekomendasi dari kantor sebelumnya yang sangat memuaskan. Namun, setelah satu setengah tahun bekerja di perusahaan Gavin, James tidak melakukan banyak kemajuan. Pekerjaannya sering tidak memuaskan dan sering mangkir dari tugas. Jika dikirim untuk rapat, dia akan terlambat sehingga memberikan kesan yang tidak baik. Padahal dalam sebulan belum tentu dia mencapai target yang ditentukan. Dia pernah dipindah ke Minnesota -- disinilah dia bertemu dengan Amber -- yang tidak membawa hasil memuaskan, tapi tiba-tiba dia meminta untuk dikembalikan ke New York. Setiap tahun gajinya sudah dikurangi sebagai hukuman, namun sepertinya tidak ada perubahan pada sikap James.

Setelah diselidiki oleh Gavin, ternyata salah satu manajer personalia di perusahaannyalah yang merekomendasikan James. Mereka dulu pernah menjadi kekasih, dan James memanfaatkannya. Manajer tersebut sudah dia pecat, tapi dia membiarkan James bekerja padanya sedikit lebih lama agar bisa membalaskan dendam Amber. Dengan tugas yang hampir sama dengan anak magang dan gaji yang tidak seberapa, sebenarnya posisi James di perusahaan Gavin benar-benar tidak ada artinya. Tapi Gavin sudah memblokir akses James untuk mencari pekerjaan. Selama Gavin masih hidup, James tidak akan bisa bekerja di perusahaan mana pun di Amerika Serikat atau cabang-cabang di luar negeri sekalipun. Pekerjaan paling bagus yang akan bisa dia dapatkan kelak adalah kasir di supermarket. Itupun kalau dia beruntung.

Gavin berjalan cepat mengiringi langkah Amber, kemudian memintanya berhenti dan memeluknya. Amber yang sempat dikuasai amarah, tak bisa lagi menahan tangisnya. Amber menangis dengan hebat di pelukan Gavin.

"You did great...you were amazing..." kata Gavin menenangkan Amber.

"Was I too mean?" tanya Amber diantara tangisnya.

"No...you weren't! You were amazing! I'm proud of you..." jawab Gavin kembali memeluk dan mencium puncak kepala Amber.

Dan Gavin memang bangga pada Amber. Wanita keras kepala ini jika sudah memutuskan sesuatu, dia akan berusaha keras untuk melakukannya. Seperti ketika dia memutuskan untuk terus menyelesaikan sekolahnya meskipun harus banting tulang bekerja, juga ketika dia memutuskan untuk menyusul James ke New York padahal dia tidak pernah sekali pun keluar dari kota kelahirannya. Dan sekarang Gavin yakin, Amber akan berusaha keras untuk maju dan bahagia karena dia sudah memutuskannya. Gavin akan memastikan untuk membantunya. Apa pun yang terjadi.

***

Embracing Happiness (On Going)Where stories live. Discover now