Perasaan Tamara?

282 14 2
                                    

Acara makan makan pun sedang berlangsung. Banyak yang mereka obrolkan terutama kehidupan ketiga cewek itu.

Tamara senang ayahnya sangat senang bertemu Ulfah, walaupun bundanya sedikit tidak suka. Wajar baru bertemu beberapa kali. Ulfah juga sangat berbaur dengan yang lain. Senyuman tercetak manis dibibir Tamara. Merasa diperhatikan ulfahpun pamit ke toilet untuk menetralisir detak jantung nya.

"Bun, yah, kak mara kita sampe" ucap gadis yang baru saja sampai bersama seorang laki laki yang usianya lebih muda dari gadis itu.

"Lama sekali kalian. Cepat ayah sudah siapkan makanan buat kalian" ucap pak Hardika

"Ini pasti Airin sama Razel ya. Lama kita ga ketemu" ucap ibu Aryo

"Iya Tan" ucap Airin dan diangguki Razel

"Nambah cuek aja dua bocil ini" ucap Aryo sambil menyindir dua kakak beradik itu

Ulfah pun sudah keluar dari toilet dan kembali ke meja tadi. Melihat ke arah meja, sudah ada dua orang yang dari tadi sudah ditunggu keluarga Tamara.

"Kak Aul?" Ucap Airin dan Razel serentak ketika melihat Ulfah berjalan menuju ke arah nya.

"Loh Airin? Razel? Kalian disini juga?"ucap Ulfah terkejut dengan kehadiran mereka

"Aku kangen Aul tau"Ucap Airin sambil berjalan memeluk Ulfah

"Aku juga kangen kak Aul" ucap Razel mendekati Ulfah

"Aku kangen kalian juga" Memeluk Airin dan tersenyum mengusap pundak Razel

Seluruh orang dimeja itu terkejut dengan ke akraban Razel, Airin dan Ulfah. Pasal nya Airin dan Razel adalah orang orang yang cuek. Meski teman teman Tamara sudah mengenal dia lebih dari 5 tahun. Tetep saja Sikap mereka berdua cuek dan irit bicara terhadap teman teman kakaknya itu.

"Kalian saling kenal?" Ucap Tamara juga tak kalah terkejut

"Kenal lah. Ini kan kakak baik"ucap Razel
"Iya. Dia temen se per novelan aku, temen se per haluan akuu" ucap Airin masih setia memeluk Ulfah

"WIHHH pencetak sejarah. Ada yang bisa Deket sama Razel plus Airin juga. Yang dinginnya nauzubillah. Salutt gue sama Ulfah"Ucap Aryo

"Keren fah" Ucap Bimo

"Ayah senang kalian berempat sudah sama sama kenal baik, iyakan Bun?" Ucap Ayah Tamara senang. Namun berbanding terbalik dengan sang Bunda yang nampak tak suka dengan keakraban mereka

"Hm" cuek sang bunda Tamara

Semua orang di meja itu tersenyum, melihat kejadian yang amat langka itu untuk mereka. Tamara pun tak kalah senang dan tersenyum bahagia melihat kedua adiknya sangat menyayangi Ulfah, begitu pun sebaliknya.

Acara makan makan pun dilanjutkan. Airin dan Razel pun terus dekat dekat dengan Ulfah. Seperti tidak ingin terpisahkan. Mereka masing masing keluar restoran itu. Keluarga Bimo dan Aryo beserta Lasari dan Dinda pun sudah pamit terlebih dahulu.

"Bun, yah aku anter Ulfah dulu ya"ucap Tamara

"Engga usah kak mara. Aku bisa pulang naik taksi kok" tolak Ulfah halus

"Nah kan dia bisa pulang sendiri mara. Ayok kita juga pulang mara. Bunda kangen sama kamu"Ajak bunda terdengar memaksa

"Ayok kak, kita anter kak Aul dulu. Razel mau ikut nganterin yaa "ucap razel merengek kepada Tamara

"Airin juga. Mau ikut nganter Aul" ucap Airin

Tamara dibuat terkejut lagi dengan ucapan Razel. Dia tidak pernah berucap lebih dari tiga kata. Dan sekarang lebih dari itu, ditambah sikap Razel yang mendadak seperti anak kecil itu membuat Tamara tersenyum senang. Airin pun. Yang biasanya tidak suka diajak pergi, sekarang mendadak menawarkan diri untuk ikut mengantar Ulfah. Sungguh luar biasa

"Yasudah, Tamara kamu bawa mobil ayah. Biar motor Razel ayah yang bawa. Kalian bertiga anter saja dulu Ulfah pulang. Pastikan dia sampai ke rumah dengan selamat ya" ucap Ayah Tamara

"Loh panas yaahh. Naek motor tuh panas. Mana banyak debu lagi. Ga mau bunda mau naek mobil aja yah" ucap bundanya sinis

"Kita pesen taksi kalo gitu"

"Engga. Bunda ga mau lagi naek taksi ayahhh. Yasudah pake motor Razel aja" putus sang bunda dan menatap Ulfah dengan tatapan tak suka

Ulfah dan ketiga kakak beradik ini sekarang sedang dalam perjalanan menuju rumah Ulfah. Razel dan Airin tak henti hentinya bercerita dengan Ulfah. Tamara hanya mendengarkan dan sesekali menanggapi cerita mereka. Melihat itu semua Tamara tersenyum bahagia.

"Razel, Airin. Kakak mau bicara berdua dulu sama kak Aul nya ya. Boleh dipinjem bentar" izin Tamara kepada kedua adiknya itu ketika mereka memutuskan untuk bermain ditaman terlebih dahulu

"Iya kak" ucap Airin dan Razel

.
.

"Ulfah?" Ucap Tamara setelah sekian lama mereka duduk dikursi taman dengan saling diam

"Iya kak" jawab ulfah namun gak mau menatap Tamara

"Saya minta maaf"

"Untuk?"

"Waktu itu saya mengabaikan kamu. Saya benar benar menyesal"

"Gapapa kak. Aku maklum"

"Tapi kamu beda sekarang"

"Beda gimana? Aku biasa aja kak"

"Kamu lebih terlihat canggung dengan saya dan kamu tidak mau menatap saya"

Ulfah terdiam

"Fah"

"fah"

"Eh iya kak. Maaf"

"Jangan ngelamun. Nanti cantiknya ilang"

"Apasih kak" ucap Ulfah sambil tersenyum malu

"Biasa aja kali pipinya, jangan nyampe merah gitu" ucap Tamara menggoda Ulfah karena terlihat malu malu

"Cuacanya panas aja. Makanya pipiku merah"

"Bisa aja ngeles nya Hahaha" Tamara tertawa

Tapi entah kenapa Ulfah ingin melihat tawa itu. Melihat Tamara tertawa, membuat jantung Ulfah menjadi tidak karuan. Dia tersenyum melihat tawa Tamara.

Jantung gue ya Allah. Kak mara jangan bikin gue jadi kecanduan tawa kakak ini-- Batin Ulfah

Nyaman. Gue seneng bisa Deket gini sama Ulfah. Liat senyumnya bikin jantung gue maraton-- Batin Tamara

"Yang kemarin itu, temen saya dari kecil. Kita dulu bertiga, temen saya satu lagi kuliah di Luar negri. Bunda sayang banget sama dia, nganggep dia sebagai anaknya sendiri. Bunda ga suka kalo saya deket sama cewek selain Salsa. Saya juga dari dulu belum pernah deketin cewek selain Salsa. Bukan karena saya suka salsa lohh ya. Cuma karena saya memang fokus sama pendidikan saya. Sampai akhirnya saya kenal kamu. Jujur Saya senang bertemu kamu. Saya nyaman berdekatan dengan kamu. Saya merindukan kamu disaat saya tugas. Ditambah hari ini saya teramat bahagia. Ayah, Razel sama Airin terlihat senang dengan kamu. Mereka sangat menyukai kamu. Walaupun sikap bunda sedikit tidak nyaman buat kamu, saya minta maaf"

Deg

Ulfah terdiam mendengar semuanya perkataan Tamara. Tamara menjelaskan tentang Salsa tanpa Ulfah memintanya. Tamara  menjelaskan perasaannya kepadanya.

"Soal Bunda kakak, gapapa saya tidak masalah"

"Soal perasaan saya?"

"Hah?"

Duhh gimana gimana?
Vote dan comen ya
Jangan lupa Follow akun aku
See you next part ya guys

I Love My Captein [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang