Jika aku salah, tolong beritahu. Jangan diam, lalu pergi dengan pemikiran mu sendiri
Tamara prov
Satu bulan sudah berlalu. Tidak ada yang berubah dari perasaan dan status antara aku dengan Ulfah. Kita tetap mengabari satu sama lain. Dia sedang sibuk sibuknya dengan kuliah serta kerjaannya. Apalagi sudah memasuki tahun ajaran baru. Dia sangat sibuk dengan organisasi satunya itu.
Dia mengabari ku tidak sering. Paling saat pagi sebelum berangkat, siang pas jam istirahat dan malam sebelum tidur. Tapi aku maklum, dia terlihat sangat sibuk. Terbukti dia tidak pernah membuat story di wa, Ig, maupun twit di Twitter nya.
Kadang aku juga merasa sangat membutuhkan dia. Aku selalu merindukan senyumannya, merindukan tawanya, merindukan omelannya, merindukan curhatan nya. Namun, setiap kita melakukan vidio call wajahnya terlihat letih. Aku tak tega jika dia harus menemani atau sekedar ngobrol bersama ku. Aku lebih sering menyuruhnya istirahat dan aku hanya bisa melihat wajahnya sekitar 5 menit sebelum dia istirahat.
Aku sangat rindu dia ketika aku pulang dari penugasan. Dia yang sering datang menjemput ku. Namun, bulan ini setelah aku pulang dia tidak menjemputmu. Aku kecewa, namun aku tau dia sedang di Jakarta. Tidak mungkin dia harus ke Bogor untuk ikut menjemput ku.
Bahkan disaat aku libur, dia tidak libur. Dia lebih memilih mengurusi organisasinya daripada aku. Aku sebenarnya ingin mengajak dia jalan, namun dia selalu menolak dengan alasan capek atau ada tugas. Disaat dia libur kuliah, aku sudah bilang untuk kita bertemu hanya untuk sekedar makan. Namun, lagi lagi dia menolak dengan alasan harus pergi kebogor untuk mengurus pekerjaannya yang agak menumpuk.
Hari ini, aku mengajaknya untuk bertemu karena dua hari lagi aku akan melakukan penugasan lagi. Waktunya cukup lama sekitar tiga bulan, dan aku ingin berbicara langsung dengan dia. Dia ternyata bisa, namun waktunya tidak lama dia harus kembali ke kampus untuk rapat OMP (Organisasi Mahasiswa perduli).
Kita sudah janjian untuk bertemu di cafe depan kampusnya. Agar dia tidak jauh jika harus balik lagi ke kampus. Namun, aku tidak ingin menunggu di cafe sendirian. Maka dari itu aku sengaja menunggu dia didepan kampusnya. Dia bilang sebentar lagi dia keluar.
Tak selang beberapa waktu, aku melihat dia sedang berbicara dengan seorang pria yang sepertinya lebih muda dariku. Mereka terlihat cukup dekat, terbukti sekarang Ulfah sedang mengacak ngacak rambut si pria. Parahnya lagi si pria ini mengelus hijab atas Ulfah, dan Ulfah terlihat senang sekali. Kemudian Ulfah melambaikan tangan tanda perpisahan ke arah pria itu. Membuat hati tamara menjadi sangat kesal.
"Kakak kok disini. Tadikan aku suruh nunggu di cafe aja" hati aku panas mendengar dia berbicara seperti itu. Seperti tidak suka jika aku menjemputnya. Apa dia sering melakukan adegan seperti itu dengan pria itu.
Kemudian dia pun memasuki mobilku. Aku hanya diam, aku tidak bisa menahan emosi ku ketika dia dengan tampang polosnya duduk dan tidak merasa bersalah atas apa yang tadi diperbuat nya.
"Kakak kok diem aja sih, kenapa?" Pake nanya lagi. Ini anak ga punya rasa bersalah apa gimana sihh. Bodo amat gue cuekin, males aku masih kesel aja.
"Kak" masih diem
"Kak" tetep diem
"KAK. Kalo kakak mau diem terus, mending aku turun deh disini. Kakak kenapa sih ga jelas gini? Lagi ada masalah? Atau aku salah?" Pertama kalinya dong dia agak ngebentak dong. Emang sih gegara gue nya diem, cuma baru kali ini dia bentak gue Dari situ gue ngerem mendadak, Untung ga ada mobil dibelakang jadi aman.
Maaf Yee author keseringan manggil gue. Jadi disini author pake gue ya biar lebih ngalirr
Gue langsung menghadap dia, dan baru gue mau bales bentak dia. Jujur gue ga bisa buat natap dia lama lama. Wajah lelahnya bikin gue ga tega buat marahin dia. Apalagi dia sekarang lagi mijitin kepalanya, sambil menghadap ke jendela samping.
"Pusing?" Satu kata doang yang bisa gue keluarin. Padahal daritadi gue udah pengen ngomel, pengen nanya ke dia siapa cowok tadi. Cuma liat dia gini, gue ga tega.
"Hah, cuma sedikit. Kakak kenapa diem? Aku ada salah?" Namun, tanpa diperintah pun tangan gue gue mampir dikepalanya dia buat mijitin.
"Siapa?" Itu pertanyaan yang gue daritadi pengen sampein
"Maksudnya?" Ini anak emang rada rada telmi kalo gue udah keluar sikap dinginnya
"Cowok tadi, depan kampus" ngomong gitu aja hati gue udah kebakar
"Kakak liat?" gue rasa dia sedikit tegang. Yaiyalah gue liat, kalo engga gue ga akan Semarah ini.
"Hmm"
"Emm... Kak yang tadi mas aku" Whattt mas? Maksudnya mas apa? Kok perasaan gue ga karuan gini
"Mas?"
"Mas Ilham. Anak dari kakaknya mamah. Dia beda kampus. Tapi akhir akhir ini dia sama anak kampusnya lagi mau Adain collab gitu makanya dia sering kesini"
"Kenapa tadi tegang gitu?"
"Maaf kak. Tadi sikap aku pas keluar gedung, kakak pasti liat? Dan itu yang bikin kakak diem kek gini?" Nahh kadang tingkat kepekaan dia tuh bagus, tapi banyak lemotnya
"Hmm"
"Maaf kak. Kebiasaan dari dulu emang kayak gitu. Cuma baru tadi dia ngelakuin itu didepan umum" Sering? Gue aja jarang
"Jangan mau di pegang gitu kalo didepan umum. Malu maluin, gimana kalo ada yang bikin hoax? Kan jadi itungannya fitnah. Jangan kek gitu lagi ya. Aku tau dia sodara kamu, tapi ga sepantesnya kayak gitu ya"
"Iya kak maaf""Masih pusing?"
"Udah enakan""Aku pengen kayak dia, bisa pegang tangan kamu. Tapi aku sadar masih belum muhrim"
Posisi gue disitu lagi agak majuan kan. Terus tangan kanan gue dikepala dia buat mijitin. Tiba tiba di peluk gue. Gue kaget dong yaa.Akhirnya gue bales pelukannya. Gue rasa dia semakin erat meluk gue, gue juga makin nyaman dipelukannya dia. "Bentar kak, sekali aja" Dia bilang gitu dong tanpa ngelepas pelukannya. Gue seneng dipeluk dia, akhirnya gue bisa meluk dia juga setelah sekian lama gue nunggu.
Tapi ada yang aneh. Dia kayak nangis, gue liat dia sesegukan di dada gue. "Kenapa?" Gue coba buat nanya, tapi dia cuma geleng geleng. Gue akhirnya nguatin dia dengan ngusap ujung kepalanya sampe punggung nya.
Setelah beberapa menit dia nangis didada gue. Akhirnya dia ngelepas pelukannya. "Maaf kak, baju kakak jadi basah" gemess bangett liat mukanya dia yang merah, bibirnya yang basah, matanya yang sembab. Gue rela kalo harus basah gini, asal dipeluk dia "Gapapa. Kamu kenapa?"
"Gapapa kak" dia geleng geleng doang. Gue yakin dia ada masalah. Cuma dia termasuk orang yang tertutup kalo ada masalah. Jadi, gue akan tunggu dia jelasin ke gue kayak masalah masalah sebelumnya.
"It's oke, kalo belum bisa cerita. Nanti kalo udah siap cerita, aku pasti dengerin" dia cuma nganggukin kepalanya. Ya Tuhan lucu banget, gemess. Dia tuh kayak anak SMP, padahal dia udah kerjaa tapi tetep keliatan anak anak.
Cup
Wkwk apa nihh yang dicium?
Yang suka jangan lupa di vote, di komen dan di follow akun aku yaaa.
See you next part guys
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Captein [HIATUS]
Teen FictionDua hati dipertemukan dengan ketidaksengajaan. Pertemuan yang bahkan tidak direncanakan. Pertemuan ini membawa kita kepada rasa baru serta kehidupan baru Kisah cinta mahasiswi serta anggota TNI Yukkk marii yukk baca baca #1 capten [19Agustus2020]