Bintang.

41 3 0
                                    

Namanya Bintang Aurelia Pranata. Putri bungsu dari keluarga Bramantyo Pranata. Hobinya baca buku, mendengarkan lagu, makan, tidur, begitu sampai seterusnya.

"Masak apa tuh?"

"Kepo."

Gemas, Bagas pun mencomot hasil masakan Bintang dengan tangan kosong. Membuat adiknya itu memekik dan mengeplak tangan kakaknya dengan kesal.

"Ih, jorok!!!"

"Gak enak ih." Ejek Bagas.

Tak terima hasil masakannya diejek, Bintang memberengut dan berteriak ke arah ruang keluarga dimana ada mamanya yang sedang santai menonton tv disitu.

"Mah! Bang Bagasnya nyebelin."

Bagas menyeringai, mengusili adiknya sudah seperti rutinitas sehari-hari. Namun meskipun begitu, ia sayang sekali pada Bintang.

Mama yang sudah tak heran dengan pemandangan tersebut memilih untuk menggelengkan kepalanya sambil memindahkan channel tv ke channel yang lain. Mencari-cari acara tv yang menampilkan tentang rumah, karena mamanya tertarik dengan hal tersebut.

"Ini tuh enak tahu!" Protes Bintang pada Bagas yang sedang duduk dikursi bar.

Bagas mengejek lagi dengan wajahnya. Ia mulai mengambil cemilan dari toples yang ditaruh diatas meja bar dapur rumahnya.

"Awas aja kalo sampe minta!" Cecar Bintang yang sibuk menyajikan makan siangnya diatas piring. Chicken curry rice, makanan jepang yang ia coba resepnya dari instagram.

"Nyenyenye," celetuk Bagas tak peduli.

Setelah menyajikan hasil masakannya diatas piring, Bintang pun mulai menghias dan merapikannya dengan semangat. Katanya sih, biar Chef Juna gak menangis liat platting-annya.

"Papa mana, Ma?" Tanya Bagas sambil mengunyah cemilan keripik pisang yang gurih-gurih enyoy.

"Ada di ruang kerjanya." Sahut mama singkat.

Bagas mengangguk. Hal tersebut memang sudah biasa. Padahal hari ini adalah hari Minggu, tetapi papanya masih sibuk berkutat dengan dokumen kasus-kasus yang akan ia tangani saat itu.

"Heh. Mendingan lo kasih makanannya buat Papa." Ujar Bagas dengan nada menyuruh.

"Papa mana suka masakan beginian. Papa kan sukanya yang western, terus yang masakan sunda kek gitu." Jawab Bintang jengkel.

Mendengar ucapan adiknya yang terkesan ngeles itu, Bagas mencebik. "Ah itumah alasan lo aja."

Tak lama, Papanya pun turun dari tangga atas dan berjalan menuju dapur menghampiri kedua anaknya yang sedang beradu mulut.

"Ada apa nih, rame-rame?" Celetuk Papanya yang mengambil gelas untuk diisi air minum.

"Tau tuh, Pah. Si Bintang pelit, masak gak bagi-bagi."

"Huu dasar abang pengadu!"

Papa menggeleng pelan, menghampiri putri bungsunya yang sedang jengkel. "Masak apa emangnya?"

"Ini, Pa. Aku dapet resep dari instagram. Makanan jepang, mau nyobain gak?"

"Nggak deh. Buat Bintang aja kalo gitu." Jawab Papa sambil menepuk pelan pundak putrinya.

Bintang tersenyum lebar, merasa menang. Ia menjulurkan lidahnya usil pada abangnya sendiri.

"Rese' sih lo, hahaha!" Bintang membawa piringnya ke meja makan. Gadis itu memakan hasil masakannya sendiri dengan lahap.

Merasa kalah, Bagas memberengut namun tetap mencomot keripik pisangnya tanpa henti.

"Kamu udah makan?" Tanya Papa pada Bagas.

Bagas menggeleng. "Nih, cuma makan cemilan doang."

"Yaudah, sana pesen makan. Biasanya juga udah pesen makanan pake aplikasi ojek."

Mendengar papanya begitu Bagas langsung terperangah senang, "oh itu sih beres pa!"

Ya, itulah Bagas Azril Pranata. Kakak Bintang yang salah satu hobinya suka memesan makanan dari aplikasi ojek online. 

Papa tersenyum, "tapi pake uang kamu ya."

"Hah?!!"

"Hahahahaha!!!" Bintang tertawa mengejek dari meja makan. Betapa puasnya ia melihat abangnya terperanjat karna kena harapan palsu dari papa.

"Makanya jangan boros, tau rasa kan lo."

"Berisik, bocil!"

Bintang tertawa lagi, lalu ia mengambil gelas yang berisi air minum untuk mencegahnya agar tidak tersedak.

"Pesan sekarang atuh, Gas. Nanti keburu kelaperan." Celetuk mamanya dari sofa ruang keluarga.

"Iya Bagas pesenin, tapi uangnya dari mama ya?"

Mama melirik papa yang baru duduk disampingnya. "Gimana tuh, Pa?"

Sama seperti adiknya, Papa tertawa kecil karena mengusili anak pertamanya itu. "Yaudah Papa yang bayar aja."

"Nah gitu dong, Pa daritadi! Bagas kan jadi ga panik."

Bagas tersenyum masam lalu mengambil ponsel dari saku celananya. Mulai berselancar mencari makanan yang enak di aplikasi ojek online.

Sedangkan Bintang, kini chicken curry rice nya akan habis. Ia buru-buru berlari menghampiri kakaknya.

"Gue mau ya. Pesenin."

"Dih, amit-amit." Bagas mengangkat kedua bahunya dengan cepat. Tidak mengindahkan permintaan adiknya itu yang membuat mereka lagi-lagi adu mulut di rumah. Pemandangan yang mungkin bagi sebagian orang yang memiliki saudara kakak-beradik sering terjadi dikehidupan sehari-hari.

Papa merangkul istrinya yang kini duduk disampingnya. Pria paruh baya itu menatap layar tv dan ikut menonton acara house hunter dari channel tv kabel rumahnya itu.

"Udah lama ya kita gak jalan-jalan." Ucap Papa jelas ditelinga mama.

"Iya, Pa. Nanti kalau kerjaan kamu udah beres, kamu ajak mereka jalan-jalan. Pasti mereka girang deh."

Bramantyo menghela napasnya, "Ya itu pasti. Kamu doakan saja kasus Papa cepet beres. Udah mulai keliatan titik terangnya ini."

Ayunda yaitu mama Bintang dan Bagas tersenyum manis, ia memeluk suaminya itu dengan hangat.

Bramantyo Pranata yang merupakan ayah dari Bagas dan Bintang bekerja sebagai Jaksa disalah satu kejaksaan negeri di Jakarta. Karena papa yang bergelut dibidang hukum, Bagas pun mengikuti jejak papanya dengan kuliah jurusan ilmu hukum di Universitas Indonesia.

Sebenarnya, Bramantyo pernah meminta Bintang untuk mengikuti jejaknya. Akan tetapi, Bintang menolak dan ingin meneruskan masa depannya bukan di bidang hukum. Ia merasa tertarik dengan sains daripada sosial. Karena itu, Bintang mengambil jurusan MIPA di SMA.

Ayunda sang ibu juga menyetujui keputusan Bintang. Karena ia pun ingin Bintang meneruskan jejaknya, di bidang MIPA. Meskipun sekarang Ayunda fokus di rumah sebagai ibu rumah tangga, Ayunda merupakan Sarjana Arsitektur yang dahulu kuliah di jurusan Desain Interior.

Namun sampai sekarang, Bintang belum menentukan nanti dia akan memilih dan menjadi apa. Karena sekarang pun ia belum tahu apa yang ia sukai. Layaknya anak remaja pada umumnya, mereka cenderung bingung ketika ditanya ingin jadi apa.

Cerita ini banyak menggunakan flashback, enjoy reading guys!♡

TienerlevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang