Si Kembar.

25 3 0
                                    

"Aldino Putra William dan Aldania Putri William."

Tampak sepasang anak kembar tidak identik sedang berdiri dan menghampiri meja guru yang berada di pojok depan kelas mereka.

Ketika anak kembar itu muncul dihadapan Ibu Widya, wanita paruh baya itu seperti menghela napas sebentar seakan-akan tidak tega melihat kedua muridnya yang sengaja ia panggil terakhir ketika semua anak di kelas sudah pulang.

Ia hendak mengatakan sesuatu, namun perasaan iba terus mengganggunya hingga salah satu dari mereka bertanya. "Kenapa, Bu?"

Bu Widya mengerjapkan matanya sesaat. Ditatapnya lamat-lamat kedua muridnya tersebut. "Begini, nilai kalian berdua bagus sekali. Baik Aldi, maupun Alda."

Bu Widya tersenyum menatap Aldi dan Alda. Namun kalimatnya yang terhenti semakin membuat muridnya itu bingung.

"Ini rapor dan ijazah kalian. Ibu harap kalian berhasil masuk SMP favorit yang kalian inginkan ya. Jangan cepat puas, Alda dan Aldi. Kalian harus tetap memberikan yang terbaik untuk orangtua kalian.."

Sesaat pandangan si kembar berubah ketika Bu Widya menyebutkan orangtua. Mereka merasa tidak enak mendengar hal itu. Entah apa alasannya.

"Kalau tidak untuk orangtua.. setidaknya untuk kalian sendiri.." tambah Bu Widya kemudian.

Bu Widya tersenyum getir dan ia mengusap pundak Alda dan Aldi secara bersamaan. Matanya mendadak dipenuhi air mata sehingga terlihat berkaca-kaca. "Kalian harus sabar dan kuat ya, ibu yakin, suatu saat nanti orangtua kalian pasti bangga memiliki anak berprestasi seperti kalian."

Alda dan Aldi mengangguk, mereka mencoba percaya dengan apa yang Bu Widya katakan. Mungkin, akan tiba waktunya orangtua mereka bangga atas apa yang sudah mereka raih sejauh ini.

Setelah menandatangani absen pengambilan rapor dan ijazah kelulusan sekolah dasar, Alda dan Aldi pamit pada Bu Widya yang mungkin tidak akan mereka temui lagi dilain hari.

Mereka berdua memegang map yang berisi rapor, ijazah, surat keterangan lulus, dan surat keterangan lainnya ditangan masing-masing. Berjalan menyusuri koridor sekolah yang cukup ramai, karena hari ini adalah hari pengambilan rapor dan ijazah, koridor sekolah tidak hanya diramaikan oleh murid-murid saja, tetapi hadirnya orangtua mereka yang turut membuat sekolah menjadi lebih penuh dari biasanya.

Aldi menelan ludahnya bulat-bulat, ditariknya lengan Alda agar cepat berjalan menuju gerbang sekolah. Ia tidak tahan dengan keadaan tersebut.

Alda hanya diam seribu bahasa ketika mereka berdua sudah berdiri di depan gerbang sekolah menunggu supir jemputan mereka datang. Ditatapnya Aldi kembarannya itu. Ia tahu bahwa kakaknya sedang tidak enak perasaan.

"Aldi." Panggil Alda kemudian.

Aldi menatap Alda dengan sorot menyedihkan. "Apa?"

"Lo gak apa-apa?"

"Nggak apa-apa."

Sebenarnya Aldi ingin bilang pada Alda kalau ia sedang sedih. Namun ia urungkan karena ia juga tidak mau membuat Alda sedih. Jujur ia kecewa sekali, ketika kelulusan mereka, biasanya para orangtua datang dan mengambil rapor beserta ijazah anaknya lalu memuji anaknya ketika tahu bahwa nilai anaknya diatas rata-rata, setelah itu memberi hadiah atau kejutan, namun tidak dengan orangtuanya. Orangtuanya tidak datang. Kenyataan pahit tersebut yang membuat Aldi kecewa.

"Bohong." Sahut Alda seolah-olah membaca pikiran Aldi.

Aldi mengerjap, ditatapnya jalan raya di depan gerbang sekolah mereka. Ia menyadari bahwa supirnya sudah datang. Mobil sedan mewah berwarna hitam itu menepi didepan gerbang.

TienerlevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang