"Raka lo balik duluan aja, gue ada les." Ucap Bintang ketika mereka berdua menyusuri koridor kelas tujuh. Sekolah sudah mulai sepi, kelas Bintang terlambat pulang dikarenakan Bu Fuji, guru matematika mereka masih semangat mengajar sampai lupa waktu.
Raka menaikkan kedua alisnya, "Oke."
Ketika mereka berdua sudah sampai di bawah, Raka mendapat telpon dari Bundanya. Rupanya, Bunda sudah menunggu di depan gerbang, Raka pamit pada Bintang yang kala itu sedang was-was menunggu mamanya untuk menelpon.
"Gue duluan ya, Bin. Lo hati-hati."
Bintang menganggukan kepala, ia melihat Raka berlari menuju gerbang. Bintang berjalan santai menyusuri koridor kelas sembilan, ia melihat anak-anak kelas sembilan sedang sibuk belajar pengayaan untuk Ujian Nasional nanti. Saat ia sampai di koridor kelas Bagas, ia mengintip dari jendela untuk melihat kakaknya itu.
Benar saja, Bagas sedang sibuk mengerjakan soal yang sedang ditulis gurunya di papan tulis, namun ia melihat abangnya diganggu oleh teman di sekitar bangkunya. Bintang menggelengkan kepala. Ia tahu bahwa teman-teman yang mengganggu abangnya adalah dua sahabat abangnya dari kelas tujuh.
Setelah melihat pemandangan itu, Bintang mempercepat langkahnya menuju gerbang. Namun tiba-tiba mamanya menelpon, Bintang dengan cepat mengangkatnya.
"Mama udah sampe? Bintang kesana, ya."
"Bin, ke tempat lesnya naik taksi aja ya? Mama tiba-tiba ada urusan mendadak,"
Kening Bintang berkerut, "Naik taksi?"
"Iya. Maaf ya sayang gak bisa nganterin ke tempat les, anaknya Bu Sarah masuk rumah sakit. Ini mama sama ibu-ibu yang lain lagi otw jenguk," sahut mamanya diujung sana.
Bintang mengingat-ngingat siapa ibu-ibu yang bernama Bu Sarah itu. Kalau tidak salah ia merupakan teman arisan mamanya dan tetangga blok belakang rumahnya.
"Iya, Ma. Kalo gitu Bintang berangkat les ya. Mama bisa jemput kan?"
"Iya pulangnya nanti mama jemput. Hati-hati ya, Bin."
Telepon terputus. Bintang memanyunkan bibirnya, sebal. Ia bingung bagaimana ia akan naik taksi jika ia belum pernah naik taksi sendirian sebelumnya. Dengan berat hati ia berdiri di depan gerbang sambil menunggu taksi kosong yang lewat, ia pasti bisa naik taksi sendiri.
"Bintang,"
Merasa dipanggil, Bintang menoleh ke asal suara. "Aldi?"
"Lo hari ini les, kan?"
"Iya." Sahut Bintang mengangguk.
"Yaudah berangkat sama gue aja. Yuk?" Aldi tiba-tiba menawarkan diri untuk berangkat bersama ke tempat les. Bintang mengerjapkan matanya ketika cowok itu menarik tangannya dan membawanya ke depan mobil sedan mewah berwarna hitam itu.
"T-tapi gue naik taksi aja, Di.." ucap Bintang terkejut.
Aldi membukakan pintu mobil untuknya, dan menyuruh Bintang untuk masuk. Namun Bintang terdiam kikuk. "Ayo, masuk." pinta Aldi dengan tidak sabar.
"Tapi-" belum sempat Bintang menolak, cowok berkulit putih itu mendorong pundaknya lembut untuk masuk, ia juga menjaga kepala Bintang agar tidak terkena bagian atas mobil sedannya. "Ayo berangkat nanti telat."
Bintang tidak bisa berkata apa-apa ketika Aldi memaksanya untuk berangkat bersama. Namun disatu sisi ia bersyukur bahwa ada Aldi yang mengajaknya, Bintang tidak tahu bagaimana jadinya kalau ia naik taksi sendiri. Membayangkannya saja sudah takut.
"Berangkat, Pak." Kata Aldi pada supirnya.
Mobil pun melaju kencang meninggalkan sekolah. Sore itu matahari masih berani menampakkan diri. Kendaraan dijalan lalu lalang seperti biasanya. Namun entah kenapa suasana mobil menjadi sepi dan canggung. Bintang sendiri tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tienerleven
Teen FictionBintang, Raka dan Aldi sudah bersahabat sejak SMP. Awalnya, persahabatan mereka baik-baik saja. sampai pada akhirnya mereka mulai menyadari bahwa kehidupan remaja tidak semudah dan seseru yang mereka bayangkan. Banyak luka, tangis, dan juga rahasi...