"Raka, udah siap belum? Katanya mau jalan-jalan liat calon sekolah baru?"
"Iya, Yah." Sahut remaja laki-laki yang dipanggil Raka itu.
Namanya, Raka Muhammad Satya. Putra tunggal hasil dari pernikahan Jaka Adisatya yaitu ayahnya, dengan bunda Tya Alessandra.
Raka memakai jaket parkanya dengan cepat sambil menuruni tangga rumah. Ayahnya sudah menunggu di mobil. Rencananya ia akan jalan-jalan untuk melihat calon sekolah barunya karena ia baru saja lulus dari sekolah dasar.
Selain baru lulus, Raka juga baru pindah ke Jakarta. Karena dulu ayahnya sempat punya proyek besar di Bandung, sehingga keluarga Raka ikut tinggal di Bandung. Namun kini, ketika proyek itu selesai dan Raka lulus SD, keluarga Raka pindah ke Jakarta. Ayah Raka bekerja sebagai kontraktor, sedangkan Bundanya bekerja di sebuah perusahaan swasta di bidang pemasaran.
Mobil pun berjalan dengan mulus keluar dari komplek rumahnya yang bisa dibilang komplek perumahan elit. Disebut perumahan elit karena dari segi bangunan mengusung konsep cluster, dan rata-rata warga yang tinggal disana merupakan pengusaha sukses, para pejabat, dan orang terpandang lainnya.
Raka mengamati jalanan dengan antusias, ia sudah punya tiga kandidat sekolah menengah pertama yang akan ia pilih nantinya. Ayahnya selalu mengerti apa yang Raka inginkan, meskipun ayahnya terkadang sibuk dan pulang malam, Jaka selalu bisa meluangkan waktu untuk putra tunggalnya tersebut.
"Abis liat sekolah, nanti kita beli makanan buat bunda ya.." ujar Jaka sambil tersenyum.
"Siap, Yah!"
***
"Bunda!" Panggil Raka ketika baru saja sampai di rumah.
"Eh, Anak Bunda udah pulang?"
Raka berjalan menghampiri bundanya sambil membawa kantong plastik berisi makanan favorit bundanya. Seafood.
"Liat! Raka beli apa coba, Bun.."
Bundanya mengambil kantong plastik itu dan membukanya di atas meja makan. Kerang-kerang goreng dengan aneka ragam sambal cocolan yang terlihat lezat.
"Gimana tadi arisannya, Bun? Dapet gak?" Celetuk Ayah ketika memasuki meja makan.
Bunda tersenyum kecil, "nggak, Yah." Ia mengambil piring untuk menyajikan kerang.
Ketika Raka dan ayahnya pergi tadi, Tya sedang mengikuti acara arisan disalah satu rumah tetangga mereka.
"Yuk, kita makan." Ajak Tya pada suami dan anaknya.
Raka menggeleng, "Bunda maaf ya tadi Raka sama Ayah udah makan duluan."
Tya mengangkat kedua alisnya, "udah makan? Makan apa?"
Jaka, melepas jaket parka army-nya. "Biasalah, tadi Raka pengen makan ayam goreng lamongan."
"Gak ajak-ajak bunda ya...." ucapnya pada Raka yang setelah itu tersenyum malu pada Bundanya.
Meskipun Raka dari keluarga yang berada, tetapi bukan berarti Raka dan keluarga tidak menyukai makanan dari penjual kaki lima. Justru mereka sangat menyukai makanan kaki lima, seperti lamongan, seafood pinggir jalan, ketoprak, bahkan nasi goreng. Karena menurutnya yang dipinggir jalan itulah yang rasanya lebih enak dibanding restoran.
"Tadi pas Bunda arisan, ada tetangga kita yang punya anak sebaya sama Raka loh, Yah.." ucap Bunda mulai bercerita.
Raka yang mendengar hal itu hanya diam sambil mengangkat kedua alisnya, penasaran.
"Oh ya?"
"Iya. Lupa tadi nanya namanya siapa. Tapi perempuan anaknya tuh,"
"Ya gak apa-apa Bun. Seenggaknya Raka punya teman yang sebaya dilingkungan rumah.."
Bunda menganggukan kepalanya cepat, "iya! Nanti Bunda mau coba main ke rumahnya. Sekalian ajak Raka juga,"
Setelah mendengar cerita singkat bundanya, Raka menaiki anak tangga karena ia ingin kembali ke kamarnya. Alih-alih menuju kamar, pikiran Raka tertuju pada anak tetangganya itu.
"Kira-kira, dia daftar ke sekolah mana ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tienerleven
Teen FictionBintang, Raka dan Aldi sudah bersahabat sejak SMP. Awalnya, persahabatan mereka baik-baik saja. sampai pada akhirnya mereka mulai menyadari bahwa kehidupan remaja tidak semudah dan seseru yang mereka bayangkan. Banyak luka, tangis, dan juga rahasi...