Sudah sekitar seminggu Bintang sekolah menjadi siswi SMP. Ia sudah mengenal teman-teman sekelasnya, bahkan telah terbentuk struktur organisasi kelas. Bintang kebetulan menjadi seksi kebersihan, bersama dua teman sekelasnya yang lain.
Siang itu tepatnya pergantian mata pelajaran dari Matematika menjadi pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti biasa ketika tidak ada guru di kelas, anak-anak cenderung berisik. Ada yang mengobrol, bermain game di handphone, dan tertidur dimeja.
Bintang sendiri mencoba merilekskan pikirannya setelah pelajaran matematika yang baru ia pelajari selama dua hari itu. Mengingat hari ini adalah hari terakhir ia sekolah, Bintang bernafas lega. Ia pasti akan memutuskan untuk menonton acara tv atau menghabiskan waktu santai di rumah.
Tiba-tiba terdengar suara Ferdi sang ketua kelas yang berteriak lantang mengucapkan "Beri salam!" Ketika melihat Pak Budi memasuki ruangan kelas. Bintang menegakkan tubuhnya, menyandarkannya ke bangku dan memberi salam sapa pada walikelasnya itu. Ya, Pak Budi merupakan walikelas kelas 7-D, beliau juga guru Bahasa Indonesia.
"Ya, Selamat Siang." Ucapnya dengan nada bicara yang tegas. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Namun pandangannya terhenti ketika melihat struktur organisasi yang terpampang pada dinding kelas, dan juga jadwal piket kelas yang sudah ditetapkan.
"Sekretaris, sini." Pintanya kemudian.
Ayana, yang merupakan sekretaris kelas berdiri dan menghampiri Pak Budi dimejanya. "Iya, Pak?"
"Kamu sekretaris kan? Tolong buatkan denah duduk dan ditempel sejajar dengan ini." Pak Budi menunjuk struktur organisasi dan juga jadwal piket di dinding. Setelah mengatakan itu pada Ayana, ia memandangi anak-anaknya yang lain. "Bapak akan atur tempat duduk kalian."
Mendengar pernyataan itu, anak-anak kelas terdengar ricuh dan kasak-kusuk. Mereka sendiri sudah merasa nyaman dengan posisi duduknya yang sekarang. Memang dibarisan kanan penuh dengan anak laki-laki, sedangkan barisan kiri penuh dengan anak perempuan. Pak Budi merasa hal itu tidak bagus, maka ia berniat untuk mengubah agar posisi duduk siswa merata.
Pak Budi mengambil absen siswa dan meminta Ayana menulis di papan tulis. Setelah itu mereka sibuk menentukan denah duduk yang akan ditetapkan selama setahun ajaran itu. Anak-anak yang merasa namanya sudah tertulis di papan, bergegas untuk pindah bangku dan membawa barang-barangnya pindah.
Raka melihat namanya tertulis di bangku nomor dua barisan kiri, ia bergegas pindah membawa tasnya dari barisan kiri pojok. Tari, yang tadinya duduk disamping Bintang, pindah ke barisan kanan. Bintang menunggu namanya ditulis, ternyata Bintang tetap duduk di bangkunya yang sekarang, hal itu juga dirasakan oleh Aldi. Mungkin hanya Aldi dan Bintang yang tidak berpindah posisi.
"Bin, lo gak pindah ya?" Tanya Raka ketika cowok itu sedang menaruh tasnya disamping meja.
Bintang menggeleng dan tersenyum puas pada Raka, membuat Raka memanyunkan bibirnya lalu menatap Aldi yang kini duduk bersebelahan dengannya. "Lo juga ngga ya?"
Aldi tersenyum lebar bak model iklan pasta gigi, matanya sampai menyipit, membuat Raka mendengus kesal karena menurutnya hal itu tidak adil.
"Tergantung amal sih ya, ya gak Bin?" Celetuknya pada Bintang.
"Sstt, ntar ada yang iri." Sahut Bintang sambil tertawa kecil melihat Raka yang bete.
Yang diledek hanya diam mengabaikan, tidak menggubris. Raka duduk dibangkunya dengan rasa jengkel, di sebelah kanan ada Aldi, dan di sebelah kiri ada Vanya, duduk disamping anak perempuan pasti berisik.
***
"Bin, ada yang nyariin tuh." Panggil Bagas sambil mengetuk kamar adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tienerleven
Teen FictionBintang, Raka dan Aldi sudah bersahabat sejak SMP. Awalnya, persahabatan mereka baik-baik saja. sampai pada akhirnya mereka mulai menyadari bahwa kehidupan remaja tidak semudah dan seseru yang mereka bayangkan. Banyak luka, tangis, dan juga rahasi...