Sudah menjadi suatu tradisi di Tunas Harapan pada murid kelas delapannya untuk mengikuti Study Tour. Alasannya, agar di kelas sembilan bisa lebih fokus belajar dan tidak ada gangguan. Uniknya, tujuan study tour selalu ke Jogjakarta, tidak pernah berganti.
Pagi itu Raka dan Aldi berkumpul di rumah Bintang. Rencananya mereka akan berangkat bersama ke sekolah lalu mengikuti study tour. Mereka mengamati Bintang yang membawa beberapa barang bawaan. Cewek itu sudah rapi dengan memakai jaket jeans yang dipadukan celana hitam. Ia membawa tiga tas, diantaranya ada tas besar, tas sedang dan tas kecil.
Mama Bintang berjalan di belakang putrinya yang hendak berangkat, ia tersenyum pada Raka dan Aldi yang sedang duduk di ruang tamu. Selagi anaknya merapikan barang, Ayunda mengatakan sesuatu pada kedua teman putrinya itu.
"Raka, Aldi.. titip Bintang ya. Tolong jagain."
"Itu sih udah pasti, Tante." Sahut Raka dengan semangat.
"Tante tenang aja, Bintang aman kok sama kita." Aldi berujar santai pada mama Bintang.
"Yuk, berangkat. Udah siap, nih."
Raka dan Aldi bergegas berdiri dari tempat duduknya, mereka pamit dan menyalimi mama Bintang. Begitupun dengan Bintang, cewek itu berpamitan dan juga memeluk mamanya sebelum pergi. Karena ia akan pergi selama 4 hari 3 malam.
"Jangan lupa oleh-oleh!" Teriak Bagas dari dalam rumah. Bintang berdecak jengkel.
"Seneng-seneng ya disana. Jangan lupa nanti kabarin," Ayunda mengusap pundak putrinya dengan lembut.
Bintang mengangguk dan memasuki mobil Aldi yang sudah terparkir rapi daritadi.
"Dadah, Mamah!"
***
Setelah insiden jambak-menjambak di ruang ganti, geng Tania jadi terlihat lebih kalem dibanding biasanya. Ketiga cewek itu berhenti mengganggu Bintang, bahkan mereka tidak pernah bicara dengan Bintang lagi sejak itu. Kelakuan mereka di kelas juga tidak seheboh sebelumnya, mungkin karena mereka kalah melawan Bintang.
Karena satu bis hanya diisi oleh satu kelas, bis empat diisi oleh anak kelas 8-D beserta dua guru yang mendampingi. Posisi tempat duduk sesuai dengan keinginan siswanya sendiri, agar merasa nyaman selama perjalanan. Bintang memilih untuk duduk dengan Tari di barisan bangku belakang, barisan itu kebanyakan diisi oleh anak laki-laki, sedangkan barisan depan dan tengah diisi oleh anak perempuan.
Di bangku belakang Bintang ada Raka dan juga Aldi, lalu di sebelah kiri mereka ada Ferdi dan juga Gifar, selain itu diisi oleh anak lelaki kelas 8-D yang lainnya. Ketika semua sudah selesai diabsen dan berdoa bersama, bis pun melaju meninggalkan titik kumpul yaitu sekolah.
"Ferdi, lo mabok bis gak?" Tanya Gifar di tengah perjalanan.
Ferdi menggelengkan kepalanya, Gifar merasa heran karena daritadi teman sebangkunya itu hanya diam saja. Ia takut kalau sewaktu-waktu Ferdi muntah tanpa persiapan apa-apa.
"Seriusan nih, lo mabok bis gak? Kalo iya lo pegang nih plastik, terus lo hirup minyak angin,"
"Apaan sih, Far? Gue gak mabok kok. Gue cuma ngantuk aja,"
Bintang yang menyimak obrolan itu lantas menahan tawanya, begitupula dengan Tari, cewek berkulit kuning langsat itu juga terkekeh sendiri.
"KM kita mah kuat ya, Fer." Celetuk Raka kemudian. Membuat Ferdi menoleh ke arahnya dengan senyum masam.
Perjalanan kala itu masih tampak sepi dan belum ada kehebohan dari anak-anak di dalam bis, mungkin karena itu masih agak pagi dan mereka belum merasa bosan. Pak supir menyetel lagu pop jaman sembilan puluhan yang membuat anak-anak jadi mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tienerleven
أدب المراهقينBintang, Raka dan Aldi sudah bersahabat sejak SMP. Awalnya, persahabatan mereka baik-baik saja. sampai pada akhirnya mereka mulai menyadari bahwa kehidupan remaja tidak semudah dan seseru yang mereka bayangkan. Banyak luka, tangis, dan juga rahasi...