Malam itu, Raka dan Aldi masih berada di rumah Bintang. Sepulang sekolah, mereka berencana untuk mengerjakan tugas bersama. Setelah selesai mengerjakan tugasnya, mereka nongkrong di balkon rumah Bintang sambil menatap langit malam yang cukup terang dihiasi oleh gemerlap bintang dan bulan purnama itu.
Masih dengan setelan seragamnya, Aldi yang memakai kaos dalam polos berwarna coklat itu menyanggakan tubuhnya ke belakang dengan tangan. Berbeda dengan Bintang dan Raka, yang sudah mengganti setelan seragamnya dengan tampilan baju rumahnya.
"Jadi, kalian mau daftar kemana?" Tanya Bintang memecah keheningan diantara mereka bertiga.
Raka sibuk mengunyah camilan di toples Bintang, "Pelita Harapan, lah."
Aldi mengangguk mengiyakan ucapan Raka. Hal itu membuat Bintang memanyunkan bibirnya.
"Berarti gue satu sekolah lagi dong sama kalian berdua? Hft."
"Sok-sokan gak mau lo bareng lagi sama kita. Palingan juga ntar ngemis-ngemis minta bareng,"
"Kata orang, temen SMP itu bakal berubah kalo udah SMA." Ucap Bintang.
"Berubah? Jadi power ranger maksud lo?" Sahut Aldi heran.
Bintang berdecak, "Bukan gitu. Ya berubah aja gitu, dari sikapnya, kelakuannya. Ya berubah deh intinya!"
"Gak jelas lo, Bin." Raka menggerutu pada Bintang. Ia sudah sering mendengar teman perempuannya itu selalu bertanya tentang hal-hal yang random, namun kali ini Raka merasa penasaran.
"Ya namanya juga manusia, Bin. Punya pikiran sama perasaan, pasti bisa berubah lah." Aldi menjawab dengan lugas.
Sesaat Bintang menunduk, ia menatap toples-toples camilannya dengan gusar. Hal itu membuat Raka menjadi gemas dengan tingkahnya.
"Gue tahu nih.." Raka menunjuk Bintang dan menatapnya serius, "Lo takut kita berubah pas SMA ya?"
Bintang menoleh pada Raka, gadis itu mengulum senyumnya.
"Ya berubah lah. Berubah jadi makin ganteng, makin pinter." Lanjut Raka yang membuat Bintang menggeplak pundaknya sebal.
"Nah iya!" Aldi pun merespon hal yang sama dengan Raka. Cowok berambut coklat itu terkekeh pelan.
"Kalo gitu sih yang ada gue makin pusing, harus siapin mental baja gue kalo tetep temenan sama kalian," ujar Bintang kemudian. Ia teringat dengan cewek-cewek di sekolah yang selalu mengirim salam untuk Raka dan Aldi padanya. Atau kalau tidak kirim salam, ada yang minta dicomblangin sama kedua sahabatnya itu. Selain banyak penggemar, Bintang juga harus kuat menghadapi orang-orang yang tidak suka padanya karena berteman dengan cowok keren di sekolah.
"Pokoknya gue gak setuju kalo kalian makin ganteng!"
"Gimana ya, Bin.. gue sama Aldi udah dilahirin sebagai cowok ganteng sih. Masa nikmat Tuhan gak disyukuri?" Sela Raka dengan penuh percaya diri.
Bintang memutar bola matanya ke atas dengan jengkel, bisa-bisanya Raka memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi.
"Gini deh, Bin. Lo liat anak cewek di sekolah, mereka susah payah biar bisa temenan sama gue dan Raka. Tapi lo? Lo gak perlu repot-repot buat temenan sama kita, karena kita udah jadi temen lo." Aldi ikut menimpali ucapan Raka.
"Yayayayaya," sahut Bintang acuh. Ia beralih menatap langit di atas deretan rumah-rumah tingkat di depannya.
"Terus kalo udah keterima di Pelita Harapan, mau ambil apa? IPA atau IPS?" tanya Bintang lagi pada kedua sahabatnya.
"IPA lah," jawab Raka dan Aldi secara bersamaan.
"Lo IPA juga kan, Bin? Jangan bilang lo mau ngikutin abang sama bokap lo?" Selidik Raka sambil menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tienerleven
Teen FictionBintang, Raka dan Aldi sudah bersahabat sejak SMP. Awalnya, persahabatan mereka baik-baik saja. sampai pada akhirnya mereka mulai menyadari bahwa kehidupan remaja tidak semudah dan seseru yang mereka bayangkan. Banyak luka, tangis, dan juga rahasi...