Seperti yang dikatakan Bintang sore tadi, Aldi rupanya sedang menyalin dan mempelajari kembali materi les yang tertinggal. Aldi tak perlu memakan banyak waktu karena sebenarnya ia sudah mengerti materi tersebut. Selain kemampuan belajar Aldi yang diatas rata-rata, catatan Bintang yang rapi juga dapat menjadi alasan kalau hanya melihatnya saja pasti sudah langsung paham.
Ketika belajar, Aldi tak henti-hentinya tersenyum menatap buku catatan Bintang. Ia suka tulisan Bintang yang rapi, selain itu juga sepertinya Bintang merupakan seorang anak yang belajar dengan metode visual karena catatannya dipenuhi hiasan dan spidol warna-warni.
Setelah selesai menyalin dan mempelajari materi, Aldi membereskan meja belajarnya dan menyiapkan buku untuk besok. Untuk yang pertama kalinya, Aldi ingin cepat-cepat datang ke sekolah. Entah apa alasannya, yang pasti ia mendapat semangat baru untuk datang ke tempat menimba ilmu itu.
***
Bintang meneguk botol minumnya dengan sekaligus. Siang itu kelasnya sedang pelajaran olahraga. Anak perempuan bermain tangkap bola, sedangkan anak laki-laki bermain sepak bola. Ketika permainan tangkap bola sudah selesai, sebagian dari mereka ada yang pergi ke kantin untuk mengisi energi, dan adapula yang duduk di pinggir lapangan sambil menonton permainan bola anak laki-laki.
Bintang yang kala itu memilih untuk duduk di pinggir lapangan menonton permainan sepak bola dari anak laki-laki kelasnya.
"Ferdi oper, Di!" Teriak Aldi ketika melihat teman satu timnya sedang menggiring bola.
Benar saja, Ferdi menendang bola ke arah Aldi dan disambut dengan baik oleh cowok itu. Aldi melanjutkannya untuk sampai ke gawang lawan. Namun ketika menendangnya menuju gawang, Raka yang menjadi kiper tim lawan menangkapnya dengan sigap.
Raka melemparkan bolanya pada teman satu timnya. Aldi mundur dan kembali pada posisi awal, ia bersiap-siap untuk menerima bola kembali.
Tiba-tiba saja Gifar, yang merupakan tim lawan Aldi tidak sengaja menendang kaki Ferdi di kotak penalti sehingga sang ketua kelas itu terjatuh di lapangan. Permainan langsung menjadi panas karena anak-anak yang menonton memberikan komentar provokatif.
Karena hal itu, tim Aldi dan kawan-kawan mendapatkan tendangan penalti. Raka menyiapkan diri untuk menerima bola, ia berdiri di tengah gawang dan menguatkan kakinya. Ia melihat Aldi yang akan melakukan penalti ke gawangnya. Raka menyipitkan mata.
Penonton di pinggir lapangan pun mendadak heboh, lantaran Aldi yang akan mengambil tendangan itu. Bintang melihat teman-teman sekelasnya sibuk menyemangati Aldi yang berada di tengah lapangan sana. Anak-anak yang berteriak bak pemandu sorak tak lain dan tak bukan adalah Tania, Sophie, dan Zara. Mereka bertiga memang terlihat suka menjadi pusat perhatian di sekolah. Terlebih lagi di kelas. Bintang yang melihat hal itu hanya diam saja, ia merasa heran mengapa ketiga cewek itu selalu berlebihan.
"Aldi ayo Aldi semangat!!!" Teriak Tania diikuti oleh kedua temannya sembari bertepuk tangan. Anak-anak perempuan yang lain juga turut bertepuk tangan melihatnya. Wajah mereka juga terlihat antusias. Namun mereka bukan tertarik dengan permainan sepak bolanya, tetapi mereka tertarik dengan visual Aldi yang terlihat keren saat itu. Aldi memang memiliki paras yang tampan, pantas saja anak perempuan berusaha mencuri perhatiannya.
Bintang jadi teringat ketika di tempat les kemarin, anak-anak perempuan dari sekolah lain sibuk melihat Aldi yang tertidur. Ada yang tertawa cekikikan, ada juga yang mengeluh karena tidak kuat dengan visualnya. Mereka terdengar berbisik namun Bintang tahu apa yang mereka bicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tienerleven
Teen FictionBintang, Raka dan Aldi sudah bersahabat sejak SMP. Awalnya, persahabatan mereka baik-baik saja. sampai pada akhirnya mereka mulai menyadari bahwa kehidupan remaja tidak semudah dan seseru yang mereka bayangkan. Banyak luka, tangis, dan juga rahasi...