"Raka, nanti dianter sama Ayah ya ke sekolah."
Raka yang kala itu sedang sarapan roti bakar sontak menatap bundanya dengan heran. Tumben sekali ayah bisa mengantarnya ke sekolah, bukankah ayahnya itu sibuk mengurusi proyek besarnya?
"Iya. Selama tiga hari ini, ayah yang akan antar-jemput kamu. Ayah libur sebentar." Timpal Jaka yang baru muncul dari kamar. Pria bermata teduh itu terlihat memakai parka coklatnya.
"Jadi liburnya tiga hari gitu, Yah?"
Jaka mengangguk sembari menyesap kopinya. "Ayah sengaja ambil libur sebentar, soalnya minggu depan ayah bakal lebih sibuk dari ini."
Setelah itu Raka hanya diam dan segera menghabiskan sarapan paginya, lalu berangkat dengan ayah ke sekolah. Ia senang karena bisa menghabiskan waktu dengan ayahnya.
Setiap anak pasti punya ikatan yang erat dengan salah satu orangtuanya. Bagi Raka, ayahnya merupakan seorang ayah yang baik, bijaksana dan cukup humoris. Ketika Raka masih kecil dan ayahnya sedang tidak ada proyek, Jaka yang mengurusi dan merawat Raka selagi istrinya bekerja.
Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama dengan bermain, menonton bola atau bahkan tinju bersama, lalu ayahnya yang suka masak nasi goreng untuk Raka. Karena nasi goreng buatan ayahnya memang enak. Pokoknya, ia merasa lebih dekat dengan ayahnya. Meskipun sekarang ayahnya sibuk dan selalu pulang malam, namun hal itu tidak membuat Raka menjadi asing terhadap ayahnya sendiri.
***
"Yah, Raka mau belajar motor, dong."
Jaka melirik putranya sekilas, lalu kembali menatap jalan raya di depannya. Kala itu, Jakarta memang sedang macet-macetnya. Sore hari merupakan jam pulang kerja yang menyebabkan kemacetan di ibukota.
"Boleh kan, Yah?" Raka bertanya penuh harap.
"Boleh, nanti ayah belikan motornya. Mau motor apa?"
Sesaat mata Raka membulat sempurna dengan kedua alis yang terangkat, "Serius, Yah?! Boleh?"
Jaka terkekeh pelan, ditatapnya Raka dengan hangat. "Ya, boleh. Lagipula bentar lagi kamu SMA, masa mau diantar-jemput terus?"
"Ya nggak lah. Makanya Raka mau belajar motor, biar nanti SMA Raka berangkat sendiri."
Setelah itu senyum Raka mengembang, ia tidak sabar untuk membawa motor sendiri. Ia selalu lihat remaja SMA yang membawa kendaraan ke sekolah, terlebih lagi kendaraan yang dibawanya pasti motor sport keluaran terbaru.
"Iya, nanti ayah beliin motornya. Atau Raka udah punya gambaran motor yang kamu suka?" Tanya ayahnya lagi.
"Raka pengen motor yang itu, Yah." Raka menunjuk salah satu motor sport berwarna hitam yang sigap menyalip jalan raya di depannya.
"Keren banget soalnya." Ungkap Raka sambil tersenyum memelas, membuat ayah tertawa dan mengacak-ngacak rambut putranya.
"Iya, nanti ayah beli. Kamu tenang aja, ayah bakal bikin kamu jadi cowok keren di SMA," Jaka menganggukan kepalanya pelan. "Jaman ayah dulu, belum ada motor keren kayak gitu. Kalau pun ada, paling motor cb100 yang hits pada masanya." Lanjutnya lagi.
"Dulu waktu ayah SMA, seru gak?"
"Seru. Karena masa-masa yang paling indah waktu sekolah itu ya di SMA. Kamu mau denger cerita Ayah, gak?"
"Mauuuu!" Pekik Raka antusias.
Jaka mulai bercerita masa-masa sekolahnya dulu pada Raka, putranya itu diam mendengarkan. Sesekali Raka berdecak kagum dan bertanya tentang hal yang ia tidak mengerti. Kemacetan yang dialami mereka kini tidak terasa menjengkelkan seperti sebelum mereka mengobrol dan saling bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tienerleven
Teen FictionBintang, Raka dan Aldi sudah bersahabat sejak SMP. Awalnya, persahabatan mereka baik-baik saja. sampai pada akhirnya mereka mulai menyadari bahwa kehidupan remaja tidak semudah dan seseru yang mereka bayangkan. Banyak luka, tangis, dan juga rahasi...