Sudah dua minggu dari selesainya ujian akhir semester genap yang dilakukan di sekolah, para murid disibukkan dengan pekan olahraga dan seni yang selalu diselenggarakan setelah pekan ujian selesai.
Siang itu, Bintang duduk bersama teman-teman sekelasnya yang perempuan untuk menonton pertandingan futsal antar kelas. Anak perempuan memberikan semangat pada anak lelaki kelas mereka yang sedang bertanding dengan kelas 7-A.
Masih sama seperti sebelumnya, tim supporter diketuai oleh geng Tania. Tania beserta dua temannya itu memegang poster pendukung sebagai bentuk dukungannya pada anak lelaki kelas. Namun ia memberi dukungan khusus pada Raka, Aldi, dan juga Gifar. Karena menurut mereka, ketiga lelaki itu memiliki paras yang tampan.
Bintang mengedarkan pandangannya yang tajam pada lapangan sekolah, matanya fokus pada dua orang. Yaitu Raka dan Aldi. Seringkali Bintang juga memberikan dukungan suara pada kedua temannya itu. Membuat geng Tania semakin tak gentar untuk menjadi pemandu sorak.
Pertandingan sudah berada di menit-menit terakhir, para peserta futsal mengeluarkan semua energi yang masih ada. Sampai pada akhirnya futsal kelas 7-D menang melawan kelas 7-A. Karena itu merupakan pertandingan final, maka untuk pekan olahraga dan seni pada bidang futsal kala itu dijuarai oleh kelas 7-D.
Untuk merayakan kemenangan kedua temannya, Bintang hendak mengadakan acara makan-makan di rumahnya. Namun ide itu tiba-tiba saja ditolak oleh Aldi karena ia langsung mentraktir Bintang dan Raka di salah satu restoran milik papanya.
Semua makanan langsung disajikan ketika mereka baru saja sampai pada sebuah ruangan pribadi dari restoran tersebut. Bintang dan Raka tak henti-hentinya terkejut dan takjub pada perlakuan Aldi yang sangat royal pada mereka.
"Kok lo hebat banget sih, Di!" Puji Bintang dengan girang ketika melihat beberapa hidangan yang disajikan, Aldi tahu makanan yang Bintang suka. Begitupun dengan makanan Raka, Aldi memesankannya lewat telepon saat masih di perjalanan.
"Yaudah, dimakan gih. Gue yakin banget lo semua udah pada laper." Pinta Aldi sambil tersenyum. Akhirnya mereka pun menyantap hidangan yang sudah disajikan di atas meja.
"Besok bagi rapot, gue deg-degan." Ucap Bintang setelah mereka selesai makan main course.
"Sama, gue juga deg-degan." Sahut Raka yang sedang sibuk menghabisi makanannya.
Bintang berdecak pelan menatap Raka, cewek itu memanyunkan bibirnya. "Deg-degan apanya, lo kan pinter."
"Pinter kan gak selalu bener, Bin. Aku kan manusia biasa."
Bintang memasang tampang jijik ketika mendengar Raka, karena mendadak cowok itu mengubah gaya bicaranya. "Apaan sih lo, gak jelas,"
"Yang jelas kita bertiga pinter. Udah. Yang penting kita udah belajar, ikut ujian. Beres, kan?" Aldi turut menimpali obrolan. Cowok itu memang suka terlihat santai dalam menghadapi apapun.
Bintang dan Raka mengangguk setuju, namun lagi-lagi Bintang terlihat gelisah meskipun ia sudah makan makanan kesukaannya. Raut wajahnya tidak bisa berbohong kalau ia sebenarnya cemas dengan nilai-nilainya nanti. Terlebih lagi nilai matematika, ia berharap nilainya bagus dan tidak mengecewakan orangtuanya.
Seorang pelayan tiba-tiba masuk sambil membawa beberapa makanan penutup untuk mereka bertiga. Setelah selesai menaruh banana split dan beberapa dessert lainnya, pelayan itu keluar meninggalkan ruangan pribadi.
"Besok yang ngambil rapot nyokap gue. Kalian diambil sama siapa?" Tanya Bintang kemudian.
"Sama nyokap kayanya," jawab Raka datar.
Bintang mengangguk mendengar respon teman lelakinya yang satu itu. Namun ia bingung dengan Aldi karena cowok itu tidak menjawab pertanyaannya. Bintang menatap Aldi, menunggu cowok itu menjawab. Aldi tampak sibuk dengan dessert-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tienerleven
Teen FictionBintang, Raka dan Aldi sudah bersahabat sejak SMP. Awalnya, persahabatan mereka baik-baik saja. sampai pada akhirnya mereka mulai menyadari bahwa kehidupan remaja tidak semudah dan seseru yang mereka bayangkan. Banyak luka, tangis, dan juga rahasi...