Bel istirahat berbunyi, hal itu sekaligus mengakhiri pelajaran matematika di kelas 7-D. Koridor kelas tampak ramai dengan anak-anak yang berjalan turun dari lantai tiga. Bintang, Raka, dan Aldi sepakat untuk pergi ke kantin karena mereka sudah lapar. Matematika memang menguras pikiran dan tenaga mereka.
Seperti biasa, mereka bertiga memilih meja paling pojok untuk makan. Bahkan meja itu sudah seperti meja langganan mereka untuk makan disana. "Mau apa? biar gue yang pesen." tanya Bintang pada dua teman lelakinya.
"Soto Mie." jawab Raka dan Aldi bersamaan. Bintang mengangguk, namun langkahnya terhenti ketika Aldi menghampirinya. "Gue aja yang pesen, lo duduk gih."
Bintang pun menurut, ia melihat Aldi pergi menuju stan Soto Mie yang lumayan penuh. Terlihat beberapa anak berdesakan untuk memesan.
Ada satu hal yang unik diantara mereka bertiga, yaitu mereka selalu memesan makanan yang sama. Alasannya sederhana, biar seragam. Selain seragam, mereka tidak mau ribet untuk saling mengantri di stan yang berbeda.
Beberapa menit kemudian Aldi datang dengan Ibu penjual soto mie yang membawa pesanan mereka. Ketika sedang asik makan soto mie, tiba-tiba Ferdi datang dan menyapa Aldi. "Di!"
Aldi hampir saja tersedak ketika Ferdi menepuk pundaknya, Aldi menatap Ferdi dengan tatapan jengkel. "Apaan?"
Ferdi tersenyum sendiri, cowok itu terlihat menyapu pandangannya ke seluruh kantin. Entah apa yang sedang ia lihat, namun jelas Ferdi baru saja memperhatikan seseorang yang ada di kantin. Ia menundukan badannya sambil bertumpu di meja. "Ada yang kirim salam ke lo."
Mendengar hal itu, sontak Bintang dan Raka saling berpandangan, lalu menatap Ferdi dengan antusias. "Siapa, Fer?"
Ferdi terkekeh pelan, "Kalian tahu gak, primadona sekolah kita? Siapalagi kalo bukan Kak Angel!"
Raka menatap Aldi dengan tatapan tidak percaya, ia menggoda temannya itu, sampai-sampai membuat heboh meja di sekitar mereka. "Di, gimana? Kirim balik gak?" Tanya Ferdi kemudian. Yang dibicarakan hanya diam sambil menyantap soto mienya yang mendadak hambar.
Beberapa pasang mata memperhatikan mereka, membuat Aldi tak nyaman dengan situasi tersebut. Ia mendongak, menatap Ferdi dengan tidak suka. "Pergi, pergi. Ganggu orang aja."
"Yee ngusir lo ya! Masih untung gue baik, mau jadi perantara lo sama si cantik."
Bintang memandangi Aldi yang duduk di depannya, tadinya Bintang hendak berusul untuk mengirim balik salamnya. Namun raut wajah Aldi yang memberengut membuatnya mengurungkan niat untuk berkata.
"Udah, udah. Fer, mendingan lo balik ke kelas sana. Atau ke ruang guru kek, siapa tahu lo denger apa gitu." ucap Bintang turut memperbaiki suasana.
Raka yang sedari tadi tak henti menggodai Aldi lantas menoleh ke arah Bintang dengan tidak setuju. Akhirnya, Ferdi pun pergi dari hadapan mereka. Meninggalkan suasana yang canggung dan aneh.
Sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya kalau ada yang mengirim salam pada Aldi. Mengingat paras Aldi yang tampan dan juga sosoknya yang keren, membuatnya tak luput dari perhatian murid cewek dari semua kelas. Namun kali ini waktunya saja yang tidak pas, tiba-tiba Angel-- yang merupakan primadona sekolah sekaligus kakak kelas mereka karena Angel kelas 9, membuat Aldi semakin gerah dengan semua perhatian yang ditujukan padanya.
Bukan bermaksud sombong, tapi Aldi merasa hal itu berlebihan mengingat mereka baru saja kelas satu SMP. Ia merasa, diumurnya yang sekarang masih belum terlalu pantas untuk terang-terangan menunjukkan perasaan. Lagipula, saat ini ia tidak ada niatan untuk membalas balik perhatian dan perasaan cewek-cewek yang mengaguminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tienerleven
Teen FictionBintang, Raka dan Aldi sudah bersahabat sejak SMP. Awalnya, persahabatan mereka baik-baik saja. sampai pada akhirnya mereka mulai menyadari bahwa kehidupan remaja tidak semudah dan seseru yang mereka bayangkan. Banyak luka, tangis, dan juga rahasi...