"Bintang, Bagas, ayo berangkat." Panggil mama sambil bersiap-siap untuk mengantar kedua anaknya untuk ke sekolah.
Hari ini adalah hari pertama Bintang sekolah setelah selesai menjalani masa pengenalan lingkungan sekolah selama seminggu lamanya. Berbeda dengan Bagas, ini merupakan hari pertamanya sekolah sebagai siswa yang akan lulus tahun depan nanti. Karena saat ini Bintang kelas 7 dan Bagas kelas 9 SMP.
"Iya, Ma." Sahut Bintang yang sedang berkaca untuk terakhir kali sebelum berangkat. Ia merapikan kembali rambutnya yang terurai.
"Ma, Bagas aja yang bawa mobilnya." Bagas menghampiri mamanya yang sedang memanaskan mobil sebelum berangkat.
"Jangan ngaco ya. Kamu masih dibawah umur, Gas. Nanti kalo ditilang gimana?" Protes mama tidak setuju. Sementara itu ia menunggu putri bungsunya yang belum terlihat batang hidungnya di halaman rumah.
"Bintang ayo, ini hari pertama kamu sekolah kan,"
"Iyaaaaaa.." Bintang pun akhirnya keluar dengan menyandang tas ransel berwarna biru pastel. Warna kesukaan Bintang.
"Ayo, Bagas masuk jangan sibuk ngaca ya," tegur mamanya ketika melihat Bagas sibuk berkaca di kaca mobil.
"Bintang gak ada yang ketinggalan kan?"
"Nggak, Ma." Sahut Bintang setelah duduk di dalam mobil. Disusul Bagas yang duduk di bangku depan.
Mama memundurkan mobilnya yang terparkir rapi di halaman rumah, ketika sedang sibuk mengeluarkan mobil tiba-tiba ada mobil berhenti disamping mobil mama.
Mobil tersebut perlahan membuka kacanya dan memperlihatkan figur seorang wanita yang berumur 30 tahun ke atas dibalik kaca mobil.
"Bu Ayunda," sapa wanita itu sambil tersenyum sopan.
"Eh? Ibu siapa ya?" Mama bertanya untuk memastikan, alih-alih takut salah karena memang ada tetangga baru di blok rumahnya saat ini.
"Saya Tya, Bu. Yang tinggal disebelah sana."
"Oh iya Bu Tya. Ada apa ya, Bu?"
Bagas merasa bingung mengapa ada tetangganya yang tiba-tiba datang menyapa disaat mereka akan berangkat sekolah. Ia pun menoleh ke arah adiknya yang juga melemparkan tatapan penuh tanya sambil mengode Bagas lewat gerakan kepala.
Bagas tidak tahu siapa tetangganya itu, ia mengedikkan bahu. Dari balik kaca mobil, Bintang melihat ada anak laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya.
"Anak ibu mau berangkat sekolah ya? Sekolah dimana, Bu?" Tanya Bu Tya.
"Iya, Bu. Anak saya sekolah di Tunas Harapan."
"Oh, berarti sama dengan anak saya, Bu. Anak saya juga sekolah disana."
"Oh gitu ya, Bu. Kalo begitu kita berangkat aja ya, Bu. Takut anak-anak kesiangan soalnya," ucap mama sambil menganggukan kepala lalu melajukan mobilnya keluar dari komplek.
Bintang yang merasa penasaran memperhatikan mobil tetangganya itu di belakang, sedang memutar arah mobil supaya bisa menyusul.
"Siapa itu, Ma?" Tanya Bagas ketika mobil sudah berjalan mulus di jalan raya.
"Itu, tetangga baru. Mama lupa namanya siapa, ternyata namanya Bu Tya. Rumahnya sejajar kok sama kita, waktu arisan mama bilang kalau anaknya sebaya sama Bintang. Ya gitu deh," jelas mama sambil fokus pada jalanan didepan.
"Bin, nanti kenalan ya sama anaknya Bu Tya. Siapa tau kalian jadi teman sekelas." Pinta mama yang dijawab anggukan kepala oleh Bintang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tienerleven
Teen FictionBintang, Raka dan Aldi sudah bersahabat sejak SMP. Awalnya, persahabatan mereka baik-baik saja. sampai pada akhirnya mereka mulai menyadari bahwa kehidupan remaja tidak semudah dan seseru yang mereka bayangkan. Banyak luka, tangis, dan juga rahasi...