Matahari semakin tinggi namun tak membuat dua insan yang saling berpelukan ingin beranjak dari ranjang. Hingga lima menit kemudian ranjang pun terasa bergerak. Ternyata sosok gadis yang tertidur sangat lelap itu kini mulai terganggu dengan cahaya matahari yang menerpa wajah cantiknya.
"Morning..." Freya mengerang, menjauhkan wajahnya yang selama semalaman tertempel pada dada bidang Darrell yang sangat nyaman.
Freya mendongak, memandangi Darrell balik yang ternyata telah terbangun terlebih dahulu darinya. Walau baru saja terbangun dari tidur lelap, Freya tetap terlihat sangat cantik dengan wajah bantalnya yang diterpa cahaya. Gadis cantik itu tersenyum manis kala pandangan mereka bertemu dengan jarak yang sangat dekat.
Freya tertawa manis sesaat kala memandangi Darrell yang begitu dalam menatap matanya, lalu Freya kembali menempelkan wajahnya pada dada bidang Darrell yang hanya diam saja. Freya mengeratkan pelukannya pada tubuh Darrell yang sudah tak lagi sepanas seperti tadi malam.
"Jangan menatapku seperti itu. Kamu membuat gejolak itu terbangun." Cicit Freya.
Darrell yang tidak mengerti maksud dari kalimat itu akan melepas lilitannya pada pinggang ramping gadis tersebut, namun Freya dengan cepat menahanya.
Freya menggelengkan kepala seperti anak kecil. "Aku suka kamu memelukku seperti ini."
Ia benar-benar sangat bahagia karena pagi ini ia terbangun diranjang yang sama dengan Darrell. Pria dingin itu memeluknya selama semalaman hingga pagi tiba lilitan itu terasa lebih mengerat."Ingin tahu satu hal dari ku?"
Darrell mengeratkan pelukan sebagai jawaban iya untuk pertanyaan Freya yang kini tengah tertawa geli, karna Darrell dengan cepat menyetujui tawarannya.
"Mamah, Papah, Kak Della, serta Jack hanya tahu kelemahanku yang sulit untuk memahami pelajaran. Aku juga setuju dengan mereka, tetapi menurutku ada yang lebih tak bisa kukendalikan dan itu adalah kelemahanku."
"Hanya aku saja yang tahu, tapi sekarang kamu akan ku beritahu. Jadi kamu harus merahasiakannya." Bisik Freya lalu terkekeh.
Freya menjauhkan wajahnya dari dada bidang Darrell, lalu mendongak untuk menyatukan pandangan mereka kembali yang dapat membuat jantung Freya berlari maraton. Pandangan mereka bertemu. Freya menggigit ujung bibir kala Darrell menatapnya kembali dengan sangat dalam, padahal tadi ia sudah melarangnya untuk tidak menatapnya dengan pandangan seperti itu.
Freya segera memejamkan mata kala gejolak aneh itu terasa memanas. Ia sekuat tenaga menahannya untuk tidak dikeluarkan sekarang, karna ia tak ingin membuat Darrell mengatainya sebagai gadis gila. Freya tidak mau itu terjadi karna hubungan mereka baru saja membaik.
"Gadis gila." Darrell beranjak membuat Freya melototkan mata. Jika ia tahu Darrell akan mengatainya seperti itu, sudah dipastikan ia akan mengeluarkan gejolak aneh itu yang telah susah payah ia tahan. Darrell memang sangat mengesalkan, pria tampan itu selalu berhasil membuat Freya berapi-api.
"Hei! Kau mau kemana?!" Tanya Freya dengan nada tinggi akibat terlampau kesal. Ia juga ikut beranjak dari tempat tidur, mengikuti Darrell dari balik tubuh tegab itu yang berjalan menuju kamar mandi.
Tiba-tiba Darrell menghentikan langkah saat sampai didepan pintu kamar mandi, membuat Freya yang tidak siap dan tak sempat mengerim berakhir mempertemukan keningnya yang tertutup pony dengan punggung tegab Darrell.
"Hei! Punggungmu terbuat dari apa sih!?! Keras sekali! Awas saja sampai keningku lecet!" Sinis Freya menghusap keningnya hingga kini ia telah berdiri dihadapan Darrell yang menatapnya datar.
"Aku kan belum selesai cerita..." rengek Freya namun tak membuat raut Darrell berubah sedikit pun.
"Mau melanjutkannya?" Darrell menatap pintu kamar mandi yang telah terbuka.
Freya mengikuti arah pandang Darrell dan sontak saja gadis itu langsung memukul dada bidang Darrell dengan wajah memerahnya.
"Covernya saja dingin tapi dalamnya mesum!" Tekan Freya menutup pintu kamar mandi dengan sangat kencang. Membiarkan Darrell dengan tak perduli menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
___♡___
Selama membersihkan badan Freya selalu menekuk wajahnya akibat Darrell yang sangat menyebalkan.
"Bagaimana bisa Kara Dakota menerima pria dingin plus mesum itu?" Freya berjalan kearah deretan kaos Darrell yang tergantung. Saat ini ia berada di walk in closet Darrell yang sangatlah rapi, hingga saat pertama kali masuk ia langsung dibuat takjub.
Ia bingung bagaimana bisa Kara Dakota yaitu wanita cantik yang memegang julukan super mondel ber-image baik menerima pria seperti Darrell yang dingin, mesum, dan lebih memilih bergelung dengan kertas-kertas. Bagaimana bisa Kara Dakota dapat bertahan dengan kelakuan Darrell selama setahun. Dan tanya juga bagaimana bisa Freya mengetahui semuanya.
Pertama siapa yang tidak tahu Kara Dakota untuk Prancis serta Negara lainnya. Freya yang sejak remaja memang mengidolakan sosok Kara lantas mengetahui kehidupan Si Model yang selalu berada di Camera mana pun. Dua tahun yang lalu Kara Dakota diresmikan berpacaran dengan Darrell Damitri yaitu pria tampan dan terkaya diusia yang masih terbilang muda. Hubungan mereka selalu tersorot media hingga mereka mendapati jukukan 'the best couple in the world'.
Ceklek
Freya mengerjapkan mata. Pandangannya bertemu dengan Darrell yang hanya terlilit handuk di pinggang hingga terlihat lah perut kotak-kotak yang tercetak sempurna.
Freya meneguk ludah terpukau dengan tubuh Darrell serta tubuhnya sendiri yang saat ini hanya dalam keadaan memakai pakaian dalam berwarna senada. Asik membayangkan kisah asmara Kara Dakota yaitu sang idola telah berakhir dengan Darrell yang malah berakhir menikah dengannya, hingga ia lupa untuk menggunakan pakaian pada tubuhnya.
Ruangan menjadi hening membuat Freya meremas kaos hitam milik Darrell. Ekor mata Freya mengekori langkah Darrell. Freya terus memandangi Darrell yang tengah mengambil satu set pakaian kantor, setelah itu tanpa berbicara ataupun melirik Freya pria tampan itu keluar dari walk in closet.
"Apa aku tak semenarik itu dimatanya?!" Freya memandangi tubuh indahnya. Dengan kesal ia memakai kaos hitam polos milik Darrell yang terlihat melahap tubuhnya rampingnya.
Dengan wajah menekuk Freya menuruni anak tangga, namun ditengah-tengah tangga ia melihat Darrell tengah membaca berkas di ruang tengah. Freya segera menghampiri pria tampan tersebut. Gadis cantik beraut sedih itu memandangi Darrell yang lebih tertarik dengan berkas kantornya.
Darrell mengabaikan Freya yang berdiri disamping sofa tengah memperhatikannya. Freya yang merasa diabaikan pun bertekuk lutut dihadapan Darrell yang tengah sibuk membaca berkas yang tak diketahuinya.
Tiba-tiba terdengar isak tangis membuat Darrell menaikan sedikit berkas yang dibaca hingga ia dapat menatap wajah Freya yang tengah menangis tersendu-sendu.
"Kenapa? Apa warna kulitku tak merata? Apa Kara Dakota lebih menarik?" Tanya Freya ditengah-tengah isakkannya.
Darrell memandangi Freya untuk sesaat lalu ia kembali menghalangi wajah Freya dengan berkas yang menurutnya lebih penting untuk dilihat. Namun Freya menahannya dengan cepat.
"Darrell aku tanya, apa warna tubuhku tidak merata? Karna selama seminggu kemarin aku tak pernah merawatnya." Rengek Freya.
Pandangan mereka bertemu dengan mata Freya yang berkaca-kaca.
"Kau menangis karna tubuhmu?" Tanya Darrell yang langsung diangguki Freya terlihat seperti anak anjing.
Freya kembali menangis karena Darrell lebih memilih membaca berkas dari pada menenangkannya.
"Aku nangis juga karna kau mengabaikankuuuu huuu.." Tangis Freya membesar namun tak membuat penglihatan Darrell lepas dari tulis-tulisan kecil yang menghiasi kertas putih.
Ditengah-tengah isakan Freya yang merdu terdengar lah bunyi bell apartment. Isakan Freya memelan seiring suara bell yang berbunyi sebanyak dua kali.
"Buka."
Freya mengkerucutkan bibir mendengar perintah Darrell yang menyuruhnya untuk membuka pintu tanpa melepas pandangan dari bacaan. Dengan perasaan kesal Freya beranjak, berjalan dengan kaki dihentakan kearah pintu utama untuk melihat siapa yang bertamu di pagi menjelang siang ini.
VOMENT
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Freya
RomanceJika aku tidak menggantikan posisi kak Della, mungkin aku telah menjadi model papan atas. ~ FREYA BERREN LEE Semenjak dia hadir dikehidupanku hari-hariku yang damai berganti menjadi hari yang penuh kekesalan. ~ DARRELL DAMITRI __________ Berkat dia...