0.0

993 122 36
                                    

“It really hurts when you expected
so much more from the person you once loved so much”

-unknown

Aku yakin, telah tercipta banyak cerita mengenai perjodohan yang kalian baca, dengar maupun lihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku yakin, telah tercipta banyak cerita mengenai perjodohan yang kalian baca, dengar maupun lihat. Terkadang, aku menginginkannya. Mengingat cerita itu juga banyak terlibat akhir yang sangat manis, walau mungkin merasa aneh, benci, marah, kesal lalu rindu.

Aku berfikir itu menarik, cinta yang datang karena paksaan?

Perjodohan tak selalu berujung buruk, dan begitu juga dengan ujung manis.

Aku tertawa mengingat perihal apa yang kuinginkan kala itu, banyak buku referensi mengenai percintaan yang kubaca.

Kebanyakan berakhir indah.

Dan siapa sangka Tuhan mengabulkan keinginanku dengan dalih perjodohan ini.

Aku adalah seorang yatim-piatu yang besar disebuah panti asuhan yang bersinar layaknya bintang. Mereka sangat bersinar.

Panti asuhan bukan tempat mencurahkan belas kasihan juga, kita memiliki banyak saudara yang harusnya membuat kalian merasa iri.

Kami bisa jadi lebih mandiri dibanding kalian semua.

Choi Label berada dipuncak saham sejak aku dipilih masuk kesana. Panti asuhanku juga berada ditangannya, pemilik Label yang bernama Choi Woosiklah yang membawaku masuk kesana. Lalu, ada istrinya <Lee Hyoson> yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi. Pandanganku mengenai pasangan yang ideal adalah mereka.Dan karena pasangan ideal itu pula aku hidup menjadi keluarganya.

Karena Choi Label mengalami kenaikan saham saat aku ikut serta didalamnya, mereka merasa berhutang budi padaku. Mereka mengenalkanku pada anak laki kecilnya yang bernama Choi Jimin. Dan yang disayangkan adalah Si Jimin bukan orang yang ramah.

Anehnya, entah bagaimana berakhirlah aku disini. Bermaksud membina rumah tangga bersama yang akhirnya hanya aku.

Sudah 1 tahun kita bersama, namun suasana juga masih sama.

Canggung.

Aku juga heran, mengapa atmosphere canggung itu selalu datang ketika aku berdua dengannya. Sebisa mungkin aku berusaha membaur padanya, namun sebisa itu pula dia menjauhiku.

Aku menyiapkan semua makanan yang telah kubuat, dengan sungguh-sungguh. Kurelakan pagiku terkuras hanya untuknya, namun lagi-lagi hanya perlakuan buruk darinya yang aku terima.

Aku menata piring-piring dengan rapi “Jim, aku sudah siapkan sarapan untukmu” ia baru saja turun dari kamarnya. Baiklah, harus kuakui aku memang pisah kamar dengannya.

“Aku tak akan sudi memakan masakanmu” Ucap Jimin tanpa melihatku yang masih disibukkan dengan dasinya.

“Kau bisa kelaparan nan-“ Seperti biasa lagi, ia akan memotong perkataanku. “Berhenti bersikap seolah kau istriku, aku tak butuh perhatianmu” Jimin berangkat tanpa pamit.

Menghentak-hentakkan kakinya, menimbulkan suara keras dan diakhiri dengan suara bantingan pintu yang kasar.

Aku hanya bisa menghela nafas kasar karena sudah melihat ia keluar, tiba-tiba kurasakan pipiku disentuh oleh benda yang…..

Aku hanya bisa menghela nafas kasar karena sudah melihat ia keluar, tiba-tiba kurasakan pipiku disentuh oleh benda yang…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Selamat pagi, Istriku” Jisung. Lihatlah, dengan tampang tidak tau dirinya, ia mencium pipiku seenaknya. Dia adik dari Jimin.

Cukup kurang ajar memang karena mengakuiku sebagai Istrinya, ditambah lagi sangat suka mencium pipiku seperti tadi. Perilaku Jisung jauh lebih manis dibanding Jimin, tapi takdir berkata lain.

Aku malah berakhir menikah dengan kakaknya yang kasar. Perjodohanku masih belum bisa dibilang manis ataupun pahit, kita belum sampai pada ending.

Aku hanya melihat malas Jisung yang kemudian duduk dihadapanku, “Aku akan memakannya kak, Jimin sudah gila karena tidak pernah mencicip masakanmu”

“Kau memang sudah biasa tidak sopan begini ya?” Aku bertanya sembari membasuh kain untuk membersihkan dapur indah ini, dan dengan mudahnya disertai jemari penuh lauk ia berkata “Untuk apa menghormatinya?”

Aku tersenyum pahit dan menganggukkan kepalaku beberapa kali, “Oh ya kak, suamimu datang untuk acara nanti?” Aku mendadak sedih mendengar pertanyaan Jisung, Jimin tak pernah menjawab setiap pertanyaanku.

“Jangan bilang…” Lagi, aku menganggukkan kepalaku dengan bibir yang cemberut, “Coba kau kirim pesan untuknya kak” Saran Jisung.

Jisung mengetahui semua sifat Jimin padaku, dan ia juga tempat ceritaku selama ini. Dia juga yang menjadi temanku, sampai partner dalam hal lain.

Hal lain seperti penyelidikan untuk Jimin, seperti melihat ekspresinya yang cemburu atau tidak. Semacam itulah.

“Baiklah” Aku mengeluarkan benda pipih bewarna ungu yang merupakan ponselku, mengirimkan pesan pada Jimin yang langsung dihadiahi dering telpon darinya. Aku melotot kaget kemudian menatap Jisung yang masih asik pada masakanku lalu mengangkat telponnya, “H-hai Jim” Bahkan begini saja canggung, "Aku tak datang, katakan pada mereka aku sedang banyak pekerjaan"

“Tapi Jim, ini kan ulangtahun ib-"

Dengan nada meninggi Jimin menjawab, "Bisa tidak mulut sampahmu itu cukup mengatakan iya?" Aku tidak terkejut kok, “Iya” setelah mendengar perkataan super singkatku itu, Jimin langsung mengakhiri panggilannya.

Rasanya helaan nafasku bisa sangat menguntungkan bila dapat kutukar menjadi uang.

...

Hehe, ini aku dapat inspirasi dari youtube gitu, tapi cuma intinya saja. Selebihnya, seperti nama dan alur serta ending tetap dari aku🙂
Jangan lupa VoMent🌈
Aku disini sangat menerima apapun saran kalian mengenai cerita, susunan kata, bahasa dan apapun itu🙏

Promettere [Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang