"Jimin, Choi Jimin" Ucapku sembari menepuk cepat meja mengisyaratkan segera.
"Sudah dikamar VIP, lantai 5 nomor 1564" Aku mengangguk dan berlari menuju kamar itu.
Setibanya kita didalam, dapat kita lihat sebuah gorden penutup kantor dan ruang istira...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku berlari mengikutinya dengan terburu, tapi lagi-lagi aku terlambat. Ia sudah hilang, tak tahu sosoknya dimana. Aku tak bisa melihatnya.
Aku mengusap kasar rambut sambil berbolak-balik bingung. Menggigit kuku jari-jariku bingung. Keringatku keluar tanpa tau aturan.
Hatiku mencelos sedalam-dalamnnya saat suara dentuman keras kembali terdengar. Membuatku langsung fokus pada jalanan penuh kekhawatiran.
Tidak! Jangan lagi!
Semua orang langsung berlari membuat kerumunan, menutup sang pembuat suara yang kedengarannya merintih kesakitan. Dengan langkah tersendat kuberanikan diriku melihat itu.
Seorang wanita terlungkup, dengan dress yang sama dengan Yonhee. Dress yang sudah didominasi oleh warna kemerahan akibat darah yang keluar.
Mataku mengabur, tertutup air mata. Kakiku entah sejak kapan sudah terkulai lemas. Kejadian naas lagi-lagi menimpaku. Dadaku sesak, aku memukul dadaku kuat-kuat. Suara isakanku keluar sembari memanggil Yonhee.
Aku terjatuh lemas, kakiku tidak kuat berdiri. Aku berteriak kencang meminta tolong. Semua orang melihat kearahku, "Selamatkan Yonhee!" Seseorang menepuk bahuku tiba-tiba, menjauhkanku dari Yonhee.
Aku mengerang keras memberontak. Bagaimana bisa aku meninggalkan Yonhee yang jelas butuh pertolongan!
Aku membalikkan badanku hendak memberi pukulan pada orang itu. Baru saja aku menatapnya sebentar, tapi semua terasa tersusun kembali. Hatiku yang tadinya mencelos entah berapa meter dalamnya, kembali tertata rapi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Kau, mengenalinya Jim?” Iya, Yonhee yang sebenarnya. Yonhee yang menggunakan dress anggun berdiri didepanku sekarang.
Tanpa pikir panjang, aku menariknya kedalam pelukanku. Membuat kue yang baru ia beli terjatuh diaspal yang jahat.
Ia membalas pelukanku serta usapan yang menyapu hangat dipunggungku, aku tidak bisa menolak Yonhee lagi. Aku tidak bisa hanya melihatnya tidur dikamar saat baru pulang kerja, aku tidak bisa hanya memata-matainya dengan bantuan orang lain.