0.9

356 83 4
                                    

Yuk, absen dengan VoMent nak
Sip, makasih yang udah pencet🧡

Choi Jimin

Kembali dirumah, Yonhee tak menjemputku dari rumah sakit. Tunggu! Itu justru lebih baik. Muak mengingatnya selalu ada dimana-mana.

Haneul tak bisa mengantarku karena ada jadwal untuk pemotretan dirinya. Aku berjalan tertatih menuju kamar. Sebelum menaiki tangga, dapat kulihat Yonhee sedang bermakan ria dengan banyak makanan ringan disampingnya.

Tertawa seolah tak ada dosa. Kulanjutkan perjalananku ke atas, masuk kedalam kamar dan membaringkan tubuhku nyaman diatas ranjang. Sejenak aku berfikir untuk kembali tertidur, namun sia-sia. Aku tak bisa tidur tanpa bantuan obat.

kau akan menepati janjimu kan?~

"Akh-" Aku memegang kasar kepalaku, ia kembali datang.

Maafkan aku Taera.

Kau mencintaiku kan?~

"Akh!" Bukan lirihan, sekarang teriakan. Kepalaku serasa ingin pecah. Obat itu, aku butuh obat itu.

Aku menggeledahi semua mejaku, berjalan kearah jas kerjaku. Nihil, tak ada hasilnya. Aku ingat betul dimana tempat cadangan itu.

"Kenapa? Mencari ini?" Aku menengok ke arah sumber suara yang kupercaya sedang berdiri di pintu kamarku. Yonhee, "Berikan itu padaku, cepat!" Aku memegang kepalaku yang semakin sakit.

Yonhee berjalan kearahku sambil melempar-lemparkan tempat obat itu. Obat dari psikiater yang sudah lama kukenal. Yonhee tepat didepanku, aku terlalu lemas untuk membentaknya kembali, ia berjalan ke arah toilet. Membuang semua isi yang ada di tempat obatku.

"Aku tak bisa membiarkan kau kecanduan" Ia membuang tempat obat itu sembarangan, "Dasar wanita gila!" Teriakku namun masih lemas, masih memegang keras kepalaku yang ingin pecah rasanya.

Yonhee menyentuhku, membawaku yang semula terduduk diatas jubin keatas ranjang. Menidurkanku dengan pelan-pelan, aku menurut karena terlalu sakit rasanya.

Sampai akhirnya, ia memberi sentuhan halus pada kepalaku. Keningku dengan sangat lembut, sembari bersenandung yang suka ia senandungkan saat memasak.

Menarik selimut hingga dadaku. Aneh rasanya, aku bisa tenang tanpa obat, "Lupakan sejenak rasa bencimu padaku" Aku menatapnya sendu dan mulai tertidur.

Aku kembali terbangun, tangan kananku terasa berat. Kulirik tangan kananku, menemukan kepala yang kuyakini Yonhee sedang menindihnya. Ia tertidur duduk dengan alas jubin.

Promettere [Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang