VoMentnya Gratis loh....
Makasih🌈💜Jeong Yonhee
Aku menunggu seorang ketua kelas yang sedari dahulu suka mengangguku, seseorang yang dulunya selalu mengikuti dari belakang. Saat hendak pulang sekolah, berangkat sekolah, bahkan sampai kerja disalah satu supermarket kecil.
Park Taehyung.
Kami sengaja memilih tempat yang kecil namun nyaman ini, sebuah gubuk yang dahulunya kita buat untuk bermain berdua. Taehyung memang lebih tua dariku, namun pertemanan ini tidak seresmi itu.
Aku dan Taehyung tidak mempermasalahkan umur, jadi aku memanggilnya tanpa embel-embel kakak atau sejenisnya.
Gubuk ini terletak disamping pantai yang terkenal akan keindahan serta kulinernya. Taehyung suka makan, begitu pula aku.
Tak lama aku menunggu, dengan pakaian yang sederhana. Celana jeans panjang untuk bawahan serta kaos merah polos sebagai atasan dan rambut coklat yang awalnya tergerai kuikat rapi membentuk bulatan.
Taehyung berlari menghampiriku dengan semangat, "Huh Hah, apa kau menungguku?" Dengan kerutan di kening aku menjawab, "Tentu Tae, kan orang yang hendak bermain bersamaku kau" Taehyung tersenyum manis, menampilkan senyum kotaknya.
Aku menepuk sisa tempat duduk di sebelahku, bermaksud menyuruh Taehyung duduk, "Sudah lama aku tak kemari Tae" Taehyung menatapku manis dari samping, "Iya, hingga membuatku hampir mati karena rindu" mendengar itu aku memukul kecil lengannya.
"Aku sempat mengira kalau aku memang orang yang mudah kau rindukan sih" Taehyung kembali tersenyum, mengambil tangan kecilku yang membuatku terlonjak kaget.
"Jangan tegang gitu dong, Ni" Aku hanya memutar malas bola mataku, hatiku berdebar. Jujur saja aku jarang diperlakukan romantis oleh pria.
"Kenapa kau memilih menikah, Ni?" Taehyung memang memiliki panggilan tersendiri untukku, Yoni, katanya nama itu cukup lucu bila dilafalkan "Ya karena sudah waktunya, Tae"
Taehyung menatap lurus ke arah pantai, angin semilir dapat kita rasakan karena hari sudah sore, "Kalau kau minta kunikahi kala itu, aku juga bisa" Aku menatap Tae heran, kenapa ia membawa topik yang berat seperti itu, "Kau sedang kurang belaian Tae?" Aku berusaha menanggapinya bercanda.
"Saat kau menikah, aku merasa kesepian. Semuanya hilang saat itu juga, bersamaan dengan yang lain" Taehyung mengusap pelan dan lembut tanganku. Aku merasa sedih melihatnya menunduk begitu, aku melepas usapannya dan membalikkan badannya menatapku, "Aku akan selalu menjadi orang yang ada disampingmu, Tae"
Taehyung menggiring badanku mendekap ke pelukannya, ia meletakkan kepalanya pada leherku. Saat sedih seperti inipun aku masih sempat-sempatnya merasa geli akibat deru nafasnya.
"Tae...." Taehyung semakin mengeratkan pelukannya, "Tae... Geli" Ucapku sedikit tertawa kecil karena sungguh geli, Taehyung mengangkat kepalanya dan merubah posisi yang semula di leher menjadi ke kening.
"Kalau begini sudah tidak kan?" Aku hanya bisa menunduk sekaligus menutup mataku, aku yang awalnya ingin membuatnya tenang justru dibuat berdebar olehnya, "Taehyung sialan" Bodoh, kukira ucapan itu hanya akan ada didalam hati, aku melotot kaget mengarah Taehyung.
"Maksudnya.." Anehnya, Taehyung malah terbahak-bahak setelah itu. Tadi sedih, dan sekarang...
***
Makanan yang dihidangkan oleh Bibi Lee memang tidak bisa dikalahkan oleh siapapun, masakannya selalu saja memberi kita surga pad tenggorokan. Hanya dentingan sendok dan mangkok yang terdengar saat ini.
Aku dan Taehyung sesekali tersenyum dengan pipi gembul berisi makanan karena terlalu lahap, saat-saat ini adalah saat yang paling membahagiakan.
Jam menunjukkan pukul 7 malam, namun awan disini masih nampak cerah. Setelah makan begitu lahap aku dan Taehyung melanjutkan acara bermain kita dengan jalan-jalan ke salah satu pasar didaerah sini.
"Tae, kita sudah lama tidak membeli gulali" Rengekku padanya saat melihat gulali yang dililit atau dibentuk sesuai permintaan itu.
Dahulu saat malam minggu, setelah pulang sekolah kami akan menyempatkan diri untuk kemari.
Taehyung kembali menarik tanganku, membeli sebuah gulali yang kumaksud tadi dengan ukuran besar. Katanya, "Uang kita sudah cukup, tidak kekurangan seperti dahulu" Taehyung bukan anak Yatim Piatu sepertiku, ia termasuk dalam jejeran orang berada. Namun karena dulu berteman denganku, mungkin faktor itu yang merubahnya selalu merendah.
"Itu mah kau pura-pura" Taehyung terkekeh dan memberikan gulali yang telah usai dibuat padaku, "Mau menikmati bianglala?" Taehyung menawarkan, "Yonhee? Menolak?" Aku menggelengkan kepala disertai jari telunjuk mengikuti, " Ayok!" Aku berlari menggiring Tae dengan gembira.
Kami berhasil naik ke bagian yang paling atas, dan anehnya bundaran bianglala ini tak kunjung kembali turun, seperti stuck diatas sini.
Aku mulai takut mengingat bagaimana nanti aku dan Tae akan turun, "Takut ya?" Kata Taehyung yang kuhadiahi tatapan tajam, "Jelas aku takut, siapa yang akan menurunkanku nanti?"
Taehyung mendekat kearahku, membuat bundaran sedang ini juga tergoyang. Ah tidak, badanku bergetar hebat karena ketakutan. Sontak aku memegang jendela jeruji yang sialnya tidak dapat menyeimbangkan berat badan Taehyung yang sedang maju mendekat ini.
"Tae, kau membuatnya tak seimbang" Aku berteriak sedikit histeris, "Sekali saja, maaf" Aku menatap Taehyung yang hanya berkata maaf dan sekali saja. Maksudnya sekali saja, ia ingin membuatku mati sekali atau bagaimana?
Taehyung terus mendekat hingga kurasakan bibirnya menyentuh bibirku yang belum siap ini. Iya, aku tak menduga adegan bila Taehyung akan menciumku, sialan. Aku hanya membuka mataku kaget, melihat matanya yang terpejam hangat itu. Cantik.
Gila, aku pasti sudah gila! Aku sudah bersuami!
Setelah mendapat apa yang Taehyung mau, ia kembali duduk dan tersenyum hangat. Sedangkan aku, masih membeku dan memegang jeruji sialan bundaran sialan, ah sial! Taehyung.
"Tae... kau xwmxhsiwbaivqyq" Taehyung hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tak berdosa sebelum menempelkan telunjuk jahanamnya pada bibirku, "Kau ingin kutambah lagi? Melihatmu begitu banyak bicara aku juga ingin menambah" Dengan melotot aku berteriak, "TAEHYUNG!"
Taehyung semakin keras tertawa, "Aku yang menyuruh bapak kontroler memberhentikan ini" Aku memutar bola mataku malas, "Tapi, aku tak ingin berselingkuh Tae"
Taehyung kembali menganggukkan kepala pelan, "Aku tahu, maaf sudah lancang. Tapi aku tak bisa terus memendam" Aku menatapnya sendu, "Aku yakin kau akan menemukan perempuan yang lebih baik dariku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Promettere [Park Jimin]
Fanfiction"Jimin, Choi Jimin" Ucapku sembari menepuk cepat meja mengisyaratkan segera. "Sudah dikamar VIP, lantai 5 nomor 1564" Aku mengangguk dan berlari menuju kamar itu. Setibanya kita didalam, dapat kita lihat sebuah gorden penutup kantor dan ruang istira...