VoMentnya yuk!
Sukses slalu buat km🥰 amin✌“Some people are going to leave, but that’s not the end of your story. That’s the end of their part in your story”
-unknown
-> Dirumah
Terhitung dua minggu lamanya sejak kejadian ditaman, dan sudah dua minggu pula mimpi itu masih datang, bertambah dengan satu dialog yang diucapkan oleh Taera.
Dengan wajah sendu ia berkata, "Lepaskan aku”
Aku tak mengerti apa artinya, apa aku mengurung Taera?
Aku sadar aku telah melanggar janjiku padanya. Aku mencintainya, bahkan aku juga merasa cintaku pada Yonhee lebih mendominasi dibanding cintaku pada Taera. Tapi apa pantas aku berbahagia disini, sedangkan Taera sendiri disana?
“Jimin” Suara Taera, aku mengenal ini. Segera kubalikkan badanku menengok ke sumber suara. Namun berbeda, yang kutemukan malah Yonhee dengan gaun cantiknya berdiri anggun tak jauh dariku.
Aku memasang wajah masamku dan bertanya padanya, “Ada apa?” Aku mengarah sofa untuk duduk.
“Em, ha-hari ini ulang tahunmu kan?”
Aku mengangguk malas dan menatapnya. Mengisyaratkan tanda tanya seperti ‘Lalu, kenapa?’
Ini saat yang kubenci, karena Taera pergi dihari ini. Hari sial. Hari yang membuatku terus tersiksa.
Yonhee mengusul, “Maukah kau pergi merayakannya?” Taera bilang, ulangtahunku tidak boleh terlewat begitu saja. Namun dia juga yang membuat diriku ingin cepat melewatkan hari ini. Tanpa kusadari sebuah tangan mungil menyentuh bahuku halus, “Aku tahu Jim, tapi aku yakin. Aku juga bisa mengubah kisah kelammu” Aku melirik Yonhee sebentar.
“SIAPA KAU BERANI MENGGANTI TAERA?” Lagi-lagi aku sengaja membentakknya, ia tampak terkejut hingga memundurkan langkahnya sebentar. Lalu tersenyum kembali, “Mari kita coba” Menyulurkan tangannya padaku.
🚘🚘🚘
Aku keluar dengan pakaian yang memadai dengan pasanganku- Tidak, maksudku Yonhee. Ia tersenyum semangat dan mengambil tanganku, mengenggam dan menarikku kearah yang dia mau.
Yonhee memang wanita yang baik. Aku tak pantas untuknya, rasa ini sejujurnya tak boleh hadir. Ini merusak segalanya.
Seberhentinya mobil yang dikendarai oleh salah satu supirku, aku dan Yonhee langsung turun. Melihat keadaan sekitar yang awalnya kukira akan menjadi restaurant atau tempat megah, tapi malah sebuah Taman.
Taman yang dulunya suka kukunjungi bersama Taera.“Aku tahu, kenanganmu dan Taera berakhir disini” Ia berbicara sebentar, lalu kembali menarikku ke tempat bangku taman yang tersedia.
Aku menunduk, melihat bajuku yang formal, “Pakaian kita tidak memadai, kau tahu” Lirihku.
Dia tersenyum lalu menggeleng cepat, "Tak apa, aku suka sesuatu yang tak biasa" Setelah berbicara itu, ia menghadap lurus ke depan kembali.
Mengerak-gerakkan kakinya lucu, senyumku terukir tanpa kusuruh. Hanya sebentar karena aku sudah memfokuskan tubuhku kembali diringi dehaman canggung.Ia menatapku, “Kau bisa menceritakan apapun padaku Jim” Aku hanya menatap lurus kedepan, heran akan sifat Yonhee yang tak pernah jahat padaku. Entahlah, aku tak bisa menjawabnya. Aku benar-benar lelaki berengsek yang tak pantas untuknya.
“Kak Taera juga orang yang menjadi panutanku” Ceritanya tiba-tiba, otomatis aku memberikan seluruh atensiku padanya, “Terkejut ya? Saat remaja Kak Taera suka sekali berkunjung dipanti" Sedikit berhenti, ia kembali melanjutkan ceritanya.
"Memberi kami banyak makanan, bermain bersama dan masih banyak lagi. Tapi yang kutahu bukan Taera, melainkan Aera”
Aku berupura-pura tak penasaran, “Untuk apa kau menceritakan ini padaku?”
“Aku hanya ingin kau tahu, bahwa bukan hanya kau yang menderita atau ditinggalkan Jim”
“Tapi itu salahku, aku membiarkannya berlari begitu saja” Ia menatapku penuh peduli. Iya, aku bisa melihat itu.
“Takdir setiap orang memang berbeda-beda Jim, dan tak ada yang tahu. Bisa pahit dan manis”
Mana bisa aku tidak membuka hati pada Yonhee, wanita yang paling sabar didunia. Aku sudah berulang kali mensetting kejadian yang harusnya membuat dia muak lalu kabur menceraikanku, namun semua itu tak berbuah hasil.
Yonhee masih sama.
“Maafkan aku” Ucapku lirih sembari menundukkan kepalaku, “Apa?” Pasti dia terkejut, mendengar sebuah kata maaf dari lelaki berengsek tak beraturan sepertiku.
“Aku tahu, kata maafku tidak pantas lagi diucapkan” Dengan cepat ia berkata, “Tidak” Sambil menggelengkan kepalanya.
“Aku berengsek, aku bajingan tidak tau diri Yon. Aku tidak pantas untukmu. Aku sampah Yon. Maafkan aku” Aku memukul kepalaku sendiri, berusaha mengganti hak yang harusnya dilakukan oleh Yonhee padaku.
Yonhee pasti menganggapku sudah gila, ia membawaku ke pelukannya. Pelukan ini sangat aku butuhkan, aku tak ingin melepasnya. Tapi aku tak bisa menahannya.
Yonhee memberi usapan halus pada punggungku, "Aku tahu Jimin yang sebenarnya tidak seperti itu. Jangan pernah menyakiti dirimu Jim, hatiku sakit" Yonhee terisak.
Aku membalas pelukannya, "Maafkan aku Yonhee" Dapat kurasakan Yonhee mengangguk. Aku tak bisa menahannya lagi, maafkan aku Taera.
Aku memeluknya semakin erat sebentar lalu melepasnya, "Tapi aku memang tak pantas untukmu Yon. Aku ini ber-"
“Sudahlah, ini hari istimewa. Kita tak boleh melewatkan ini” Aku membuka mataku lebar dan mencegahnya yang mulai berdiri tanpa kusadari, “Jangan!” Aku menggelengkan kepalaku menatapnya.
Ia terlihat bingung, “Y-ya? Ak-aku hanya ingin membeli kue untukmu” Aku semakin mengeratkan cegahanku pada tangannya dan masih setia menggelengkan kepalaku.
Sengatan Taera mengelilingiku, aku gagal kala itu. Aku tak mau mengalami itu kembali, aku tak mau Yonhee menghilang karenaku. Apa ini kutukan untukku?
Yonhee menyadarkanku dengan mengusap kepalaku halus, “Jim, aku tak apa. Aku janji, tunggu sebentar ya..” Ia melepas tanganku kasar dan berlari begitu saja.
Sama seperti Taera, punggungnya mulai menjauh, “Tidak! Jangan! Yonhee!” Ia berlari begitu saja, tidak. Aku tak ingin semuanya terulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promettere [Park Jimin]
Fanfiction"Jimin, Choi Jimin" Ucapku sembari menepuk cepat meja mengisyaratkan segera. "Sudah dikamar VIP, lantai 5 nomor 1564" Aku mengangguk dan berlari menuju kamar itu. Setibanya kita didalam, dapat kita lihat sebuah gorden penutup kantor dan ruang istira...