0.7

351 95 11
                                    

VoMentnya boleh dong...
Makasih🌈💜

Jeong Yonhee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeong Yonhee

Aku sedang berada di panti asuhan sekarang, memeriksa semua keadaan adik, kakak, serta para bibi dan pamanku. Singkatnya, semua keluargaku.

Kami bermain bersama ditaman, berlari kesana kemari, melihat banyak burung di hutan kecil belakang panti dan tentunya juga bernyanyi bersama.

Penat atau masalah yang semula sangat mengusikku semuanya hilang seketika. Kembali mendengar tawa dari keluargaku disini seperti obat.

Bibi Han juga membuat Capcay kesukaanku dan Taehyung dulu, sudah kubilang kan aku berteman dengannya sejak SMA.

Apalagi bila mengingat Kak Aera yang membawa banyak mainan, lalu juga ada Kak Eunjin, Jinyoung, hingga Jeno.

Ah, aku semakin rindu kehidupanku yang dulu.

"Kau baik-baik saja kan?" Tanya Bibi disela-selaku makan, dengan sesuap sup capcay pada mulutku aku menjawab, "Baik kok. Wah, aku sangat rindu masakan Bibi" Aku tersenyum hingga menutup mataku lucu.

"Kau juga sih jarang kemari" Aku merenggut, "Iya ya" Bibi mengangguk, "Kehidupan pernikahan memang berbeda" Aku kembali melanjutkan acara makanku.

Sedang enak-enaknya sup capcay ini masuk, disertai ayam yang sangat menggelegar tiba-tiba ponselku berdering. Menampilkan nama Jimin disana, "Ya, Jim?" Aku mengusap bibirku yang berantakan karena capcay.

Bukannya Jimin malah seorang perempuan yang menjawab pertanyaanku, "Saya dari rumah sakit Hanyang Bu, Bapak Jimin ditemukan tak sadarkan diri-" Aku tersedak, "Apa? Ak-aku akan segera kesana" Tak dapat dipungkiri lagi aku langsung berlari tanpa minum atau penutupan makanan itu.

Bibi yang melihat itu heran dan ikut berdiri tiba-tiba, "Kenapa?" Aku menjawab cepat, "Suamiku tak sadarkan diri Bi, terimakasih"
Aku menekan pemanggil taksi, namun tak kunjung tertrima. Bingung, kenapa disituasi gawat seperti ini semua terasa sulit.

Tak bisa, aku harus berlari.

Aku memutuskan berlari dari panti ke arah terminal yang ada disekitar, tapi sialnya jarak seakan melebar. Keringat keluar deras di eluh keningku, aku tak menghiraukannya. Jimin lebih penting.

Sial!

Aku terjatuh karena tanjakan dari jalanan menuju terminal, masih sempat-sempatnya kakiku menjatuhkan ku. Tidak bisa bekerja sama.

Tersungkur kearah depan, merasa tak sempat mengeluh lebih banyak, aku cepat berdiri dan melanjutkan lariku.

Singkat cerita, aku tlah sampai didepan rumah sakit Hanyang. Menanyakan pada Suster atau apalah itu yang ada dibundaran tempat mencari informasi, "Jimin, Choi Jimin" Ucapku sembari menepuk cepat meja mengisyaratkan segera.

Promettere [Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang