Saat ini Haechan sedang melakukan pelepasan alat bantu makan yang berada di mulutnya.
Para member sebagian sudah pulang karena jumlah mereka yang terlalu banyak, akhirnya yang tersisa hanya Taeyong, Johnny, doyoung, dan Renjun serta kedua orang tua Haechan.
Sedari tadi mereka meringis ngeri mendengar teriakan kesakitan Haechan yang diyakini akibat dikeluarkannya alat bantu tersebut.
Sekitar 10 menit barulah teriakan Haechan berhenti, dan tak lama kemudian dokter Park keluar dari ruangan bersama tiga orang perawat.
Dokter Park menghampiri kedua orang tua Haechan.
"Dia sedang istirahat, dan dugaan saya benar dan juga salah."
"Maksudnya dokter?"
"Masalah penglihatan Haechan, dia tidak buta hanya saja ia mengalami kebutaan sesaat, ini bukan penyakit serius bisa sembuh bila dilakukan terapi secara rutin." Ujar dokter Park.
"Syukurlah dokter." Ujar Ibu Haechan senang.
"Pasien sudah bisa dikunjungi, diharapkan untuk tidak terlalu berisik, saya permisi dulu" setelah itu dokter Park melangkah pergi.
Kedua orangtua Haechan segera memasuki ruangan ICU tersebut.
Taeyong, Johnny, doyoung dan Renjun tidak masuk, karena ruangan ICU tidak memperbolehkan banyak orang masuk.
Didalam ruangan ICU, Haechan diserang oleh berbagai petuah dari sang ibu, ia di marahi namun tangan sang ibu tak lepas mengusap lembut kepala Haechan.
"Anak nakal, bagiamana bisa kau melakukan ini pada ibumu... Hiks"
Ibu Haechan tersenyum dengan air mata yang terus menetes.
Haechan tidak bisa menjawab karena tenggorokannya masih terasa perih, menelan ludah saja sakit sekali.
Tidak lama kemudian muncul 2 orang perawat, mereka mengatakan akan memindahkan ke kamar inap karena Haechan sudah dalam kondisi baik.
Kali ini keempat member NCT itu bisa masuk, karena Haechan sudah tidak lagi diruang ICU.
Mereka tidak lama, karena hari makin larut dan mereka harus segera kembali.
Keempatnya mendekati Haechan memberikan senyuman serta doa terbaik mereka.
Setelah itu keempatnya pamit undur diri.
Malam ini Haechan ditemani sang Ayah. Ibunya diminta pulang untuk beristirahat walau awalnya menolak.
Kedua laki-laki itu diam membisu.
Haechan yang sibuk dengan pikirannya, dan Ayah Haechan yang sibuk mengamati anak lelakinya.
"Kau sudah besar, nak" ucap Ayah haechan memecah keheningan
Haechan menata sang Ayah.
"Dulu kau sangat kecil, Appa sampai takut kau kenapa-napa waktu aku memelukmu" Ayah Haechan memandang langit-langit kamar.
Pikirannya, membawanya untuk bernostalgia, mengingat lagi kenangan muda saat ia pertama kali menjadi seorang Ayah.
"Saat pertama kali kau menyebut kata 'Appa' aku merasa sangat bahagia, Hingga saat ini, appa sangat bersyukur kau menjadi anak Appa"
"Dari kecil kau sangat senang bernyanyi, ah kau menuruni bakat Ibumu, Sudah berapa kali kau menang lomba nyanyi, nak? Piala dirumah banyak sekali, jangan lupakan dua adikmu, mereka juga sangat suka mengoleksi mendali."
"Kau ingat? Saat pertama kali kau bilang kau ingin menjadi Idol Appa adalah orang yang paling menolak keinginanmu itu.
Maafkan Appa, Appa hanya tidak ingin kau terluka nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
127 Days | Haechan
Fanfiction[Completed] Judulnya 127 Days, berisi 35 bagian cerita yang mengisahkan 127 lembar kertas berisi ungkapan Haechan akan rasa sakit miliknya, diary singkat yang ia tulis sejak kenyataan pahit hampir merenggut mimpinya. Dengan awal berupa diary, kemud...