05. Sakitnya Doble

15 3 0
                                    

"Egois banget sih aku. Kita tuh cuman sahabatan masa harus ngelibatin perasaan cinta sih!"

Jam hampir menunjukkan pukul sembilan namun, gadis bersurai hitam pekat itu belum juga beranjak dari tempat nya. Balkon.

Masih dengan setia ia menatap ke arah langit sambil memandangi semua hamparan indah yang terdapat di atas sana.

Sampai tiba tiba suara ketukkan pintu membuat dia menoleh ke arah pintu kamarnya.

Tok tok tok

"Mama masuk ya Ay"

"Masuk aja ma enggak dikunci kok"

Terlihatlah seorang wanita yang sudah berkepala dua itu berjalan ke arah anak sulungnya itu.

"Kamu kok belum tidur sayang?" Tanya Mila sambil mendudukkan bokongnya ke kursi kayu berwarna putih yang terletak di sebelah kursi Fayza.

"Ay belum ngantuk ma masih pengen liatin bintang dan bulan" Fayza menoleh sebentar ke arah Mila lalu kembali menatap langit.

"Kamu masih sering liatin bintang dan bulan ya" Mila bertanya sambil mengikuti gerakan kepala Fayza menatap langit.

"Iya ma rasanya tuh kayak damai aja gituh liatnya kayak ada sesuatu yang terus ngebuat Ay candu untuk ngeliat ke atas"

Setelah mendengar pernyataan dari Fayza hati Mila langsung mencelos seperti ada suatu hal yang akan terjadi dan Mila tidak menginginkan hal itu.

Takut dan tidak rela.

Terlihat dari raut wajah Mila yang menunjukkan bahwa ia sedang menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Mama kenapa tiba tiba ke sini?" Fayza bertanya seraya menghadap ke arah mamanya yang masih terlihat sangat cantik.

"Eh mama kenapa? Kok mama nangis?" Fayza terkejut karena mamanya yang tiba tiba menunduk dan menjatuhkan setetes air mata.

"Mama enggak papa kok sayang mama cuman terharu aja karena sekarang kamu udah tumbuh sebesar ini" Mila menyeka air matanya yang jatuh tanpa persetujuannya.

Sejujurnya Mila berbohong kepada anak gadisnya saat ini. Tidak mungkin kan Mila mengatakan yang sebenarnya.

"Ya ampun mama Ay kan harus tumbuh besar supaya Ay bisa jagain dan bantu mama" Sama sedih nya Fayza hampir saja ikut menjatuhkan air matanya.

"Iya kamu jangan ikut nangis dong sayang" Mila mengelus lembut pipi putri sulungnya.

"Mama turun dulu ya kamu jangan malam malam tidurnya" Mila beranjak dari tempat duduk nya dan mengecup dahi anaknya.

"Iya mama good night ma" ucap Fayza sambil melayangkan senyumannya.

Setelah mamanya benar benar pergi dari kamarnya Fayza berdiri dan berjalan menuju meja belajarnya dan membuka laci kecil yang terdapat di bawah meja belajarnya.

Mengambil sebuah album kecil yang sudah terlihat tua namun masih terjaga.

Fayza kembali ke tempat duduknya semula dan memandangi album tersebut sambil mengusapnya.

"Udah hampir empat tahun gue nggak pernah buka album ini lagi" ia sedikit terkekeh mengingat betap seringnya ia dulu membuka album ini.

F A Y Z A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang