"Berikan aku waktu untuk membuat mu melupakannya dengan caraku"
Pandangan Fayza masih belum lepas dari seorang anak kecil yang mengenakan pakaian rumah sakit yang sama seperti dirinya. Anak kecil itu membalas tatapan sendu Fayza dengan tatapan berbinar sumringah.
Sepertinya anak kecil itu ingin menghampiri Fayza, terlihat dari seorang suster yang mendorong kursi roda milik anak itu menuju tempat Fayza."Hai kakak cantik, nama aku Varo" sapa anak cowok yang usianya mungkin tujuh sampai delapan tahun dengan penuh semangat.
"H-hai Varo nama kakak kak Fayza" dengan sedikit canggung Fayza membalas sapaan Varo dengan melambaikan tangannya.
"Kakak sakit apa?" Varo bertanya kepada Fayza yang masih setia memandangi dirinya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Emm kakak cuman kecapean aja kok" tak terasa matanya memanas melihat Varo yang masih memperlihatkan senyum bahagianya kepada Fayza.
Tadi saat Fayza meminta di antarkan jalan jalan seorang suster mengantarnya ke taman belakang rumah sakit. Lumayan sepi karena mengingat hari ini bukan tanggal merah.
Tak sengaja matanya menemukan seorang anak kecil yang sedang membaca sebuah buku dongeng dengan senyuman tak lepas dari wajah imutnya.
Anak kecil itu berhasil menarik perhatian Fayza. Suster yang masih berdiri di sebelah Fayza pun mengatakan bahwa anak itu mengidap penyakit kanker darah. Fayza sangat terkejut mendengar pernyataan suster yang ikut memandang sedih anak kecil itu.
Perasaan Fayza juga ikut hancur saat melihat anak sekecil itu harus menderita penyakit yang berbahaya. Bahkan penyakit itu bisa merenggut nyawa anak itu kapan saja. Seharusnya anak itu menikmati masa kecil nya dengan bermain bersama teman temannya bukan mendekam dalam rumah sakit dengan segala pengobatan yang pastinya amat mengerikan.
"Kakak kenapa nangis? Kakak jangan nangis ya nanti kakak jadi jelek" tangan mungil Varo menghapus jejak air mata Fayza yang jatuh karena perasaan haru melihat anak kecil di hadapannya.
"Iya Varo kamu juga jangan nangis ya nanti kamu nggak jadi jagoan lagi" Fayza mencoba menghibur Varo dengan bibir yang tertarik ke atas.
"Iya kakak Varo kan kuat jadi kata mama Varo nggak boleh cengeng" mata Varo menyipit karena senyum yang ia berikan terlalu lebar.
"Varo ayo kita balik ke kamar waktunya kita istirahat ya" suster yang sedari tadi menjaga Varo mengajak Varo untuk kembali ke kamarnya.
"Tapi Varo masih ingin di sini Varo masih ingin main dengan kakak cantik"
"Varo kan harus istirahat biar cepat sembuh" sang perawat dengan rambut yang digulung itu belum juga menyerah untuk membujuk Varo kembali ke kamarnya.
Fayza sungguh tak tega melihat mata Varo yang memerah dan berkaca kaca. Ia tahu pasti anak kecil ini sangat ingin bermain, namun tetap saja anak kecil itu harus beristirahat agar kondisinya membaik.
"Varo balik ke kamar ya istirahat. Nanti kalo Varo nggak istirahat kakak sedih" Fayza mencoba membujuk Varo sambil mengelus rambut tebal milik Varo.
"Tapi Varo masih ingin cerita sama kakak cantik"
"Iya nanti kapan kapan kita cerita bareng main bareng lagi ya. Sekarang Varo harus istirahat supaya Varo bisa sembuh dan bisa main bareng kakak lagi"
"Iya kakak. Varo balik ke kamar dulu ya Varo mau istirahat biar Varo bisa main dengan kakak lagi" akhirnya Varo menyerah dan suster yang mendampingi Varo mendorong kursi roda milik Varo menjauh dari Fayza.
"Dadah kakak cantik" sebelum Varo benar benar pergi dia melambaikan tangan mungilnya sebagai perpisahan sementara atau mungkin selamanya.
Setelah kepergian Varo dan sang suster Fayza kembali sendiri di taman yang di penuhi bunga warna warni. Ia kembali teringat dengan orangtuanya yang begitu khawatir saat mendapati kabar dirinya yang kini tengah dirawat di rumah sakit. Ia bisa dengan begitu jelas melihat rasa kekhawatiran di wajah kedua orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
F A Y Z A
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini tentang Fayza Agllen Darmawan gadis satu ini sangat menyukai semua jenis ice cream. Kepribadiannya sangat bertolak belakang dengan adiknya Tasya Agnessia Darmawan. Juga tentang Alka Albenio sahabat kecil Fayza dan Tasy...