13. Pergilah

23 3 0
                                    

Hanya karena satu kesalahan, seribu kebaikan yang pernah dilakukan akan lenyap begitu saja.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Hari ini Riski pergi menuju rumah Aileen sepulang sekolah. Dia telah berjanji kemarin akan mengajarinya, tidak mungkin ia ingkari begitu saja.

Riski bergegas pergi menggunakan taksi, karena supir pribadinya tidak bisa menjemputnya hari ini.
Tadi pagi Aileen juga sempat memberikan alamat rumahnya lewat sebuah kertas.

Setelah sampai di tempat tujuan. Riski berhenti tepat di sebuah rumah mewah bercat Putih yang mempunyai lantai tiga. Dia memeriksa kembali kertas itu, memang benar ini alamatnya.

"Rumah segede gini masa gak mampu sewa guru les". Gerutu Riski.

"Mas, udah sampai?". Ujar sang Sopir taksi.

"Udah Pak".

Riski langsung membuka pintu mobil taksi dan keluar. Atensinya  tertuju kepada bangunan yang berada di hadapannya ini.

"Mas, jangan lupa bayar".

"Ma..maaf pak saya lupa". Riski langsung mengambil uang dari dalam saku seragamnya dan memberikan uang tersebut "Maaf ya Pak". Ujarnya tersenyum canggung.

Supir taksi itu hanya mengangguk dan pergi begitu saja. Riski terlihat canggung untuk masuk ke rumah Aileen. Dia masih berdiri di hadapan pagar besi yang menjulang sangat tinggi, ragu untuk membukanya.

"Riski...". Terdengar suara teriakan Aileen dari arah atas, sontak Riski langsung mengangkat pandangannya ke atas dan melihat Aileen yang sedang berada di lantai tiga.

Aileen terlihat melambaikan tangannya dan masuk ke dalam. Riski berpikir mungkin gadis itu akan menghampirinya.

Dugaan Riski benar, Aileen sedang berjalan di halaman rumahnya yang luas menuju ke arahnya. Gadis itu tersenyum senang melihat keberadaan Riski.

"Maaf ya, Satpam Aileen lagi libur. Jadi gak ada yang bukain gerbang". Ujar Aileen sembari membuka pagarnya.

"Gak papa". Balas Riski singkat.

"Kita mau belajar dimana?". Tanya Aileen saat mereka masih menyusuri halaman rumah Aileen yang luas.

"Terserah, ini kan rumah loe".

Aileen hanya tersenyum kecut mendengarnya.

"Kalo gitu di ruang belajar aja".

"Di kamar loe?".

"Bukan, kenapa mikirnya gitu? Aileen punya ruang belajar khusus".

Riski lupa, Gibran juga sama. Pria itu juga mempunyai ruang belajar khusus, jadi tempat belajarnya tidak di dalam kamar seperti miliknya.

LOVE STORY RISKI REVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang